Dua Puluh Dua

by - Agustus 18, 2021

22

 

Aku memutuskan untuk tidak bekerja hari ini dan menikmati hari pertama di usiaku ke-22 dengan santai. Kupikir aku akan memulai banyak produktifitas hari ini, namun tetap saja ada kebingungan yang muncul dan berakhir pada: “ini sebenarnya aku melakukan apa, sih”.

Namun tak mengapa, aku harus menikmati momentum ini sebagai awalan. Ke depan, aku akan melewati masa-masa panjang yang akan terasa berat. Jika bukan dengan keberanian, dengan apa lagi aku harus menjalaninya.

Melangkahnya aku diusia ke-22 ini adalah sebuah pencapaian. Betapa aku masih bisa bertahan sejauh ini. Bertahan dari hal apapun yang pernah kulewati. Bahkan aku menganggap, inilah momen terbaikku.

Kusebut ‘momen terbaik’ karena banyak hal yang tidak kusadari membawaku sampai juga di titik sekarang. Perubahan demi perubahan. Keberuntungan demi keberuntungan. Dan segala hal baik yang memihak padaku.

Aku paham aku belum menjadi diriku seperti yang kuharapkan. Tapi proses beberapa tahun belakang membuatku cukup bangga. Rasanya aku tidak percaya bahwa aku sekarang adalah aku yang semacam ini.

Dulu, aku khawatir akan menjadi dewasa dengan sifat pemalu, terisolasi dari dunia luar, dan merasa sendiri dan sepi setiap waktu. Terlebih 2016 ketika aku sakit, itulah masa terberat dalam hidup yang membuatku terpuruk nyaris tanpa menyisakan harapan.

Aku digiring untuk melewati takdir demi takdir. Lamat-lamat aku tumbuh juga. Seperti bunga matahari ketika pagi, ada naluri dalam diriku untuk bergerak menemukan cahaya.

Meski begitu, aku merasa belum pernah benar-benar melakukan hal terbaik bagi diriku sendiri. Semacam belum totalitas untuk menggapai mimpi demi mimpi. Aku sadar setiap waktuku berharga, tapi aku juga sadar, banyak waktuku selama ini terbuang sia-sia. Kemalasan sering menjadi faktor utama. Dan dorongan untuk malas, adalah terlalu lama mengakses sosial media.

Poin itu yang kupegang. Lalu kuurai di mana titik menyebalkannya. Setelah kuusut, media sosial memang dirancang agar penggunanya betah berlama-lama. Setiap kali scrool, semakin ke bawah kontennya semakin menarik perhatian. Semula hanya lima menit, hingga tak terasa sudah satu jam saja mengaksesnya.

Karenanya aku mulai membatasi mengakses media sosial. Aku sudah membuang aplikasi Instagram dan Facebook dari gawai. Tanpa sadar, ternyata aku sudah meng-uninstall itu sejak lima bulan yang lalu. Bayangkan kalau aplikasi itu masih ada. Barangkali aku juga akan tidak sadar kalau ternyata aku juga akan mengakses itu setiap hari selama lima bulan. Mencengangkan. Belajar dari itu aku kemudian juga melakukan hal sama dengan Twitter.

Kini, ketika usiaku tepat menginjak 22 tahun, aku sudah tidak ada beban itu. Aku jadi punya waktu banyak untuk melakukan hal produktif sehari penuh. Selanjutnya, keputusan sepenuhnya ada dalam kendaliku.

Bismillah tanjcap gas….


You May Also Like

0 Respon