Filosofi Parfum Pembelian Pacar
Kawanku yang bernama K, tidak mampu menyembunyikan kebahagiaan dapat memacari perempuan yang memang menjadi idola kami, sebut saja namanya R.
Suatu kali, sehabis kencan, K bertemu saya. Dari wajahnya, nampak sekali ada raut kegembiraan yang tidak dibuat-buat. Dan sepertinya ia akan bercerita suatu hal. Saya, yang melihat gelagat itu, langsung membuka percakapan.
"Wajahmu bahagia banget, habis dicipok pacarmu po?"
"Huz, kalo ngomong itu mbok dipikir. Aku ki cah baik-baik og."
"Ha terus ngopo bahagia ngunu?"
"Tak ceritani, mau ki pacarku aweh parfum, makane aku seneng banget. Piye, uwuwuwuwu tho. Opo koe rapingin?"
Saya, yang memang tidak pernah merasakan keuwuwuwuan semacam itu, hanya bisa menanggapi dengan sinis.
"Ngunu tho. Ancen tah, wangi-wangian ndue daya kenangan sing kuat tinimbang visual. Tapi emange kowe ngerti, opo filosofi nek cewek aweh parfum pacare?"
K diam sebentar, lalu otaknya mencoba mencari kira-kira jawabannya. Seperti tidak menemukan, K dengan penasaran menyahut, "Ejiyad, Ono filosofine nopo yo. Opo jal?"
Saya menarik nafas kuat-kuat, "Nek cewek aweh parfum, Kuwi artine … … … … … …."
"Artine opo?"
"Kowe mambu."
"Owalah cah asu."
Saya langsung lari.
0 Respon