Usaha Mengadakan Reuni Alumni SMP NU Karangdadap 2013-2014, Sulit dan Ndadak, Tapi Terlaksana Juga
![]() |
Ini adalah wujud stiker sekaligus mmt-nya, fokuslah ke tulisannya |
Reunian SMP adalah dambaan yang diinginkan banyak kawan yang rindu pada teman-temannya dulu terlebih di momen Idul Fitri. Momen yang tepat dan akurat.
Tapi percayalah, mengadakan reuni tak semudah kembali ke mantan. Dan hal itu tak akan terjadi jika tak ada beberapa orang saja yang rela untuk mengurusnya. Kalau sekedar bilang pingin reunian, banyak sekali.
Hal itulah yang saya rasakan saat mengadakan reunian digabung halal BI halal alumni SMP NU Karangdadap tahun 2013-2014. Sebuah usaha yang cukup keras dan patut dibaca kisahnya.
Biar lebih berkesan heroik, saya sajikan runtutan kronologis hingga akhirnya terlaksanalah acara reunian.
# Malam Senin, 4 Syawal 1439 H / 17 Juni 2018
Sewaktu kondangan di kawan alumni kami, Risma, saya tidak tau tiba-tiba beberapa kawan ingin mengadakan reuni. Satu yang iyig banget pingin reuni adalah ato'.
Ditempat itu juga, ato' langsung bilang ke beberapa kawan yang ndilalah pas kumpul disitu untuk membahas lebih lanjut di rumahnya Eva. Saya sih ikut-ikut saja.
Beberapa kawan yang saya ingat ada di tempat itu adalah Alan, Yahya, Amin, Abdul, Cicak, Firman, Izu, sementara yang wanita ada Eva, Tyas, Wirda, Toyib, Pawit, Ifah, Depi, Nopi, dan Ceol. Selebihnya, saya lupa nama.
# Rapat dadakan di rumah Eva
Ketika beberapa kawan sedang rapat, saya, Yahya, Wirda, Ifah, toyib, dan depi memisahkan diri menuju warung pinggir jalan. Ini bermula dari candaan Yahya ingin mentraktir Wirda namun ditanggapi serius. Akhirnya beneran jadi, diajaklah juga Sepi, Ifah, dan Toyib. Meluncurlah kami ke jalanan sampai berhenti di warung pinggir jalan di daerah Njrebeng, sebuah warung nasgor yang tempatnya sempit banget. Si empat perempuan itu pesen nasgor, sedangkan saya dan Yahya pesen mi goreng. Acara makan-makan disempurnakan dengan membayarnya Yahya dengan uangnya sendiri. Masya Allah, beneran mentraktir kami.
Usai kenyang, kami nyusul ke rumah Eva. Saat kami datang, tempat itu ramai sekali. Saya datang agak terlambat tentu saja, tetapi justru menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi saya. Mengapa? Setidaknya saya datang rancangan acara sudah jadi dan kepanitiaan juga sudah ditetapkan. Alhasil, saya bisa santai-santai belaka dengan tidak menjadi bagian didalamnya.
Barulah ketika saya ikut dalam lingkaran mereka, saya mencium aroma yang tidak beres. Rancangan acara memang sudah ditetapkan, pun ketua panitianya. Tetapi kedatangan saya, seakan menghancurkan keputusan yang mungkin baru beberapa menit yang lalu disepakati. Didalam lingkaran itu, tiba-tiba saya dijadikan ketua untuk acara reunian. Keputusan yang agak aneh, padahal sesaat sebelum saya datang, Amin telah ditunjuk sebagai ketua panitia. Sialan...
Yowislah, saya akhirnya terpaksa menerima. Dan karena saya ketuanya, maka resiko yang harus saya hadapi adalah memimpin rapat sampai selesai. Malam itu, langsung juga dibuat undangan meski harus minjem laptop tetangga dulu. Untungnya hadir disitu Arum dan Ulul yang bisa ngotak-ngatik word.
