Ditengah kebingungan saya untuk mencari pekerjaan yang tetap
–dalam artian punya tempat kerja dan penghasilan cukup yang setidaknya untuk
menenangkan dada, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba menjadi penulis freelance. Tentunya meskipun mencoba, saya
tidak main-main dalam hal ini (apalagi kalau mencoba pacaran, sungguh). Sebab
menjadi freelance adalah harapan yang
paling mungkin di tengah status saya sebagai pengangguran tak berfedah ini. Ya
… meskipun tidak menjanjikan betul.
Berbekal laptop yang saya beli dengan harga sangat murah
dengan nominal yang hanya 650.000 –terlebih kerena 500.000-nya hasil dari menang kuis, keoptimisan
saya pada ceruk ini cukup beralasan. Memang karena sebelumnya saya juga pernah
melamar menjadi penulis freelance dan diterima, bahkan saya sudah mendapat job,
namun karena saya waktu itu pakai hp dan cukup menyulitkan, dengan berat hati
saya memutuskan tidak melanjutkan kerjasama tersebut.
Dan kini, dengan laptop murah yang meskipun mengoperasikannya
harus nyanding colokan karena mesti
dices, saya kembali melamar menjadi penulis freelance. Saya rasa menulis di
laptop jauh lebih mudah dibanding menulis di hp. Hal ini didasari pengalaman
saya akhir-akhir ini yang menunjukkan kalau menulis dilaptop memungkinkan apa
yang ada dalam pikiran langsung bisa dituangkan dalam tulisan. Begitulah
analisa saya pada saya sendiri. Tetapi tentunya setiap orang punya cara berbeda
dalam hal ini. Namun demikian, meski berbeda percayalah kita akan dipersatukan
dalam maghligai cinta oh mylov. Sungguh gombalan yang receh dan tidak mengena.
Saya akhirya mencari lowongan ini. Pencarian saya adalah di
situs olx. Banyak yang membutuhkan jasa penulis
artikel, dilihat dari iklan yang setiap hari selalu ada yang baru. Saya akhirnya
mengirim lamaran ke beberapa pemasang iklan. Namun sebelum itu, terlebih dulu
saya harus membuat contoh artikel sebagai penyandingnya. Itulah perjuangan
pertama: menulis artikel untuk tes.
Tentu saja saya kesulitan mengerjakan hal ini; pengalaman
baru, belum terbiasa, harus mencari materi, dan artinya saya benar-benar harus
mempelajarinya dari nol. Ringkas cerita saya selesai membuat artikel yang bisa
dijadikan pertimbangan. Dan singkat cerita juga, saya diterima oleh salah satu
pengiklan yang membutuhkan jasa menulis tadi.
Saya kemudian di-whatsapp, disuruh mengisi data termasuk
didalamnya nomor rekening. Nomor rekening? Terdengar meyakinkan. Saya langsung
membayangkan saya ditransfer beberapa ratus ribu uang kelak. Sayang, saya tak
punya rekening. Lha bagaimana saya punya rekening, sedang uang receh pun tidak.
Untungnya, kakak saya punya. Sebuah rekening yang pernah digunakan sebelumnya
untuk menampung hadiah kuis waktu itu. Wahai rekening, kelak kamu bakal terisi
lagi.
Masih dalam arena whatsapp, saya juga dikasih tahu aturan mainnya.
Dari mulai A, B, C, sampai Z. Akhirnya saya ketahuilah fee yang akan dapatkan.
Di-wasap itu tertulis untuk 200 kata saya akan dibayar 3000. Itu artinya 100
kata = 1500 rupiah. Namun dalam keterangan juga dijelaskan kalau artikelnya
bagus 200 kata akan dibayar 4000, atau dalam arti lain 50 kata = 1000. Ini
begitu menggiyurkan untuk seorang yang luntang-luntung macam saya. Entah
kenapa, khayalan saya kembali muncul, andaikan saya bisa menyelesaikan artikel
600 kata dengan bagus setiap hari, artinya satu bulan saya akan mendapatkan
penghasilan 30 x 12.000. Ya, saya bisa mendapatkan 360.000 sebulan. Tentunya
ini hanya bayangan saya saja, praktik sebenarnya tidak semudah itu.
Hingga kemudian sesuatu yang ditunggu tiba. “Bisa mulai
jobnya kapan?” sebuah pertanyaan yang menggetarkan semesta. Saya langsung fast
respon, tak kalah cepat dari si dodolan onlen-onlenan itu. Langsung saya jawab
“sekarang juga bisa mas.” Dan beberapa detik kemudian sebuah email masuk.
Sebuah perintah untuk menjalankan tugas –Negara- untuk kali pertama.
