Sembuh dari sakit TBC

by - Juni 07, 2018

Jane ki aku pancen ganteng kok

Saya baru saja potong rambut. Ini simbolis saja bahwa saya mulai menjalani kehidupan yang baru.

Sejak Agustus 2016, saya terkena penyakit TB. Bahkan sampai 2018 ini saja, penyakit itu tetap setia pada saya. Ini jelas sesuatu yang berat. Sejak pertama kali sakit itu saya punya kewajiban minum obat tiap hari dengan tanpa boleh luput sekalipun.

Tiga minggu lalu, saya kontrol untuk kesekian kalinya. Total berarti saya telah pengobatan selama hampir dua tahun.

Sebab saya sudah membaik dan sudah pengobatan amat lama. Dokter bilang saya boleh berhenti minum obat setelah resep yang diberikan hari itu diselesaikan.

Sekarang, tibalah waktu yang bahagia itu. Sejak kemarin, obat sudah habis, dan saya tak mengeluhkan sakit lagi. Sejak kemarin itulah saya berhenti minum obat. Barokalloh.

Saya yakin saya sudah benar-benar sembuh. Meski demikian, dokter juga antisipasi. Katanya, andaikata dirasa ada yang tidak beres, suruh segera menghadap dokter lagi. Ternyata dokter tidak berani sembarang mengucap sembuh seseorang pasien.

Tentu saja kesembuhan ini kabar gembira, melebihi kegembiraan seorang pekerja yang dapat gajian dan THR. Saya akan bersyukur sekali dengan kesehatan ini. Saya pernah sakit, pernah berada pada masa sulit nan genting, pernah merasa tak punya harapan, dan pernah merasa hidup tiada berfaedahnya. Masa-masa itulah emosi saya dibanting, sedih, marah, kecewa, putus asa, dan segala emosi campur aduk. Masa-masa yang tidak enak.

Badai telah berlalu dan saya bisa melewatinya. Itulah yang akan saya ingat bahwa saya pernah berada dalam posisi terpuruk dan bisa bangkit. Saya jadi yakin, saya mampu melewati apapun yang akan menghadang saya nantinya.

Kesehatan ini begitu penting, melebihi yang lain. Mendapati saya sudah kembali sehat sekarang, adalah THR tersendiri bagi saya. Mungkin karena itulah, saya merayakannya dengan leyeh-leyeh di Ramadhan ini. Belum berniat kerja seperti teman-teman saya yang siang-malam terus ngebut. Saya pun akan tahu konsekuensinya, bahwa saya tak punya banyak pegangan saat lebaran.

Tetapi sebagaimana yang lain, saya juga butuh uang. Saya perlu kerja setelah ini. Karena saya tidak suka diatur, maka saya cari kerja yang tidak terikat waktu dan aturan. Mau tak mau saya harus punya keahlian, kekreativan. Ceruk pekerjaan yang pantas bagi saya mungkin adalah: pekerja kreatif, penulis, YouTubers, pedagang, atau ya pengusaha.

Setelah lebaran ini, saya punya pandangan untuk bisnis mandiri. Doakan saya supaya ada modal yang datang tak diundang.

Bismillah...

Kebonrowopucang, 1 Juni 2018 / 15 Ramadhan 1439


You May Also Like

0 Respon