Rapat dadakan itu akhirnya selesai pukul 1.30 setelah kami makan nasgor bersama namun tak habis semua. Oh iya, untuk makan malam ini dibiayai sepenuhnya oleh Ulul. Bukti kalau orang kaya penting untuk dilibatkan dalam momen tertentu.
# Hari Senin
Pagi sekali, Yahya dan Amin keluar sampai ke nDoro untuk ngeprint undangan. Saya dan bahul kemudian nusul. Karena masih suasana lebaran, kami kemudian main dan icip-icip Kong Guan rasa intip di rumahnya Depi, Ina, dan Tyas.
Menjelang asar, kami lapar, lalu menuju mi ayam Naruto klembu. Dan lagi-lagi, Yahya yang mentraktir. Ya Tuhan, berilah Yahya jodoh yang cantik karena kebaikannya.
Usai kenyang, kami pancal lagi. Misi berikutnya mengopi undangan dan langsung menyebarkannya. Kami melewati beberapa tempat fc tapi tutup. Untungnya, 3 saudara nJrebeng tidak tutup. Di sana, kami ngopi sebanyak 120 dan bertemu dengan pengopinya, yaitu Reni, dia juga satu angkatan dengan kami. Kasihan juga dia, lebaran 3 hari tapi sudah kerja. Tapi bagus juga sih, kami kan bisa ngopi.
Setelah 120 kopian ditangan. Kami menuju rumahnya Wirda dan menulisi 120 lebih nama alumni. Selesainya itu, kami segera membagikannya sore itu juga. Maghrib kami baru bisa pulang. Tentu saja, saya tidak mandi. Tapi bahul pasti mandi.
# Hari Selasa
Saya memulai memantau arus undangan dan iuran lewat grub wa. Hari itu hari dimana undangan harus sudah tersebar semua. Sejak itu pula, saya memasukkan banyak alumni ke grub yang sampai kini sudah mencapai 85 anggota. Banyak kan.
Selasa itu, beberapa kordinator perdesa sudah pamer uang iuran di grub wa. Baguslah kalau begitu. Mancing desa lain untuk segera pada mbayar.
Siangnya, saya, Yahya, Wirda, dan Toyib membeli beberapa bahan untuk keperluan dorpres. Memang rencana acaranya, akan diselingi dengan pembagian doorprize.
# Hari Rabu
H-1. Mestinya semua sudah beres. Tapi tidak, undangan ada yang belum disebar. Di beberapa desa arus uang juga tersendat. Saya sampai harus jemput bola dengan menjadi bang tengel sementara waktu.
Diwaktu bersamaan, Wirda dan Toyib mborong perabotan dan daleman setelah kemarin tokonya sudah tutup.
Saya bersama Amin siang-siang berlanjut bergerilya mencari tambahan uang. Kami menjumpai Ajis, dia ngeyel tidak mau ikut. Ketika saya jumpai di rumahnya, ternyata disana juga ada Firlana, lebih akrab disapa Sapa'. Wah kebetulan sekali.
Tanpa perdebatan panjang, Ajis langsung bayar dan bersedia ikut. Jelas sudah bahwa orang ini hanya aleman. Tapi tak masalah. Selanjutnya, kami lebih ke selatan lagi, ke rumahnya Ayu. Sengaja kesana karena saya lupa memberinya undangan, sementara ayu tanya-tanya undangan terus lewat, saya jadi tak enak.
Saat sedang bertamu di rumahnya Ayu, kemudian menyusul Isman. Singkatnya, dari dua orang ini, masuklah 40 ribu. Syukurlah.
Setelah ke ayu, kami berencana ke rumahnya Risma si pengantin baru. Tapi urung, Ayu tidak mau menemani, sementara kami berlima lelaki semua. Yasudah, Risma kami lewati, kalau kesana takutnya kami dianggap mantannya. Lagipula, kami tidak mau menggangu pengantin baru yang lagi ihik-ihiknya itu.
# Malam Kamis ba'da Isya
Ini malam krusial tentu saja. Malam penentuan. Segalanya harus sudah beres. Tapi kenyataan seringkali harus membuat saya tanggap. Uang belum sepenuhnya terkumpul, minimal, menutup anggaran.
