Sebuah Plan Biar nGgak Nganggur Terus

by - Juli 15, 2023


Masih tidak habis pikir dengan kemampuan yang tak banyak kumiliki, tapi selalu saja dapat mandat yang tidak mudah. Seperti tidak ditakdirkan untuk menjadi manusia biasa. Mulai dari jadi guru ngaji Madin, jadi ketua suatu organisasi, dan sekarang, jadi ketua pemuda dukuh.

Setiap sesuatu pasti ada sesuatu. Barangkali itu yang belum aku mengerti. Sikap yang aman yang bisa aku lakukan adalah menerima dan menjalaninya tanpa perlu banyak tanya. Sebab, kalau mau melihat diri sendiri, aku banyak kekurangan. Sangat banyak.

Yang paling terasa adalah kecenderunganku yang sering nganggur. Selama 5 tahun lebih, aku masih bertahan di pekerjaan yang sama. Selama itu, masa menganggur sering terjadi. Kalau mau dibilang, pekerjaan ini tidak ada progresivitas. Gitu-gitu aja dari dulu. Makanya berkali-kali pula aku ingin keluar. Meski sampai sekarang selalu tidak punya keberanian untuk mewujudkan itu.

Pertama, karena kekosongan waktu yang terjadi bisa kumanfaatkan untuk kepentingan di organisasi. Partnerku (ketua yang perempuan) bekerja di sebuah pabrik. Sementara jajaran pengurusku, terlebih wakil dan PH, sama-sama tak memiliki fleksibilitas soal waktu. Mungkin ini agak berlebihan. Tapi terus terang, kalau bukan aku bakal siapa lagi? Makanya aku tidak (menunda) untuk keluar dari pekerjaan sekarang.

Alasan kedua lebih ke area personal. Kalau mau keluar, pekerjaan apa yang bisa aku masuki. Sementara, aku masih belum memiliki skil tertentu. Kalau nekat memutuskan keluar lalu akhirnya menganggur, pasti akan lebih tidak jelas. Sekalipun, sekali lagi, bekerja ditempat sekarang saja sudah sering menganggur.

Aku masih takut akan masa depan. Tapi aku juga tahu, kalau aku tidak membuat keputusan krusial dalam hidup, aku akan begini-begini saja sampai tua. Aku mulai memikirkan jalan tengah. Maka beginilah skenarionya.

Dua bulan lagi, masa jabatanku sebagai ketua akan purna. Itu artinya, alasan pertama tetap bertahan di pekerjaan ini sudah gugur. Tersisa satu alasan yakni soal 'apa pekerjaanku setelahnya'.

Dalam lingkunganku, rata-rata pekerjaan yang dilakukan adalah penjahit. Ini bahkan sudah turun temurun. Keluargaku saja semuanya penjahit—kecuali bapak yang kini jadi kuli bangunan. Tapi tidak bagiku, aku tidak menginginkan menjadi penjahit. Sehingga aku tidak pernah belajar untuk bisa menjadi penjahit. Kalau mau cari aman sejak dulu, aku pastinya memilih itu. Kenyataannya, aku tidak memilih itu.

Lalu apa yang bisa aku perbuat? Pertanyaan menarik dan sulit. Aku tidak bisa dengan mudah menjawabnya.

Bayanganku sejak dulu adalah bekerja sebagai penulis. Tapi aku sadar diri, menjadikan menulis sebagai pekerjaan bukan sesuatu yang mudah. Aku bisa memulainya dengan menulis freelance. Aku pernah melakukannya setahun yang lalu. Meski baru satu projek yang pernah aku dapatkan yang nominal upahnya 150.000 dari menulis 5 artikel, tapi itu sudah cukup untuk melihat cara kerjanya seperti apa.

Kalau mau sedikit nekat untuk mencoba sesuatu yang baru, aku akan memanfaatkan sedikit kemampuan yang kumiliki. Misalnya sedikit kemampuanku dalam berbicara. Belakangan ini sedang gencar-gencarnya bisnis online memasarkan produknya dengan live baik di Tiktok maupun di Shopee. Sepertinya ada peluang untukku di sana. Aku merasa bisa untuk (setidaknya) mencobanya.

Pada akhirnya, pandanganku saat ini adalah bekerja freelance. Bisa freelance live produk, bisa freelance menulis, dan tidak menutup kemungkinan freelance bentuk lain.

Plan ini sudah seharusnya aku pikirkan sejak sekarang. Aku akan pikirkan matang-matang setelah kegiatan akbar organisasi 28 Juli nanti selesai. Sudah seharusnya aku berani untuk mengambil satu keputusan.


15 Juli 2023

You May Also Like

0 Respon