Pengalaman dan Siasat Menghadapi Tragedi di Toilet

by - Oktober 03, 2018

foto di toilet instragamable
Foto di toilet ternyata instragamable lho...



Toilet merupakan tempat yang penting bagi setiap insan. Bagaimanapun aktivitas kencing dan bab juga memerlukan sebuah tempat yang menenangkan dan penuh kekhusyukan. Tempat tidak perlu instragamable, yang penting mencakup dua aspek tadi.

Namun tentunya, tidak semua tempat sesuai yang kita dambakan.  Saya sering menjumpai toilet yang pintunya rusak, bolong, dan tidak ada kuncinya. Sampeyan pasti juga pernah merasakan tho. Ini kan nyeselin banget. Kita mau aktivitas yang penuh kekhusyukan, eh fitur toiletnya tidak memadai. Sialnya lagi tentu ketika kebelet sudah tidak bisa ditahan lagi. Oke kalau sampeyan mengajak kawan untuk menjadi bodyguard pintu toilet. Terus bagaimana kalau sendiri. Agak gimana tentunya.

Saya pernah mengalami situasi persis seperti di atas; menjumpai toilet yang pintunya bolong, dan tidak ada kuncinya. Dan toilet itu ada di sekolahan waktu itu. Untungnya saya sudah paham bagaimana mengatasinya.

Bab di dalam toilet yang tidak memadai, tentu memunculkan rasa was-was yang teramat dag-dig-dig-dug. Bagaimana tidak, konsentasi untuk bab buyar. Selain harus mengatur cara agar bagaimana tinja yang jatuh tidak bunyi plung, saya juga dituntut untuk meningkatkan pendengaran yang tajam. Pasalnya, kalau ada orang datang lalu tiba-tiba menggedor atau bahkan mendobrak pintu, apa yang akan terjadi. Sungguh tidak bisa saya bayangkan.

Biasanya kalau saya sedang bab dan ada suara seret langkah sepatu mendekat, saya langsung panik. Seketika, prosesi bab kacau dan terkadang harus terpaksa diselesaikan meski belum tuntas. Dan itu sangatlah tidak membuat nyaman.  Namun kalau bab benar-benar tetap harus dilanjutkan, saya langsung memikirkan beberapa siasat ini.

Dalam kondisi yang demikian, saya harus memberi kode orang yang datang tadi kalau di dalam toilet ini masih ada saya. Caranya adalah saya langsung menjalankan kran air. Saya kira cara ini cukup ampuh untuk menunda seseorang untuk gedor-gedor. Suara krecek-krecek yang dihasilkan setidaknya juga meredamkan suara kentut dan bunyi plung yang terjadi.

Bukan hanya itu, saya juga menyiram-nyiram air sembarangan. Ya tujuannya tetap, agar orang itu tau kalau ada yang sedang aktifitas di dalam. Untuk waktu beberapa menit, dua trik ini memang ampuh. Namun tidak untuk setelahnya.

Mungkin karena orangnya juga kebelet dan tidak sabaran, pintunya akhirnya digedor-gedor. Ini bencana. Tidak ada yang lebih tidak menyenangkan tragedi dalam toilet selain digedor-gedor dan didobrak.  Bagaimanapun saya harus melakukan cara yang lain.

Karena pintu tidak ada kunci, digedor-gedor bisa membuat petaka yang akan dikenang sepanjang hidup. Saya tak mau itu. Sebelum pintu itu terbuka, sambil melanjutkan prosesi bab yang tidak khusyuk itu, tangan kiri saya menjangkau pintu supaya tertahan. Sedang tangan kanan terus menggayung air. Lebih bencana lagi karena gedoran itu makin lama makin kencang. Mau tak mau saya juga meningkatkan pertahanan. Akhirnya kaki kiri saya ikut mancal menahan pintu. Derita apa ini Tuhan.

Serasa pertahanan hampir jebol, saya harus menyelesaikan prosesi bab yang asunepol ini. Tetapi saya juga mikir. Kalau saya cebok, bagaimana nasib pintu yang terus digedor-gedor itu. Saya mikir cara lain. Dan akhirnya ketemulah sebuah benda yang menyelamatkan saya dalam tragedi ini. Ya, di dalam toilet itu terdapat pel-pelan. Dengan posisi masih jongkok, saya mengambilnya lalu mengarahkan bagian yang ada kainnya ke pintu dan memalangkannya ke sudut bawah kolam dan lantai. Aman.

Anehnya, justru ketika saya sudah memalangkan pel-pelan, gedoran itu juga hilang. Sialan sekaligus syukurlah kalau begitu. Saya ingin melanjutkan bab, namun karena moodnya sudah hancur saya memutuskan untuk menyelesaikannya. Setidaknya saya sudah menemukan cara kalau besok-besok mau bab di sini lagi.

Dan memang setelah itu, saya selalu memakai siasat ini. Memalangkan pel-pelan. Menyalakan kran air. Dan menggebyar-gebyur air pakai gayung. Tiga cara ini cukup ampuh dilakukan.

Kemudian untuk menunjang aspek keamanan dan kekhusyukannya, saya selalu mengambil jadwal bab di waktu-waktu yang sepi. Karena waktu itu di sekolah, saya memilih waktu sehabis apel pagi atau jam 11-an. Waktu-waktu ini tergolong sepi.

Nah, jika sampeyan menghadapi tragedi-tragedi ini. Siasat-siasat yang saya lakukan ini bisa ditiru. Tetapi untuk perempuan, demi kemanan seluruh rakyat Indonesia saya sarankan mengajak kawan untuk menjadi petugas penjaga toilet sementara waktu.

Demikianlah siasat saya menghadapi pintu toilet yang rusak. Pengalaman ini tentu sajatetaplah berharga. Bahkan barangkali, sebuah prestasi tersendiri bagi saya. Mengingat, sangat jarang lho yang berani bab di toilet sekolah. Saya yakin. Memangnya sampeyan pernah lur….

You May Also Like

0 Respon