Hari yang .....
Pagi ini, saya bangun lebih cepat dari biasanya. Jam 06.45 saya terbangun dan merasakan pusing yang luar biasa. Saya mencoba meneruskan tidur, tapi upaya saya gagal sehingga memaksa saya bangun d jam 06.50.
Saya memasukkan kasur dan bantal ke kamar, karena saya tidur di ruang depan. Selepas itu ngecas hape yang sudah lowbet dan memutuskan untuk ke depan rumah mencari cahaya matahari. Barangkali berjemur lumayan meredakan pusing.
Saya melakukan peregangan ringan dari tangan, kaki, kepala, pinggul, sampai kaki. Sekitar 20 menit dan akhirnya saya masuk lagi. Saya tiduran dan malah tertidur kembali. Bangun lagi sebelum jam 08.00.
Hari ini, saya sudah berjanji dengan diri sendiri untuk main ke rumah pacar. Saya merasa perlu minta maaf sebab semalam tidak bisa menemaninya. Sementara, pusing semakin menjadi-jadi. Paling nanti sembuh, pikir saya.
Saya lalu makan meski lidah masih sariawan, juga meski tenggorokan sulit menelan karena pusing. Selesai makan duduk-duduk dulu, memberi waktu untuk nasi bisa turun diproses.
Sebuah notif masuk, datang dari cuitan pacar saya, ia bilang ingin potong rambut lagi. Saya jadi ingat kumis dan janggut saya, yang memang sudah lebat. Saya lalu memotongnya untuk saya tunjukkan ke pacar saya. Ia pasti akan senang sebab ia akan menjadi orang pertama yang melihat itu.
Saya lalu mengabari akan ke rumahnya sehabis mandi. Tanpa menunggu balasannya, saya bergegas ke kamar mandi. Di kamar mandi, pusingnya makin kerasa. Saya punya firasat buruk. Begitu saya selesai gosok gigi, saya muntah. Sarapan saya keluar.
Selesainya mandi, saya segera mengecek balasan. Tidak seperti biasanya, ia bilang tidak bisa. Saya tanya kenapa, ia jawab akan ada temannya yang main. Saya masuk angin. Perut kembung dan kepala cekot-cekot.
Saya menduga pacarku sedang marah. Ia pasti perlu waktu dengan dirinya sendiri. Oke tidak masalah. Barangkali saya bisa vc. Ketika saya ijin untuk vc, ia menolak. Fix, ia sedang sangat kesal dengan saya.
Saya mencoba bertanya-tanya kenapa, tapi ia bilang tidak usah dipikir. Saya jadi semakin bingung dalam bersikap. Balasan terakhirnya sudah saya baca namun belum saya buka: 'cape ya', 'kadang mikir ga si ngapain pacaran?'
Saya sengaja untuk menunda menjawab. Ia sedang kesal. Dan kekesalannya, akan mempengaruhi jawaban-jawaban selanjutnya jika saya jawab seketika. Kekesalannya harus netral dahulu, agar saya bisa membicarakan baik-baik.
Saya tidak tahu ia sedang main bersama teman ke mana. Saya ingin tahu, tapi tidak ingin menambah kekesalannya. Saya sedang menunggu kapan ia selesai mainnya, saya ingin vc dan ingin bertemu. Saya kangen, dan pasti ia juga. Tapi paling penting, saya ingin mengatakan saya sangat mencintainya.
Saya mengetik tulisan ini masih dengan kepala yang pusing dan keringat yang gembrojos. Semoga kabar baik darinya membuat sakit saya juga mereda.
0 Respon