Repot Sejak Dalam Pikiran
Barusan, sebenarnya aku sudah menyalakan laptop, membuka Microsoft Word, dan menulis. Tapi setelah beberapa menit, encokku kumat. Aku menyerah, lantas mematikan laptop, dan mengganti menulis di hape sambil merebah.
Tidak semua tekad harus dituruti dengan pakem. Fleksibelitas juga diperlukan agar ketika melakukan sesuatu tidak ada rasa berat hati. Seperti yang aku lakukan kini.
Aku berkata begitu karena aku lah korban dari satu kepakeman. Selama beberapa waktu terakhir, aku tidak menulis. Aku tidak menulis sebab aku pikir, menulis itu harus benar-benar totalitas, menghadap laptop, lama, menyendiri, dan harus ndakik-ndakik.
Tak kukira, dengan pikiran semacam itu, sejatinya aku sudah membikin sulit sendiri sebuah pekerjaan. Seharusnya, ketika ingin melakukan sesuatu, sebisa mungkin hal itu terasa begitu ringan, setidaknya sejak dalam pikiran. Ya agar merdeka saja ketika melakukannya.
Namun apabila sejak awal sudah dibikin repot sendiri, untuk melakukan sesuatu harus begini begini begini, itu jelas bakal menimbulkan kemalasan.
Aku kira, ini bukan berlaku dalam satu hal ini saja, melainkan semua hal. Itulah alasan kenapa target kecil yang spesifik itu lebih baik daripada target besar yang masih abstrak.
0 Respon