Bikin Naskah Drama Gebyar Muharram Kebonrowopucang
Sejauh ini, saya masih merangkai gimick-gimicknya saja. Belum sampai menemukan esensi ide cerita. Mengemas isi dibalur humor memerlukan kecerdasan intiliktuil. Intiliktuilitas inilah yang belum saya miliki.
Setiap kali menggarap naskah, saya selalu gagal menyelesaikannya dalam sekali duduk. Setiap berusaha menulis, selalu mandek berkali-kali kehabisan ide.
Bahkan sampai H-17 sekarang, masih dua babak yang sudah tergambar nyata di pikiran, itupun belum saya tulis semua. Artinya, masih belum sampai separuh. Idealnya, butuh lima babak cerita agar durasi tidak terlalu panjang dan tidak pula terlalu pendek.
Sepagi tadi, saya merancang untuk bisa memulai menuliskan semuanya secara spontan. Beberapa kali cara ini berhasil mendobrak kebuntuan ide. Tapi kali ini sepertinya belum waktunya. Saya masih mandek juga. Padahal saya sudah niatkan untuk menulis naskah 6 jam berturut-turut.
Saat saya sedang menulis ini, waktu sudah dhuhur. Yang berhasil saya tulis masih sebagian dari babak pertama. Saya putuskan untuk break siang dulu barang satu jam sebelum saya memutuskan untuk tancap gas menulis lagi sampai sore.
Naskah Drama Sebelum-sebelumnya
Sejak adanya Gebyar Muharram, drama menjadi satu hal yang tak bisa dipisahkan. Ketika menyebut Gebyar Muharram, ingatan yang paling dulu muncul adalah drama. Menjadi sangat ikonik kemudian ketika drama selalu menjadi pijakan pengingat waktu akan periode siapa waktu hal itu terjadi. Sejauh ini, drama paling ikonik adalah drama perjuangan melawan penjajah. Drama sewaktu periodenya mas Abdullah.
Selama pelaksanaan Gebyar Muharram, naskah drama selalu dibuat oleh Pak Misbah. Paling terakhir adalah drama 'anak polah wong tuo kepradah' Gebyar Muharram tahun 2019 silam.
Untuk edisi kali ini, sebetulnya saya dan rekan-rekan lain sudah sowan ke beliau untuk meminta dibuatkan drama. Beliau mengiyakan namun sekaligus tidak menjanjikan. Menurut pengakuannya, drama yang dulu-dulu selalu muncul saat-saat yang tidak terduga. Misal lagi duduk-duduk, tiba-tiba muncul ide. Saat saya berkunjung lagi di satu kesempatan, beliau mengaku sempat ada gambaran ide, namun sayangnya, tidak dicatatnya.
Di satu sisi, kami mencoba untuk bikin naskah sendiri. Sekali lagi, mencoba. Mencoba untuk membuat naskah sendiri. Pada percobaan pertama, umumnya hasilnya pasti gagal. Masih ada 16 hari lagi untuk tahu apakah percobaan ini akan berhasil atau gagal. Kita lihat saja.
0 Respon