Bada Isya awalnya saya agendakan untuk rapat ceking akhir sekaligus bersih-bersih tempat. Tapi karena uang belum banyak, kami menjumpai rumah per rumah malam itu juga. Syukurnya, beberapa kawan langsung peka.
Pertama sekali, saya menjemput Amin. Baru kemudian mengunjungi door to door kawan alumni yang belum bayar. Dimulai dari mPremas, kami menjumpai Mirah, Emil, Yanti, dan Heni.
Selanjutnya saya ke Karangdadap, disana muncul Ato' dan Suti yang kemudian jadilah kami empat amunisi sebagai kesatuan bang tengel yang ampuh. Kami menjumpai Kusnoto, ceol, daerah paling ujung, sampai iffah, Heri, dan Milla. Alhamdulillah, berkat wajah melas Suti semua langsung membayar.
# Malam Kamis jam 22.30
Ceking terakhir dimulai, uang masuk ada sejuta tigaratusan, saya lupa. Uang sebanyak itu kemudian saya bagi ke beberapa sektor pengeluaran dengan pj masing-masing.
Kami juga rapatkan model acaranya besok. Fix, tidak ada guru yang kami panggil. Pertama, tentu akan ndadak sekali. Kedua, ini acara pertama kali untuk reuni kami. Jadi kami pikir, biarlah acara nanti sesuka kami sendiri.
# Kamis Pagi
Saya bangun agak terlambat, jam setengah sembilan. Ketika bangun, ada banyak pesan wa masuk. Diantaranya dari Wirda, dia minta saya untuk membangunkan Yahya karena belum bales-bales wa-nya. Pagi ini jadwalnya Wirda dan Yahya ambil stiker dan mmt. Usai mandi dan makan, saya langsung meluncur ke rumahnya Yahya. Baru bangun tidur beneran ternyata.
Usai dari Yahya, saya meluncur lagi, kali ini ke rumahnya Amin. Saya sudah janji kesana soalnya. Sewaktu kesana, dia sudah menunggu santai sambil rokokan di depan rumah. Lalu kami langsung meluncur lagi.
Ketika saya ke TKP reunian, tempat belum siap apa-apa. Disana juga belum ada siapa-siapa. Saya langsung koar-koar di grub wa.
Selang beberapa lama, Suti keluar, disusul kedatangan Alan dan Cicak. Mereka berdua sudah siap dengan gitarnya. Memang, dua orang ini sudah menyatakan sanggup untuk tampil di acara reunian nanti.
Saya kemudian menjemput Arum, dia sudah saya pasrahi beli buah-buahan. Selanjutnya, yang beli buah-buahan adalah Arum dan Eva. Sementara itu, saya dan Alan mencoba ke rumahnya Zada karena orang ini belum keliatan. Kan sialan, tempat reuniannya kan di konpeksinya. Mana belum lihat tempatnya lagi.
Tapi akhirnya, dengan kepekaan ibunya Zada, konpeksi itu dibuka juga. Tempat yang luas. Kuat menampung ratusan orang. Tapi belum disapu. Waktu itu jam 11. Dibersihkanlah tempat itu dan digelarlah karpet-karpet sebagai alasnya.
Setengah jam sebelum acara dimulai, akhirnya semua bisa dilihat. Semua sudah terpasang, termasuk mmt yang tulisannya cukup membuat beberapa kawan saya sedikit tersenyum.
##########
Satu jam kemudian, Acara dimulai. Dan... Selesai juga.
##########
Dari kisah yang saya tuliskan tadi, terlihat sudah bahwa sebenarnya mengadakan reunian itu mudah. Yang sulit adalah meluangkan waktu untuk mengurusnya. Maka perlu jiwa-jiwa yang ikhlas dan Kober untuk menjemput satu persatu rumah tiap alumni. Memang berat... Tapi ya begitulah.
1 Respon
Dadi kenangan kee.. 😂
BalasHapus