• Halaman Awal
  • Diri Sendiri
facebook instagram Email

Anam Sy


Saya sudah memegang handphone merk Xiomi Redmi 5A sudah setahun lebih. Saya membelinya dengan harga sejutaan, saya lupa berapa harga rincinya. 

Memiliki Xiomi Redmi 5A ini memang membutuhkan kesabaran ekstra. Utamanya soal kualitas suara yang saya akui kurang bisa diandalkan. Saya tak tahu pasti apakah kasus ini hanya terjadi pada hape saya saja atau memang sudah default dari sananya. Yang jelas, ini pendapat saya pribadi berdasar hape yang saya pegang. Kalau semisal sampeyan tidak setuju, ya boleh-boleh saja.

Yang menjadi permasalahan di sini adalah Xiomi Redmi 5A milik saya memiliki kualitas suara yang buruk. Tiap kali saya kongkow dengan kawan-kawan dan masing-masing bermain hape, saya merasa kalah dari arena. Bagaimana tidak, suara hape kawan-kawan saya mempunyai power yang besar, suaranya kencang, sedangkan milik saya, bahkan sampai volume sudah di-full pun, masih kalah telak. Saya malah menyimpulkan: sekencang-kencangnya suara hape saya, itu sama dengan serendah-rendahnya suara hape kawan-kawan saya. Ini ibarat serajin-rajinnya saya ibadah, mungkin sama pahalanya dengan orang alim yang jarang ibadah. Sampai segitunya. 

Makanya saya tak menaruh harapan besar ketika menonton YouTube atau mendengarkan Spotify. Yang bisa saya lakukan hanya dengan menajamkan indera pendengaran. Jika eksternal tak bisa diandalkan, mari andalkan internal. Tapi yang saya rasakan, lama-lama telinga saya lelah juga bekerja ekstra. Telinga saya juga butuh kondisi biasa-biasa saja dalam mendengar. 

Yang lebih menyebalkan adalah ketika ada panggilan suara. Apa yang saya lakukan dengan hape dengan kualitas suara minimalis? Tiap kali ada telepon masuk, saya selalu mengangkat dengan tak lupa menggunakan fitur lospeker. Betapa tersiksanya jika tidak demikian, bayangkan saya tidak mengaktifkan fitur lospeker, berapa banyak saya bakal mengucap: hah? apa? ulangi-ulangi? Untungnya, saya jarang ada yang menghubungi mengingat nasib asmara saya masih seperti kualitas hape ini: tak bisa diandalkan.

Kadang-kadang, saya mempertanyakan kenapa kualitas audio Xiomi Redmi 5A milik saya ini buruk? Apakah ada yang salah dengan saya dalam memberlakukan hape ini mengingat suatu hal terjadi pasti karena sebab akibat. Apa sebabnya. Nah, hal ini yang tidak pernah saya mengerti. Saya rasa, saya selalu menjaga hape ini sebaik-baiknya, mungkin sama halnya jika saya punya pacar, bakal saya jaga sebaik-baiknya juga.  

Sayangnya, handphone adalah makhluk mati yang tidak bisa diajak bicara. Jikapun bisa, itu bukan karena handphone makhluk hidup, namun karena ada google asisten di sana. Karena itu, saya pernah bertanya ke google alasan kualitas suara hape menjadi jelek. Kata google banyak alasan. Tapi setelah saya baca, saya nyaris tidak menjumpai alasan-alasan itu dalam memberlakukan hape saya. Saya tak pernah menaruh hape di dekat tv maupun radio. Saya juga tidak pernah memergoki hape saya tumpang tindih dengan hape lain. Bahkan saya tak pernah melihat hape saya selingkuh, tidak tahu juga kalau lambe turah pernah melihatnya, dan bodoamat juga sebenernya.

Kualitas suara Xiomi Redmi 5A ini ngeselin memang. Dan polosnya, saya masih mencintai apa adanya sampai sekarang. Saya bahkan tak pernah kepikiran untuk beli hape, saya terlanjur mencintai hape ini, meski sebetulnya saya tidak punya uang sih untuk ganti. 

Tetapi Xiomi Redmi 5A dengan suara yang tidak sempurna ini, semakin menjadikan hape ini sempurna. Ini membuktikan bahwa yang sempurna adalah Tuhan yang maha Esa.

Dan berkat Tuhan, saya diberi kemampuan untuk membeli jbl murahan seharga tiga puluh lima ribu. Lumayan untuk menutupi kekurangan suara hape ini yang, hah? apa? boleh diulangi?



Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

Senin kemarin, karena tahu saya lagi gabut, Eko menelpon saya kalau ia sedang ada di masjid bersama Zilin. Tanpa panjang lebar, saya mengambil kontak, menyalakan motor, dan meluncur ke sana. Setibanya di sana, saya mematikan motor dan langsung nyeletuk kepada dua orang yang sedang rebahan di teras masjid: orang kok gak ada gunanya. Sontak, kami tertawa. 

