Kaleidoskop 2020: Terseok-seok Pandemi

Januari sudah melambaikan tangannya pada Desember yang tinggal menyisakan 3 hari. Ia tampak sudah siap menunggu cerita-cerita baru kita. Menghamparkan lembar-lembar suci untuk kita isi.
Di penghujung tahun ini, saya ingin meneropong sekilas apa yang terserak pada hari-hari di sepanjang 2020. Mencatatnya dalam tiap segmen.
Kesehatan
Tidak ada penyakit berarti yang saya derita sepanjang 2020. Tidak seperti tiga tahun sebelumnya di mana saya terkena serangan TBC dan cukup mengganggu kehidupan saya secara total. Paling, saya hanya meriang empat atau lima kali setahun ini.
Namun tentu semua mengerti, 2020 kita dihantam pandemi. Tak pernah sama sekali saya membayangkan saya menderita Covid-19, sekalipun tetangga saya kena. Dan memang saya tidak kena hingga saat ini, Alhamdulillah. Namun keparnoan dan kepanikan pernah menghampirinya saya ketika saya dinyatakan reaktif dan berlanjut tes swab, menunggu hasilnya merupakan detik-detik paling menegangkan sepanjang 2020. Saya tak tahu harus bersyukur atau kesal, hingga detik ini saya belum juga tahu hasilnya. Sudah sebulan lebih berlalu, tentu saya tidak lagi parno dan panik. Saya bersyukur, saya, juga keluarga dan kawan-kawan dekat saya terkonfirmasi sehat wal afiat seperti biasanya.
Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.
Pekerjaan
Pandemi menggila. Meruntuhkan nyaris semua bisnis yang ada. Ketika awal-awal sedang ramai-ramainya di Wuhan kala Januari, Indonesia masih normal saja. Tapi tidak setelah kasus demi kasus ditemukan. Ekonomi menjadi lumpuh. Tak terkecuali konveksi.
Saya masih bekerja di tetangga saya untuk sebuah bisnis kantong puring. Bisnisnya sudah goyah sejak akhir tahun 2019, bahkan di awal tahun 2020, saya menganggur. Januari Februari lebih banyak sambat, ditambah adanya pandemi, semakin menambah panjang status pengangguran. Boleh dikata, 5 bulan lebih saya menganggur. Gila. Bahkan lebaran kemarin, saya tidak punya uang sama sekali andai tidak dapat prakerja. Terimakasih pemerintah.
Entah Juli atau Agustus, asa kembali muncul setelah akhirnya saya bekerja lagi, sekalipun tidak terus. Saat itu, perombakan di mulai. Tidak lagi pakai bahan nano-nano dalam karungan yang ruwet, njlimet, dan ah, sialan. Namun sudah bahan gulungan yang lebih mudah digarap.
Bisnis akhirnya membaik, meski entah dalam bulan apa saya menganggur 3 mingguan. Makin ke sini makin membaik. Keuangan saya ikut membaik. Dan dalam sepanjang hidup saya pula, sekarang saya pegang uang banyak. Bahkan terbanyak. Tentu terbanyaknya saya, pasti sedikit bagi sampeyan yang sudah kerja siang malam selama beberapa tahun.
Ya begitulah keadaan pekerjaan dan keuangan saya: terseok-seok 9 bulan. Dan membaik tiga bulan berturut-turut menjelang pergantian tanggalan.
Asmara
2020 saya dibuat tergila-gila oleh seorang wanita sejak kemunculannya kali pertama. Saya membersamainya dari ia yang norak, sampai ia sekarang yang selalu menjaga image-nya setelah menyandang status baru.
Sialnya, saya tipe orang yang tidak mudah menyatakan suka seseorang secara verbal. Dan sialnya pula, saya tidak bisa menyembunyikan ekspresi dan gerak-gerik saya saat menyukai seseorang. Karena itu, justru banyak orang lain yang sudah bisa membaca itu lebih dulu. Atau mungkin, wanita itu sudah tahu tanpa saya tahu. Entahlah.
Wanita itu sudah punya pacar ketika saya mengenalnya. Dan putus beberapa bulan setelahnya. Apakah kemudian saya maju menyatakan perasaan? Sekali lagi, saya orang yang sulit menyatakan soal itu secara verbal.
Alih-alih menyatakan, saya justru menghimpun informasi tentang siapa saja yang sudah mendekatinya. Itu adalah masa yang membuat saya patah hati.
Ringkas kata, saya memutuskan untuk berhenti mencintainya. Bukan karena saya membencinya, namun saya mengerti, mencintai seseorang, betapapun besarnya, jika tidak diimbangi keberanian menyatakan, juga amunisi yang diperlukan, maka sia-sia dan buang waktu saja. Saya bisa hilang fokus pada hal yang lebih penting dari itu. Maka, untuk saat ini, dan barangkali selamanya, tidak lagi mencintainya mungkin keputusan yang tepat. Betapapun begitu, ia sukses membuat saya produktif menulis dalam jatuh cinta dan patah hati.
Skill
Kalau saja bukan karena prakerja, saya tak akan mengerti kalau ternyata, ada sebuah situs pelatihan ngoding yang asik sekali. Nama situsnya Dicoding.
Sejak lama, saya memang menaruh ketertarikan pada ngoding. Itu dimulai ketika saya mengenal blog. Alasan itu yang mendorong saya mengambil pelatihan tersebut. Kelas yang saya ambil adalah dasar pemrograman web. Kini, saya sudah lulus dengan susah payah setelah mengikuti kelas dan menggarap tugasnya lewat hape, sesuatu yang lazimnya dilakukan lewat komputer maupun laptop.
Saya jadi mengerti, saya memang tertarik ngoding. Saya sudah berencana untuk mendalaminya lagi tingkat lanjut ke depan. Sepertinya disinilah skill saya. Tinggal menunggu kapan ya saya punya laptop.
Selain itu, tentu saja kemampuan menulis yang masih terus saya tingkatkan. Kedua skill ini, saya targetkan menjadi keahlian saya. Ya bagaimana lagi, saya tidak ingin menjahit, tidak bisa bermusik, dan tidak pula pandai menggaet cewek tajir.
Pencapaian
Kalau yang besar, nyaris tidak ada. Namun kalau pencapaian kecil yang mendetail semacam bisa menulis cepat dan sebagainya, saya ada. Saya malah lebih banyak belajar untuk berhasil melakukan hal-hal kecil dan detail yang mendasar sebagai bekal hidup.
Saya kira begitu kaleidoskop saya di tahun 2020. Jika ada yang tertinggal, ya berarti peristiwa itu tidak terlalu mencolok.
Selamat menyambut awal tahun yang lebih on fire. Semoga membaik segalanya.
0 Respon