Ia gelisah, otaknya tak secanggih hapenya.

by - Maret 24, 2018

Dalam hal apapun, sesuatu yang baru selalu punya harapan-harapan baru. Tahun baru, baju baru, gaya rambut baru. Selalu.

Namun tidak untuk seorang yang jiwanya sedang melankolis. Entah apa yang dimelankoliskan, barangkali sesuatu itu tak layak dimelankoliskan.

Manusia satu ini meski punya hape baru, tak ada kegembiraan juga kebahagiaan yang tampak pada lembayung wajahnya. Justru kebingungan yang dijumpai.

Kecanggihan androidnya, tak diimbangi oleh kecanggihan otaknya yang masih rendah. Hal itulah musabab kenapa ia bingung. Pertanyaan yang selalu keluar dalam benaknya, melulu soal bagaimana menggunakan hape ini dengan sesuai namanya: dengan canggih.

Ia pun sebenarnya tahu, untuk mengimbangi butuh waktu. Perlu intim lebih dulu. Tapi sekali lagi, ini bicara sekarang. Bukan nanti.

Terpampangnya layar yang lebar di depan matanya membuat jarinya grogi untuk memencet. Jangankan memencet, untuk mengusap agar menyala saja ia takut. Ia tahu, justru kebingunganlah yang akan muncul. Untuk apa ia membuka hape.

Baginya, memiliki hape yang menurutnya mahal ini selain sebuah kebanggaan, juga beban. Beban sebab mahal. Mahal itu besar. Sesuatu yang besar, untuk sesuatu yang besar. Maka, beban baginya kalau hape yang besar itu tak menghasilkan sesuatu yang besar.

Tiba-tiba ingatannya menjurus menuju tetangga-tetangganya yang juga memiliki hape, yang juga canggih. Dia pikir, alangkah mubadzirnya yang dilakukan orang-orang itu.

Pasalnya, dari apa yang ia lihat. Banyak sekali yang punya hape canggih namun hanya untuk digunakan secara sederhana tanpa melibatkan kecanggihannya. Lihat saja, hape bagus hanya untuk sekedar medsosan saja. Untuk game saja. Atau untuk selfi saja. Itu amatlah tak berfaedah menurutnya. Memang semua kembali kepada si empunya. Tapi ya agak wagu. Kalau begitu, beli yang murahan saja yang manfaatnya juga tak jauh berbeda.

Dari itulah ia berpikir dua kali untuk menggunakan hape dengan melibatkan kecanggihannya. Saat ini ia sedang belajar. Sebab katanya, dengan hape barunya itu, ia akan mencipta banyak tulisan. Ia memang suka dunia kepenulisan.

Kita doakan saja semoga itu terwujud. Sehingga, rasa melankolis karena tak tau apa yang dimelankoliskan itu segera sirna.

Kita memang perlu mengapresiasi orang langka seperti dia. Barangkali kita adalah saksi. Saksi kesuksesannya kelak. Memang perlu diapresiasi, kemampuan itu harus muncul ke permukaan. Bukan didiamkan dan jadi makin tenggelam.

Selamat menulis kawan.

You May Also Like

0 Respon