Apa Itu Work Life Balance?
Kamis sudah tiba. Saatnya
meregangkan tubuh setelah menjalani seminggu yang melelahkan.
“Katanya tidak kerja?”
Ya. Aku tidak bekerja
seminggu ini. Bahkan sudah sebulan. Kaupikir, tidak bekerja artinya aku tidak
melakukan sesuatu? Tidak. Aku tetap bergerak meski hanya sedikit. Aku mencoba
mengambil job freelance menulis.
Jadi ya, sehari-hari aku
menulis. Aku bukan hanya menulis untuk job-ku saja kok. Aku menulis banyak
tulisan. Ada tulisan yang kutulis sampai selesai dan ada juga yang tidak.
Aku menulis cerita setiap
hari. Cerita-cerita receh. Kadangkala, kalau ceritaku cukup bagus, aku
mengunggahnya ke sini. Kalau tidak ya tidak.
Setiap aku bangun jam
delapan pagi, mula-mula aku mengecek linimasi medsos. Setelah merasa nyawa
sudah terkumpul, aku makan dan mandi. Barulah kegiatan rutinku dimulai.
Mengambil laptop dan menulis.
Kamu mungkin bertanya
bagaimana bisa aku menulis selama itu, kan, aku tidak bekerja?
Aku tidak menulis full
delapan jam sehari juga. Disela-sela itu aku menonton youtube, bikin status, minum,
kencing, merebah sebentar, dan kadang menjemput ponakan pulang sekolah. Bisa
dibilang, akumulasi menulisku kisaran tiga jam saja kalau tidak terputus-putus.
Kadangkala, aku juga
berpikir untuk menulis maraton semacam itu. Menulis delapan jam sehari layaknya
jam kerja. Sayangnya, aku belum bisa melakukannya. Bahkan untuk menulis satu
cerita saja kadang aku bingung mencari idenya.
Kalau tidak percaya,
lihat saja tulisan ini. Tulisanku kali ini begini saja kan. Nyaris tidak ada
ide. Ya karena memang aku tidak menemukan ide. Sehingga, yang bisa kutulis ya
kepolosanku semacam ini. Tapi, aku tetap tidak malu untuk menuliskannya.
Bukankah berhasil menuliskan kepolosan adalah pencapaian seorang penulis.
Sebulan ini, nyaris tidak
ada pemasukan yang masuk ke dompetku yang kosong. Padahal sesuatu yang kosong
biasanya siap untuk diisi. Parkiran yang kosong saja memungkinkan mobil Ferrari
untuk masuk. Kok aku tidak?
Untungnya tidak punya
uang adalah pengalaman yang sudah berkali-kali terjadi. Ini seperti de javu
saja. Tidak sampai membuatku gila.
Maklum saja lah ya. Aku
sudah mumet mikir duit. Kok ya masih mikir untuk menulis. Kan nggak imbang.
Kalau bahasa gaule munu nggak work life balance. Meski gak sedang work.
Menulis ya kudu plong.
Lhos. Ati lego. Pikiran plong. Ora kudu ndakik-ndakik.
3 Agustus 2022
0 Respon