Inti dalam email itu adalah perintah membuat artikel
softselling sebanyak 1000 kata dengan keyword yang telah ditentukan.
Sungguh-sungguh menantang dan sulit. Pertama-tama saya langsung mencari tahu
apa maksud dari soft selling di internet. Kata-kata itu begitu asing. Ringkas
cerita saya kemudian tahu kalau soft selling itu jualan dengan pelan namun
menusuk. Yang kemudian justru membuat saya ingin bisnis online dan menggunakan
cara ini. Konon, teknik soft selling diklaim ampuh digunakan dalam ranah persosmedan
ala internetiyah. Nah, inilah bukti dari salah satu faedah menjadi freelance,
saya bisa tahu sesuatu yang sebelumnya tak tahu.
Berbekal pengetahuan soft selling –meski baru tahu kemarin
sore- tanpa babibu dan sasisuasu saya langsung menggarap artikel tersebut.
Sumpah, saya benar-benar tak tahu apa
yang harus saya tulis. Saya hanya modal ilmu materi yang saya pelajari di
internet secara singkat. Bahkan saya sempat terhenti sebelum mencapai 500 kata.
Saya kembali mencari celah yang bisa saya tuliskan untuk
menggenapi kata sampai 1000. Tidak mudah, saya bahkan beberapa kali jeda dan
bahkan sengaja untuk tidur supaya bangun-bangun dapat inspirasi. Alih-alih
begitu, bangun tidur saya juga masih bingung. Ha yo mumet aku.
Biar cerita ini tampak heroik, saya kemudian hampir putus
asa. Sepertinya saya memang belum mampu untuk artikel yang menurut saya tidak
receh ini. Saya ragu bisa menyelesaikannya. Pikiran pesimistis bergantian
menggelanyut dalam pikiran. Saya panik, terlebih malamnya harus selesai. Ini
sulit, jangan selesaikan sajalah. Awalnya saya ingin berpikir seperti itu,
namun saya urung. Saya teringat isi surat lamaran yang saya tulis dengan kata-kata
meyakinkan dan penuh optimis semangat juang 45. Masak saya mau lari dari tanggung jawab
ini, tidak tidak. Saya akan malu kalau tidak menyelesaikannya. Saya harus
kerjakan dan selesaikan. Saya tidak mau mengkhianati kalimat yang pernah saya
tulis itu.
Akhirnya kemudian saya mencoba menenangkan pikiran. Kembali
mencari materi. Tapi apa daya, sampai jam 12 malam artikel masih amburadul dan
belum jadi. Lalu akhirnya saya minta waktu perpanjangan. Minta saja, tanpa
menyebutkan sampai kapan, pokoknya nambah. Kalau menentukan waktu dan apabila
pada waktunya kok belum selesai, kan malu. Dan syukurnya di OK kan.
Esoknya, diwaktu injury time yang menentukan itu, entah
kenapa saya seperti punya kekuatan lebih. Saya menemukan celah untuk
menyelesaikan artikel itu. Meski tidak sekaligus, akhirnya malamnya artikel itu
bisa selesai yang langsung saya kirimkan. Peluit panjang berbunyi dan saya
merayakan pertarungan yang hebat ini dengan lega dan bangga.
Saya tak bisa berhenti untuk melihat artikel yang saya buat.
Ada perasaan bangga bisa menyelesaikan tulisan sebanyak itu dengan waktu yang
bagi saya sangat sebentar dan tidak masuk akal. Saya terus membacanya. Menurut
saya artikelnya bagus. Dan apabila dibilang tidak bagus pun saya pasti terima
dan rela untuk revisi. Namun tidak ada komentar akan hal itu. Sungguh, sebuah pertarungan
yang menyenangkan.
Artikel pertama saya sebagai freelance inipun menjadi
pengalaman yang menarik dan saya yakin, memudahkan saya untuk menyelesaikan
job-job berikutnya. Artikel sepanjang seribu kata. Saya lagi-lagi membayangkan
fee-nya, 1000 kata, artinya 14.000. Uang yang akan berharga dan menjadi saksi
sejarah. Nominalnya memang tak banyak, tapi karena hasil dari usaha sendiri,
rasanya nilainya tak bisa dibandingkan dengan apapun.
Ya begitulah, pengalaman saya menerima job menulis freelance
untuk pertama kali. Barangkali memang terlihat heroik, namun yang perlu diketahui,
kemampuan saya mengutak-ngutik kata punya pengaruh besar pada heroiknya cerita
ini. Ya…, begitulah seorang penulis bercerita, terlihat heroik, padahal ya
aslinya biasa saja. He he he.
Iki ceritaku, endi ceritamu… Oh iya, tulisanku iki apik ra
lur.