Pengalaman Menjadi Penulis freelance dan Dapat Job Pertama Kali

by - September 23, 2018



Ditengah kebingungan saya untuk mencari pekerjaan yang tetap –dalam artian punya tempat kerja dan penghasilan cukup yang setidaknya untuk menenangkan dada, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba menjadi penulis  freelance. Tentunya meskipun mencoba, saya tidak main-main dalam hal ini (apalagi kalau mencoba pacaran, sungguh). Sebab menjadi freelance adalah  harapan yang paling mungkin di tengah status saya sebagai pengangguran tak berfedah ini. Ya … meskipun tidak menjanjikan betul.

Berbekal laptop yang saya beli dengan harga sangat murah dengan nominal yang hanya 650.000 –terlebih kerena 500.000-nya hasil dari menang kuis, keoptimisan saya pada ceruk ini cukup beralasan. Memang karena sebelumnya saya juga pernah melamar menjadi penulis freelance dan diterima, bahkan saya sudah mendapat job, namun karena saya waktu itu pakai hp dan cukup menyulitkan, dengan berat hati saya memutuskan tidak melanjutkan kerjasama tersebut.

Dan kini, dengan laptop murah yang meskipun mengoperasikannya  harus nyanding colokan karena mesti dices, saya kembali melamar menjadi penulis freelance. Saya rasa menulis di laptop jauh lebih mudah dibanding menulis di hp. Hal ini didasari pengalaman saya akhir-akhir ini yang menunjukkan kalau menulis dilaptop memungkinkan apa yang ada dalam pikiran langsung bisa dituangkan dalam tulisan. Begitulah analisa saya pada saya sendiri. Tetapi tentunya setiap orang punya cara berbeda dalam hal ini. Namun demikian, meski berbeda percayalah kita akan dipersatukan dalam maghligai cinta oh mylov. Sungguh gombalan yang  receh dan tidak mengena.

Saya akhirya mencari lowongan ini. Pencarian saya adalah di situs olx. Banyak yang membutuhkan  jasa penulis artikel, dilihat dari iklan yang setiap hari selalu ada yang baru. Saya akhirnya mengirim lamaran ke beberapa pemasang iklan. Namun sebelum itu, terlebih dulu saya harus membuat contoh artikel sebagai penyandingnya. Itulah perjuangan pertama: menulis artikel untuk tes.
                      
Tentu saja saya kesulitan mengerjakan hal ini; pengalaman baru, belum terbiasa, harus mencari materi, dan artinya saya benar-benar harus mempelajarinya dari nol. Ringkas cerita saya selesai membuat artikel yang bisa dijadikan pertimbangan. Dan singkat cerita juga, saya diterima oleh salah satu pengiklan yang membutuhkan jasa menulis tadi.

Saya kemudian di-whatsapp, disuruh mengisi data termasuk didalamnya nomor rekening. Nomor rekening? Terdengar meyakinkan. Saya langsung membayangkan saya ditransfer beberapa ratus ribu uang kelak. Sayang, saya tak punya rekening. Lha bagaimana saya punya rekening, sedang uang receh pun tidak. Untungnya, kakak saya punya. Sebuah rekening yang pernah digunakan sebelumnya untuk menampung hadiah kuis waktu itu. Wahai rekening, kelak kamu bakal terisi lagi.

Masih dalam arena whatsapp, saya juga dikasih tahu aturan mainnya. Dari mulai A, B, C, sampai Z. Akhirnya saya ketahuilah fee yang akan dapatkan. Di-wasap itu tertulis untuk 200 kata saya akan dibayar 3000. Itu artinya 100 kata = 1500 rupiah. Namun dalam keterangan juga dijelaskan kalau artikelnya bagus 200 kata akan dibayar 4000, atau dalam arti lain 50 kata = 1000. Ini begitu menggiyurkan untuk seorang yang luntang-luntung macam saya. Entah kenapa, khayalan saya kembali muncul, andaikan saya bisa menyelesaikan artikel 600 kata dengan bagus setiap hari, artinya satu bulan saya akan mendapatkan penghasilan 30 x 12.000. Ya, saya bisa mendapatkan 360.000 sebulan. Tentunya ini hanya bayangan saya saja, praktik sebenarnya tidak semudah itu.

Hingga kemudian sesuatu yang ditunggu tiba. “Bisa mulai jobnya kapan?” sebuah pertanyaan yang menggetarkan semesta. Saya langsung fast respon, tak kalah cepat dari si dodolan onlen-onlenan itu. Langsung saya jawab “sekarang juga bisa mas.” Dan beberapa detik kemudian sebuah email masuk. Sebuah perintah untuk menjalankan tugas –Negara-  untuk kali pertama.

