Dosa membengkalaikan blog

by - Maret 28, 2018


Apakah ada dosa untuk orang yang membengkalaikan blog sepertiku?

Pagi ini menyuguhkan suasana yang pas. Dingin yang tipis, kicau burung dan pitik, dan teh hangat yang mulai mendingin. Pas sekali untukku duduk santai menikmatinya. Sesuatu yang jarang saya lakukan setelah lulus sekolah.

Pada pagi ini, juga biasanya pada waktu lainnya, aku mengecek blog ini. Sungguh kasihan, nasibnya hampir sama seperti aku yang menjomblo: sepi. Blogku memang sepi, dari dulu. Sejak aku memulainya ketika duduk di kelas 12 MA NU.

Terhitung, sudah setahun lebih blog ini berdiri. Sekilas melihatnya, semacam gubuk baru dari anyaman bambu yang beratap welid. Dimana penghuninya miskin, tak memenuhi tiap sudutnya dengan aksesoris umumnya. Sederhana dan minimalis. Lebih tepatnya, minim dana.

Gubuk itu sering dikunjungi pemiliknya. Namun barangkali tampilkan tak menarik, hanya satu dua saja tamu yang berkenaan singgah. Padahal tujuan sang pemilik membangun gubuk, agar seperti rest area, atau toilet umum, banyak dikunjungi orang.

Gubuk itu hampir pantas disebut suwung. Didalamnya, mungkin sudah memulai laba-laba membentuk jaring-jaring. Mungkin juga, langit-langit gubuk itu sudah dihiasi sekumpulan awan, ada yang tipis, dan ada yang tebal. Bukan bukan, bukan awan, itu sawang. Bahkan juga, mulai juga hadir menempati sosok asral.

Dosakah pemilik gubuk itu sebab ketidakbagusan rumahnya? Tak perlu dijawab, membuatnya saja sudah bagus kok.

Dosakah ketakterawatan blog ini?

Diluar perumpamaan tadi, aku kok jadi mengibaratkan blog seperti kekasih. Memperlakukannya harus seperti pacar. Dikasih perhatian dan diperlakukan dengan baik.

Tetapi andaikata blogku adalah pacarku. Apa kata pacarku? Pasti dia sudah marah. Setahun lebih aku pacaran, tapi tak pernah merasakan romantisme sama sekali. Setahun lebih aku tinggalkan dia tanpa kepastian, apalagi perhatian. Pasti kan sakit. Dia harusnya marah. Tetapi dia tidak, dia bilang, aku pasrahkan dan percayakan semuanya kepadamu.

Oh. Seketika, matahari keluar. Cahayanya menembus celah bilik gubuk yang sedang dikunjungi pemiliknya.

Diwaktu bersamaan, kicau pitik dan burung makin nyaring terdengar. Teh sudah dingin. Dan aku telah menyelesaikan satu tulisan ini.

You May Also Like

0 Respon