Hari ini adalah hari yang saya tunggu, seharusnya tadi malam. Hari dimana saya mencapai satu ketenangan di titik tertentu. Dan titik itu adalah titik di mana saya seperti punya keringanan untuk memulai menjejaki sesuatu yang baru.
Ketenangan ini muncul setelah saya melawati beberapa fase hidup --untuk tidak disebut sebagai fase dramatis. Setidaknya ada dua hal sederhana yang baru saja saya lewati. Pertama, saya sudah menyelesaikan pembelian online dan semuanya kini sudah dalam proses. Percayalah, itu salah satu hal yang patut dirayakannya karena memang beban nyandang online itu sudah terpikirkan sejak lama. Kedua, saya dapat rejeki di luar dugaan. 14 Mei kemarin uang intensif prakerja senilai 600.000 cair. Dan di hari kemarin, saya dapat THR dari majelis taklim 500.000. Tentu uang sejuta dalam seminggu ini menjadi angin segar setelah lama tak pegang uang sebanyak itu tiga bulan terakhir. Dan mungkin tak lama honor jaga posko senilai 200.000-an cair setelah di awal puasa lebih dulu mendapat uang snack 120.000. Rejeki-rejeki itu, tak pernah terbayangkan oleh saya dan datang begitu saja di waktu yang tepat. Saya jadi semakin percaya, Tuhan akan memberi rejeki seorang hamba sesuai kebutuhannya. Jelas, saya butuh semua itu terlebih menjelang lebaran saat ini.
Pada akhirnya sampailah saya untuk menulis hal ini. Sudah lama memang saya tidak sempat menulis karena memikirkannya banyak hal --yang saya sadari kini kenapa saya pikir juga. Sebetulnya tadi malam saya ingin menulis kelegaan ini dan memulai menapaki satu hal lain yang seru, namun ketika saya mengatur ketenangan sebentar sebelum memuntahkan kelagaan, saya tertidur. Saya baru menulis ini sekarang.
Ah, menulis. Tiga tahun lalu di waktu yang sama, saya melakukan hal ini untuk kali pertama dan belajar benar-benar dari nol. Tak terasa berjalannya waktu, toh saya bisa sampai tahap ini. Betul-betul ada nilai dari sebuah perjalanan. Sesuatu yang akan terjadi pada hal lain jika saya mengulangnya kembali: tekun dan konsisten.
Apa langkah selanjutnya? Saya sudah ingin mengambil kelas programming beberapa hari belakangan. Namun karena bingung soal laptop, juga keresahan oleh suatu hal, saya menundanya sampai saya bisa tenang. Kini, saya sudah menemukan ketenangan itu dan akan mengambilnya kelas programming pemula saat ini juga. Masalah laptop, mungkin bisa dipikir nanti, saya bisa meminjamkan teman untuk beberapa hari.
Masalah laptop memang cukup rumit untuk saya pusingkan. Tadi malam saya menyinggung Marzuqon soal harga laptop miliknya, fantastis, harganya 8 juta. Saya kira hanya kisaran 3 jutaan. Bertanya soal hal itu tentu karena saya juga ingin punya barang itu. Sudah lama saya menginginkan sebuah laptop, andai saya bekerja secara normal, mungkin sekarang saya sudah punya sekalipun yang murah. Sebetulnya saya pernah membeli laptop dengan harga yang murah, hanya 650.000, tapi riwayatnya hanya sampai tiga bulan. Performa laptop mulai menurun dan akhirnya mati perlahan. Saya sempat mencoba membongkar dan memperbaikinya dengan mengikuti panduan di YouTube, namun fatal, saya malah mematahkan bagian-bagian penting dan akhirnya justru bertambah rusak.
Saya yakin kelak saya punya laptop, bagaimanapun caranya. Yang paling saya yakini adalah kelak di suatu hari saya dapat hadiah lumayan besar entah dari mana. Ya, jelas saya ngarep. Tidak masalah bukan. Banyak hal dalam hidup saya terjadi karena keyakinan, prakerja misalnya.
Sebetulnya pertanyaan besar dalam diri saya sekarang adalah mau apa saya setelah lebaran ini. Pertanyaan ini sungguh berbobot dan sentimentil. Hingga saat inipun saya belum kunjung mendapatkan jawaban. Namun jelas, titik besarannya adalah pada pekerjaan. Mau bekerja apa saya sehabis lebaran?
Sungguh saya tidak ingin bekerja dengan mas We lagi, bukan tanpa alasan, tiga bulan belakangan sudah cukup untuk membuat saya berhenti. Lantas pekerjaan apa, saya belum tahu. Menjahit juga tidak mungkin, saya sudah menasbihkan diri untuk tidak menjadi penjahit. Orang sesombong saya, yang maunya seenaknya, memang sulit mendapat pekerjaan ideal. Namun paling tidak, harus ada hal baru yang harus dicicipi sehabis lebaran nanti. Apa saja.
Ketertarikan saya sebenarnya adalah di bidang IT, informasi dan teknologi. Rasanya itulah jiwa saya, hanya, belum diasah sama sekali. Saya menyukai hal yang berurusan dengan data, juga hal berkaitan dengan komputer. Namun untuk sampai bekerja di bidang itu, butuh kualifikasi yang mendetail.
Saya malah berpikir bagaimana saya bisa dapat uang meski di rumah saja. Hal demikian sudah banyak di lingkungan saya, namun yang bersinggungan dengan pekerjaan teknologi, rasanya belum ada.
Jika melihat peluang yang ada, menjadi blogger pilihan yang taktis. Blogger 24 jam. Kelihatannya menarik. Tentu syaratnya saya harus rajin menulis dan membaca dunia. Saya punya kemampuan dasar menulis dan sebentar lagi akan mempelajari dasar programming. Sesuatu yang saya banget. Di tengah kebingungan saya mencari jati diri, blogger bisa menjadi pilihan menjanjikannya. Syaratnya saya serius menulis dan menghiraukan anggapan umum. Sudah saatnya jiwa saya diberi keleluasaan bergerak. Merdeka dalam bertindak.
Saya ingin memulainya detik ini. Memulai menapaki jalan baru. Memang saya tidak tahu bakal bagaimana nasib ke depan, namun kepercayaan diri yang saya miliki sekarang, setidaknya mampu menguatkan pilihan yang saya ambil bagaimanapun risikonya. Kapan lagi saya ambil keputusan.
Saya kembali. Bismillahirrahmanirrahim.
(17 Mei 2020, ditulis dalam sekali jadi)