Ini sudah kesekian kalinya kami berkumpul gak jelas. Maklum, jika kami kumpul itu artinya masing-masing dari kami sedang tidak kerja dan gabut. Itulah alasan kenapa selalu ada celetukan kami tak guna. Ya memang di waktu bersamaan kami menyadari, jutaan orang sedang sibuk bekerja. Tapi tidak bagi kami. Astaghfirullahaladzim.

Sebetulnya, saya tak terlalu mahfum kenapa Eko mengajak saya nusul ke masjid. Apakah Eko mengajak Sholat, oh tentu tidak. Apakah akan mengajak saya ke Petung, sepertinya tidak juga. Entahlah, kan saya sudah bilang saya tidak paham alasan Eko mengajak saya.

Datangnya saya ke sana ternyata membawa berkah yang luar biasa. Hujan seketika mengguyur. Meski tak lama, tapi aura kedamaiannya sudah tercipta. Hujan kali ini tidak menciptakan genangan pun kenangan, namun cukup rata membasahi pelataran rumah-rumah di desa. Namun, hawa adem siang hari ini membawa pesona lapar yang terasa tak asing.

Oleh kedermawanan Eko yang tak dibuat-buat, akhirnya ada juga pengganjal perut yang ditawarkan. Melihat cilok lewat, Eko memberhentikan dan membeli tiga porsi untuk kami. Baik sekali dia. 

Setelah ngobrol ngalor-ngidul, akhirnya terungkap juga alasan kenapa Eko mengajak saya. Usut punya usut, dia pingin nglotek buah. Dan saya tahu pula, Eko sudah menghubungi Eni namun yang bersangkutan sedang tidak di rumah. Jadi alasan Eko ke masjid sama sekali bukan untuk tujuan yang religius, tapi untuk rebahan sambil menunggu kawan pulang. Astaghfirullah kawan saya.

Saat Zilin mengambil mangga muda karena memang di depan rumahnya ada pohon mangga, di waktu bersamaan Eni sudah di rumahnya. Usai dua buah pakel dipetik, kami meluncur ke warung beli seperangkat bumbu lotek meliputi kacang, cabai, gula merah, dan garam. Selesai itu, kami segera ke rumah Eni.

Di rumahnya Eni yang memang cocok untuk grumbungan itu, kami tiba. Dan seperti biasa ada Sustianah yang sedang menjahit. Kami pun kembali menceletuk: orang-orang tidak berguna datang. Kami kembali tertawa. Jam menunjukkan pukul setengah tiga.

Eni sigap mengambil seperangkat alat uleg dan pisau serta selusin gelas beserta ceret ke hadapan kami. Mila, yang rumahnya tidak jauh dari Eni, datang tepat waktu. Lima orang sudah.

Eni beraksi. Diambilnya kacang, lombok, garam, dihantamnya dengan lembut namun bertenaga. Saya sudah mencoba dahulu sebetulnya, tapi kalah artistik dalam memainkan ayunan tangan. Dan setelah nyaris halus, Eni menambahkan gula merah. Saya sempat bertanya kenapa gula merahnya tidak diikutkan di awal, tapi sepertinya pertanyaan saya terlalu polos setelah hanya direspon tertawa. 

Sementara itu, tangan kekar Eko menggenggam pisau dan mangga. Kulitnya diseset tipis sepotong-sepotong. Dan setelah dua mangga digunduli secara kasar, Eko memandikannya sebelum akhirnya mangga itu bernasib sial: dimutilasi menjadi banyak bagian.

Merasa ada yang kurang, Eko menghubungi Dian. Saat di masjid Dian memang sudah dihubungi dan yang bersangkutan mengaku sedang ngelesi. Dan saat dihubungi kembali, Dian belum juga selesai ngelesi, sebentar lagi, katanya. Yang jelas Dian bakal ke sini dalam beberapa menit ke depan membawa es dan sesuatu. Kami lega. Setidaknya bukan hanya mangga muda dan krupuk usek yang masuk lambung kami, tapi ada yang lain entah apa.

Dian tak kunjung menampakkan batang hidungnya saat kami sudah nyaris bosan mengunyah mangga muda dan krupuk usek. Dugaan kami, orang ini pasti sedang ngujo cari sesuatu. Kami positif otak Dian sedang solutif.

Dian datang juga ketika jam menunjukkan pukul 3 lebih. Dan taraaa…. ia membawa sesuatu yang kami tunggu-tunggu. Bukan satu, melainkan tiga. Es batu beserta marimas, buah nanas, dan buah bengkoang. 

Saya langsung memuji manusia yang didambakan beberapa orang di Kebonrowopucang ini dengan mengatakan: semenjak jadi guru, Dian ini memang pintar. Eko menggugat, memangnya sebelum jadi guru Dian goblok? Saya jawab ya sebetulnya sebelum jadi guru itu sudah pintar, tapi gak kelihatan. Kami tertawa. 

Sesungguhnya, pujian bukan hanya datang dari saya, melainkan juga dari empat kawan saya yang lain. Dian memang is the best pokoknya.

