Mencoba Bikin Video dan Keberanian yang Menyertainya
Mencoba Bikin Video
Seminggu terakhir, saya belajar sesuatu yang baru dalam hidup saya: merekam video dan mengunggahnya di media sosial. Kamu bisa melihatnya di Tiktok. Di sana, sudah ada dua postingan video saya.
Ada alasan kenapa saya akhirnya berani take video bahkan mengunggahnya. Sebab, saya tertarik untuk belajar storytelling. Karena itu, mau tak mau, saya harus berhadapan dengan kamera.
Tidak Punya Pengalaman Serupa
Saya berangkat justru dari sifat pemalu, apalagi di depan kamera. Foto selfi saja sudah tantangan bagi saya. Saya bahkan tidak punya foto-foto sendiri di galeri. Foto-foto saya yang dulu-dulu tidak pernah sendiri, selalu bersama teman atau rombongan.
Belum sampai di situ, setiap ada telepon masuk saja takutnya bukan main. Tentu saja untuk urusan telepon saja ciut, apalagi video call. Saya tak pernah melakukannya sama sekali.
Berubah
Namun semua berubah ketika saya punya pacar. Waktu awal-awal pacaran, saya sering dikirimi foto pap setiap hari selama beberapa waktu. Di tengah perjalanan, pacar saya merasa iri karena saya tidak kasih pap balasan.
Saya menjelaskan padanya kalau saya malu, juga tidak pernah foto-foto begituan. Pacar saya terus mendesak. Dia menawarkan akan mengajari beberapa pose dengan mengikuti gaya foto yang dikirimnya. Atas dasar kasih sayang dan rasa keadilan, saya bersedia melakukannya.
Foto pap saya awal-awal selalu dikomentarinya. Terlalu dekat, dan sebagainya. Saya tidak marah, saya justru senang karena merasa diperhatikan. Jadilah kami sering berbagi foto pap saban hari, sampai sekarang. Jika ditanya apakah bosan, sama sekali tidak.
Perubahan juga terjadi karena pacar saya dalam hal video call. Seperti yang saya jelaskan tadi, saya cenderung takut dan menghindar jika ada yang telpon apalagi sampai vc. Awal-awal, pacar memaklumi. Namun saya kasihan juga, hingga akhirnya keberanian saya untuk vc muncul. Saya masih ingat betul pertama kali saya melakukan vc, yakni malam lebaran. Lambat laun, saya jadi sering VC, nyaris saban hari juga.
Transformasi dari yang semula malu untuk foto dan takut menerima telepon menjadi rajin eksis di depan kamera dan video call setiap waktu, membuat saya tidak lagi punya masalah dalam urusan tersebut. Saya tidak takut lagi kalau disuruh selfi dan tidak lagi takut menerima telepon maupun vc masuk.
Hingga Kemudian Bikin Video
Kemudian muncul keinginan untuk berlatih berbicara di depan kamera, saya jadi merasa, pacar saya punya peran besar di sini. Keinginan ini akhirnya bisa saya wujudkan segera tanpa perlu berlatih sepenuhnya dari nol. Karena saya sudah setiap hari video call menceritakan apa saja di depan kamera ditonton olehnya. Jika ditarik kesimpulan, take video belajar story telling nuansanya tidak jauh beda dari apa yang saya lakukan sehari-hari bersama pacar.
0 Respon