Satu Agustus
Sudah kujumpai hari
pertama di Agustus tahun ini. Pertengahan tahun. Hampir berusia 23 tahun.
Di pagi ketika aku
menyadari ini, aku masih menganggur dan melihat kosong dompetku sejak tiga hari
yang lalu. Selalu berat untuk menempuh hidup dengan energi finansial yang belum
memadai. Sehingga selanjutnya adalah bagaimana bertahan dengan situasi yang
ada.
Aku sedang miskin, tak
akan kubiarkan jiwa dan kreatifitasku ikut miskin. Pagi ini aku makan lahap,
mandi, dan membuka dunia dalam satu tarikan ringan: laptop.
Sulit untuk menebak
apakah orang sepertiku ini kelak akan kaya. Tidak bisa melakukan apapun selain
menulis. Apakah menulis bisa dijadikan sebuah profesi?
Aku sendiri tidak terlalu
paham apakah memang benar ada profesi yang namanya penulis. Aku yakin saja
bahwa kelak aku bisa menghasilkan uang dari menulis. Keyakinan yang sering kali
benar.
Aku memang merasa sangat
beruntung punya skill menulis semacam ini, terlepas bahwa kemampuan ini perlu
dilatih lagi. Tapi ketika berhadapan dengan dunia, apalagi sebagai pemain baru,
sulit untuk berbicara keberuntungan.
Mutlak yang perlu aku
lakukan yaitu kerja keras. Kerja keras dalam menulis sialnya tidak memiliki
penjelasan tunggal. Apakah kerja keras diwujudkan dengan menulis
sebanyak-banyaknya atau bagaimana, aku belum paham hal itu.
Aku ingin menarik
pembahasan ini jauh.
Sejujurnya belakangan ini
aku minder dengan diri sendiri. Insecure. Rasa tidak aman dan nyaman. Ini tidak
lebih karena apa yang aku lihat dari sekitar selalu menampakkan hal dan pencapaian
besar. Aku tidak memiliki itu.
Aku sadar, kalau
ukurannya orang lain, sampai kapanpun aku akan tetap insecure. Yang ada ini
hanya akan membuatku jauh lebih terpuruk.
Fokusku sekarang
menciptakan definisi sendiri tentang hal apapun. Tentang sukesku. Tentang
kekayaanku. Tentang kehidupan terbaikku. Sesuatu yang lebih fokus untuk melihat
diri sendiri ketimbang di luar diri sendiri.
Suksesku sekarang adalah
aku menulis setiap hari dengan selesai dengan hasil yang lebih membuatku puas
dari hari kemarin.
Kekayaanku adalah bisa
makan hari ini dan esok, serta cukup untuk rekreasi sesekali.
Sudah jelas bahwa yang
perlu aku lakukan sekarang adalah bekerja keras untuk menulis lebih baik dari
kemarin. Mengasah ketajaman berpikir lebih dalam. Dan peka pada kehidupan
sekitar untuk dijadikan bahan tulisan.
Yang menjadi pertanyaanku
selanjutnya mungkin soal pekerjaan. Apakah aku hanya menulis sampai mendapatkan
pekerjaan dari menulis?
Mungkin saja. Bahkan
sekarang ketika aku bingung mau melakukan apa, aku sendiri sedang proses
menyelesaikan job tulisan freelance. Ngomong-ngomong, ini adalah job pertama
saya sebagai freelancer.
Sekarang aku jadi punya
pilihan ke depan: menjadi penulis freelance. Setidaknya itu pandanganku
sekarang.
Lalu bagaimana dengan
pekerjaan sekarang. Ya, tidak menutup fakta bahwa sebetulnya saya masih bekerja
di bos saya sekarang. Tapi saya jadi mikir lebih jauh, pekerjaan ini tidak saya
nikmati. Di samping itu, pekerjaan ini juga tidak stabil, kadang ramai kadang
sepi. Sekarang saja saya libur sudah sebulan. Itupun tidak jelas kapan saya
berangkat lagi.
Pendapatan dari pekerjaan
ini bagiku sudah cukup untuk membuatku memenuhi kebutuhan sebulan dan nabung.
Saya hanya eman kepada waktu saja, pekerjaan ini menghabiskan banyak waktuku
dengan imbalan yang tidak imbang. Maksudku, aku tidak bisa menjalani hal yang
aku suka ketika bekerja di sana.
Pertanyaan selanjutnya
menarik. Apakah menulis bisa membuat pendapatan lebih besar?
Tidak ada pendapatan
paten sebagai seorang penulis. Ada yang bisa kaya. Dan ada lebih banyak yang
hidup biasa saja. Saya mungkin saja yang kedua. Tapi, sekecil apapun hasilnya,
ketika saya melakukannya dengan hati, rasanya sangat berharga. Mungkin itu akan
lebih berkah. Dan lagi pula, masak pendapatannya bakal sedikit terus, sih?
Seiring berjalannya pengalaman, kualitas saya kan juga semakin bertambah. Pasti
ada masanya saya panen apa yang sedang saya rawat.
0 Respon