Inti dalam email itu adalah perintah membuat artikel softselling sebanyak 1000 kata dengan keyword yang telah ditentukan. Sungguh-sungguh menantang dan sulit. Pertama-tama saya langsung mencari tahu apa maksud dari soft selling di internet. Kata-kata itu begitu asing. Ringkas cerita saya kemudian tahu kalau soft selling itu jualan dengan pelan namun menusuk. Yang kemudian justru membuat saya ingin bisnis online dan menggunakan cara ini. Konon, teknik soft selling diklaim ampuh digunakan dalam ranah persosmedan ala internetiyah. Nah, inilah bukti dari salah satu faedah menjadi freelance, saya bisa tahu sesuatu yang sebelumnya tak tahu.

Berbekal pengetahuan soft selling –meski baru tahu kemarin sore- tanpa babibu dan sasisuasu saya langsung menggarap artikel tersebut. Sumpah, saya benar-benar tak  tahu apa yang harus saya tulis. Saya hanya modal ilmu materi yang saya pelajari di internet secara singkat. Bahkan saya sempat terhenti sebelum mencapai 500 kata.

Saya kembali mencari celah yang bisa saya tuliskan untuk menggenapi kata sampai 1000. Tidak mudah, saya bahkan beberapa kali jeda dan bahkan sengaja untuk tidur supaya bangun-bangun dapat inspirasi. Alih-alih begitu, bangun tidur saya juga masih bingung. Ha yo mumet aku.

Biar cerita ini tampak heroik, saya kemudian hampir putus asa. Sepertinya saya memang belum mampu untuk artikel yang menurut saya tidak receh ini. Saya ragu bisa menyelesaikannya. Pikiran pesimistis bergantian menggelanyut dalam pikiran. Saya panik, terlebih malamnya harus selesai. Ini sulit, jangan selesaikan sajalah. Awalnya saya ingin berpikir seperti itu, namun saya urung. Saya teringat isi surat lamaran yang saya tulis dengan kata-kata meyakinkan dan penuh optimis semangat juang  45. Masak saya mau lari dari tanggung jawab ini, tidak tidak. Saya akan malu kalau tidak menyelesaikannya. Saya harus kerjakan dan selesaikan. Saya tidak mau mengkhianati kalimat yang pernah saya tulis itu.

Akhirnya kemudian saya mencoba menenangkan pikiran. Kembali mencari materi. Tapi apa daya, sampai jam 12 malam artikel masih amburadul dan belum jadi. Lalu akhirnya saya minta waktu perpanjangan. Minta saja, tanpa menyebutkan sampai kapan, pokoknya nambah. Kalau menentukan waktu dan apabila pada waktunya kok belum selesai, kan malu. Dan syukurnya di OK kan.

Esoknya, diwaktu injury time yang menentukan itu, entah kenapa saya seperti punya kekuatan lebih. Saya menemukan celah untuk menyelesaikan artikel itu. Meski tidak sekaligus, akhirnya malamnya artikel itu bisa selesai yang langsung saya kirimkan. Peluit panjang berbunyi dan saya merayakan pertarungan yang hebat ini dengan lega dan bangga.

Saya tak bisa berhenti untuk melihat artikel yang saya buat. Ada perasaan bangga bisa menyelesaikan tulisan sebanyak itu dengan waktu yang bagi saya sangat sebentar dan tidak masuk akal. Saya terus membacanya. Menurut saya artikelnya bagus. Dan apabila dibilang tidak bagus pun saya pasti terima dan rela untuk revisi. Namun tidak ada komentar akan hal itu. Sungguh, sebuah pertarungan yang menyenangkan.

Artikel pertama saya sebagai freelance inipun menjadi pengalaman yang menarik dan saya yakin, memudahkan saya untuk menyelesaikan job-job berikutnya. Artikel sepanjang seribu kata. Saya lagi-lagi membayangkan fee-nya, 1000 kata, artinya 14.000. Uang yang akan berharga dan menjadi saksi sejarah. Nominalnya memang tak banyak, tapi karena hasil dari usaha sendiri, rasanya nilainya tak bisa dibandingkan dengan apapun.

Ya begitulah, pengalaman saya menerima job menulis freelance untuk pertama kali. Barangkali memang terlihat heroik, namun yang perlu diketahui, kemampuan saya mengutak-ngutik kata punya pengaruh besar pada heroiknya cerita ini. Ya…, begitulah seorang penulis bercerita, terlihat heroik, padahal ya aslinya biasa saja. He he he.

Iki ceritaku, endi ceritamu… Oh iya, tulisanku iki apik ra lur.

You May Also Like

3 Respon

  1. Bagus, ceritanya runtut, btw ajarin dong kak, cara membuat tulisan yg bagus. Hehe

    BalasHapus
  2. Gimna sih kaa biar bisa buat artikel panjang gitu?
    Terus di blog bisa di tambah akun sosmed kitam

    BalasHapus
  3. Dari sekian banyak artikel yg kubaca ttg pengalaman menjadi penulis lepas, artikel apik mas. Terasa nyata dan heroik... Semoga aku bisa ikut dpt first job jg. Maklum nubie.

    BalasHapus