Ganti Strategi: Dari Menulis Menuju ke Story Telling
Ini mungkin adalah hari ke-45 saya menganggur. Saya seperti sudah di ujung tanduk keputusasaan. Selama 45 hari itu saya hanya di rumah saja. Terkadang menulis, terkadang merenung, terkadang bengong, dan terkadang pula menangis sendiri.
Tapi berada di titik nadir, membuat saya banyak bercengkrama dengan pikiran sendiri. Yang pada akhirnya, sedikit membuat saya perlahan mengenal diri sendiri.
Dengan memiliki banyak waktu sendiri, membuat saya kemudian merenung tentang perjalanan yang saya lalui. Terkhusus soal kepenulisan. Saya jadi merubah pandangan saya soal kepenulisan.
Jika selama ini menulis adalah harga mati di mana saya harus menjadi penulis, ambisi itu kini perlahan saya revisi. Saya tidak lagi ingin menjadikan menulis sebagai tujuan utama. Saya melihatnya, kemampuan menulis yang saya miliki bertugas sebagai senjata untuk mengarungi pelayaran lainnya.
Saya ingin mengajak sedikit flashback soal hobi menulis yang saya geluti. Saya mulai belajar menulis sejak 2018 dan berlangsung sampai sekarang. Sudah lebih dari 5 tahun saya belajar menulis. Dan sejauh 5 tahun itu, saya belum kunjung membuat karya entah berupa buku maupun tulisan prestisius yang tembus media terkenal. Sepertinya akan terlalu menjadi beban jika kepenulisan yang saya jalani ditargetkan untuk hal semacam itu.
Saya ingin kemampuan saya dalam menulis tidak terbebani. Namun justru sebaliknya, saya ingin menjadikan hobi menulis sebagai sesuatu yang menyenangkan untuk dijalani. Maka saya membuat keputusan untuk menjadikan kemampuan menulis sebagai senjata dan bukan tujuan utama.
Pertanyaan berikutnya, senjata untuk apa? Jawaban ini akan saya paparkan dengan satu babak cerita tambahan.
Selain menulis, salah satu potensi kemampuan yang bisa saya kembangkan adalah berbicara di depan umum. Menjadi ketua IPNU di sebuah ranting, sedikit banyak membuat saya punya keberanian tampil di depan khalayak ramai. Pada kenyataannya, kemampuan semacam ini tidak mudah sehingga tidak banyak orang yang bisa melakukannya.
Akhirnya lahirlah satu ide baru: saya ingin menekuni belajar berbicara story telling. Jadi mulai hari ini, saya mulai ngonten latihan story telling di Tiktok. Ini adalah eksperimen yang saya lakukan untuk sarana belajar. Eksperimen ini akan menunjukkan bagaimana saya latihan berbicara setiap harinya. Saya ingin tahu bagaimana rasanya merekam video diri sendiri dan belajar mengeditnya.
Di sinilah kepenulisan hadir sebagai senjata yang bisa saya gunakan. Dalam setiap ngonten, saya akan bikin script-nya dahulu. Menyiapkan dan mematangkan materi sebelum take video. Kita lihat bagaimana hasilnya nanti.
Karena ini namanya juga eksperimen, saya tidak ingin terbebani oleh ekspektasi. Saya siap dengan segala kegagalan yang bakal terjadi. Salah satunya adalah saya siap menghasilkan video story telling yang jelek di awal-awal.
0 Respon