Bertemu Cartam di Black Canyon Petungkriyono

by - Juli 16, 2020


Lucu juga untuk menceritakan kisah barusan. Ketika saya sedang makan mendoan sebelum nyemplung di Black Canyon, saya menjumpai seseorang mirip kawan saya melintas melewati pintu masuk dan lalu parkir. Saya agak cukup lama untuk memastikan apakah ia memang kawan saya. Secara, seseorang yang saya duga teman saya itu agak lebih tinggi dari yang saya kenal sebelumnya, dan juga lebih besar. Namanya Adi, atau kalau sewaktu SMP dulu sering dipanggil dengan sebutan Cartam.

Saya sempat berpikir untuk memanggilnya dengan lantang, namun segera saya batalkan setelah muncul keraguan, "Bagaimana kalau salah orang?" Begitu kalimat yang muncul dalam hati saya. 

Seusai muncul keraguan itu, saya tidak ada niatan lagi untuk memastikan apakah ia memang benar kawan saya atau bukan. Bagi yang tidak tahu, saya dan seseorang yang saya duga kawan saya itu dulu pernah satu sekolah sewaktu SMP, jadi tentu ada pemakluman kalau saya harus berpikir dua kali memastikan.

Namun sialnya, saya kembali menjumpai di tepi kali, beberapa meter sebelum spot pemandian sesungguhnya. Ia di depan saya; ada perasaan tidak enak kalau saya melewatinya begitu saja tanpa berusaha menyapa. Bayangkan kalau memang ia betulan kawan saya, bisa-bisa dicap sebagai teman yang sombong bukan.

Akhirnya mau tak mau saya harus mencoba memanggilnya, jarak kami bisa dikatakan dekat sekali, saya hanya dua meter di belakangnya. Sayangnya, usaha saya sia-sia, barangkali juga karena suara yang saya keluarkan ragu-ragu sehingga terdengar samar. Ketika itu, kebetulan di samping saya ada Dian. Dian yang sudah saya beri tahu sebelumnya akan keraguan soal hal ini, seperti memahami situasi saya. Akhirnya saya disuruh untuk memanggilnya lagi, katanya: panggil saja Diiii… Diiii… kalau memang tidak menoleh, kamu pura-pura panggil saya, jadi Diiii Diiiii Diiiiaaaaan. Sungguh ide bagus, saya melakukannya, sayangnya, ia tidak kunjung menoleh. Akhirnya saya simpukan, fix, ini bukan kawan SMP saya dulu.

Maka tidak ada yang perlu ditakutkan ketika saya mendahuluinya dalam berjalan. Maklum saja, seseorang ini berdua bersama pacarnya, jadi jelas sekali mereka menapaki tiap pijakan kaki dengan penuh rasa puitis sehingga menjadi lambat. Dan nampaknya juga memang mereka beneran ingin berenang karena yang perempuan sudah memakai pelampung di badannya. Duh, menyenangkannya memiliki pacar.

Sekalipun saya sudah memastikan ia bukan kawan saya, setelah melewatinya beberapa langkah, saya mencoba menengok dan melihatnya sekali lagi. Mencoba memberi kesempatan baginya untuk mengenali wajah saya, barangkali ia mengenal. Dan akhirnya, "Eh, Anam, di sini ternyata, sama siapa?" Ia menghampiri saya dan mengulur tangan mencoba menjabat. Ia benar-benar kawan saya. Saya langsung penuhi jabatannya dan hanya tertawa, "Kamu tau gak, dari tadi kamu saya panggil, saya kira salah orang, ternyata bener kamu Di. Owalah. Apa kabar Di."

Dan diantara pacarnya, saya seperti iblis yang menjelma sebagai orang ketiga diantara mereka. Kami berjalan bersama menuju spot mandi yang tinggal beberapa langkah lagi. 

Lama lama ngobrol, berkenalanlah saya dengan pacarnya, namanya Marina, yang ternyata hanya tetangga sebelah. Lumayan cantik. Anehnya, tanpa sadar, babak selanjutnya justru saya habiskan untuk menemani mereka pacaran. Agak sialan memang, namun karena masih seorang kawan, yasudah tak mengapa, lagipula saya butuh asupan demikian untuk motivasi saya agar bisa melakukan hal yang sama: beruwuwuwuwu. 

Jika dipikir-pikir, menggelikan juga melihat orang pacaran ya. Adi, yang sudah koloran dan melepas kaos nampak menenggelamkan kakinya di kali yang jernih dan dingin. Begitu pula pacarnya, namun dengan setelan hijab yang masih lengkap. Mereka seperti saling mempersilahkan untuk lebih ke tengah dan masing-masing mereka seperti ogah membasahi sekujur tubuh, alhasil, saya gemas sekali melihat mereka terus mempersilakan diri. Barangkali, nyaris lima menit mereka hanya menenggelamkan sepotong kakinya saja dan hanya berdebat siapa yang mulai ke tengah dahulu. Hingga satu momen membuat saya lebih geli lagi, ketika yang wanita memercikkan air ke wajah Adi dan dibalas pula olehnya dengan sambaran yang sama, jadilah saya dipertontonkan keuwuwuwan yang, ah sialan. 




You May Also Like

0 Respon