Zilin, karena dari tadi tidak cukup antusias makan mangga muda, saya suruh mengupas buah bengkoang. Awalnya dia menolak karena tak pernah mengupas bengkoang. Tapi tangannya memegang pisau juga. Dan benar, dari caranya memberlakukan buah di tangan, Zilin ini ketahuan amatir sekali. Akhirnya saya ambil alih. Saya memotong dulu bagian atasnya agar mudah menyesetnya mengingat alur mengupas bengkoang memang di seset. Setelah saya potong ujungnya, saya merasa ada yang aneh, tidak ada aroma bengkoang sama sekali sekalipun berbentuk gemuk mengerucut. Teksturnya juga tidak menunjukkan bengkoang sama sekali, biasanya bengkoang ada sensasi kres ketika dipotong, tapi bengkoang yang ini agak kaku dan nampak pucat. Aneh.

Eko yang penasaran akhirnya mengambil bengkoang aneh ini, dan semua keanehan pun terjawab: owalah juangkrink, iki telo udu bengkoang. Kami ngekek guling-guling.

Dian yang baru saja dapat sanjungan setengah mati pun mendapat serangan balasan yang menjatuhkan. 

"Baru tiga menit yang lalu pinter, sekarang sudah error lagi.…"

"Orang kok tidak bisa bedakan mana bengkoang mana ubi."

"Yakin, kesalahan ini bakal diingat sampai hari kiamat."



Dian mengakui kesalahan. Sambil ketawa ngekek, ia klarifikasi, jadi di jalan itu dia lihat itu, dari bentuknya amat bengkoang sekali, akhirnya dia beli tanpa memastikan, pantas saja sekilo kok murah sekali, lah jebule telo, asem. Katanya.

Saya sendiri sebetulnya sudah curiga sejak awal, bebarengan dengan terduga bengkoang itu, ada imbuhan telo merah kecil. Ternyata ini kisi-kisi kalau yang besar mengerucut itu telo, bukan bengkoang. Saya masih tak bisa menahan tawa sampai detik ini. Orang kok kocak banget.

Untungnya, ada nanas yang memang benar-benar nanas. Lambung kami pun punya pemasukan lain.

Jadi, selama acara ini, yang masuk ke perut kami adalah, mangga muda, krupuk usek, nanas, marimas, dan katawa ngekek gegara bengkoang yang ternyata telo. Untuk yang saya sebut terakhir, itu adalah menu yang akan kami ingat sepanjang masa. 

Terimakasih Dian sudah memberi pengalaman ketawa panjang dan ingatan yang saya jamin, paling membekas. 

Share
Tweet
Pin
Share
1 Respon
Newer Posts
Older Posts

Info

Tayang seminggu dua kali

Mutualan, Yuk

  • facebook
  • instagram
  • youtube

Kategori

IPNU

Postingan Viral

Catatan

Sementara kosong dulu, seperti hatiku

Facebook

Isi Blog

  • ►  2024 (15)
    • ►  Apr 2024 (1)
    • ►  Mar 2024 (4)
    • ►  Feb 2024 (1)
    • ►  Jan 2024 (9)
  • ►  2023 (11)
    • ►  Des 2023 (3)
    • ►  Nov 2023 (1)
    • ►  Sep 2023 (3)
    • ►  Jul 2023 (4)
  • ►  2022 (46)
    • ►  Nov 2022 (7)
    • ►  Okt 2022 (7)
    • ►  Sep 2022 (6)
    • ►  Agu 2022 (4)
    • ►  Jul 2022 (9)
    • ►  Mei 2022 (4)
    • ►  Jan 2022 (9)
  • ►  2021 (22)
    • ►  Des 2021 (5)
    • ►  Sep 2021 (3)
    • ►  Agu 2021 (6)
    • ►  Jun 2021 (1)
    • ►  Mar 2021 (7)
  • ▼  2020 (14)
    • ►  Des 2020 (1)
    • ▼  Nov 2020 (2)
      • Kualitas Suara Xiomi Redmi 5A Kok Ngeselin Ya?
      • Cinta Buta Pada Bengkoang Dengan Not Looking-nya
    • ►  Jul 2020 (2)
    • ►  Jun 2020 (1)
    • ►  Mei 2020 (1)
    • ►  Apr 2020 (1)
    • ►  Mar 2020 (2)
    • ►  Feb 2020 (4)
  • ►  2019 (3)
    • ►  Mar 2019 (1)
    • ►  Feb 2019 (1)
    • ►  Jan 2019 (1)
  • ►  2018 (57)
    • ►  Okt 2018 (7)
    • ►  Sep 2018 (5)
    • ►  Jul 2018 (11)
    • ►  Jun 2018 (3)
    • ►  Mei 2018 (4)
    • ►  Apr 2018 (2)
    • ►  Mar 2018 (5)
    • ►  Feb 2018 (12)
    • ►  Jan 2018 (8)
  • ►  2017 (71)
    • ►  Des 2017 (7)
    • ►  Nov 2017 (20)
    • ►  Okt 2017 (10)
    • ►  Sep 2017 (8)
    • ►  Agu 2017 (8)
    • ►  Jul 2017 (9)
    • ►  Jun 2017 (5)
    • ►  Mei 2017 (4)

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates