Satu Agustus

by - Agustus 02, 2022

 

Anam Sy

Sudah kujumpai hari pertama di Agustus tahun ini. Pertengahan tahun. Hampir berusia 23 tahun.

Di pagi ketika aku menyadari ini, aku masih menganggur dan melihat kosong dompetku sejak tiga hari yang lalu. Selalu berat untuk menempuh hidup dengan energi finansial yang belum memadai. Sehingga selanjutnya adalah bagaimana bertahan dengan situasi yang ada.

Aku sedang miskin, tak akan kubiarkan jiwa dan kreatifitasku ikut miskin. Pagi ini aku makan lahap, mandi, dan membuka dunia dalam satu tarikan ringan: laptop.

Sulit untuk menebak apakah orang sepertiku ini kelak akan kaya. Tidak bisa melakukan apapun selain menulis. Apakah menulis bisa dijadikan sebuah profesi?

Aku sendiri tidak terlalu paham apakah memang benar ada profesi yang namanya penulis. Aku yakin saja bahwa kelak aku bisa menghasilkan uang dari menulis. Keyakinan yang sering kali benar.

Aku memang merasa sangat beruntung punya skill menulis semacam ini, terlepas bahwa kemampuan ini perlu dilatih lagi. Tapi ketika berhadapan dengan dunia, apalagi sebagai pemain baru, sulit untuk berbicara keberuntungan.

Mutlak yang perlu aku lakukan yaitu kerja keras. Kerja keras dalam menulis sialnya tidak memiliki penjelasan tunggal. Apakah kerja keras diwujudkan dengan menulis sebanyak-banyaknya atau bagaimana, aku belum paham hal itu.

Aku ingin menarik pembahasan ini jauh.

Sejujurnya belakangan ini aku minder dengan diri sendiri. Insecure. Rasa tidak aman dan nyaman. Ini tidak lebih karena apa yang aku lihat dari sekitar selalu menampakkan hal dan pencapaian besar. Aku tidak memiliki itu.

Aku sadar, kalau ukurannya orang lain, sampai kapanpun aku akan tetap insecure. Yang ada ini hanya akan membuatku jauh lebih terpuruk.

Fokusku sekarang menciptakan definisi sendiri tentang hal apapun. Tentang sukesku. Tentang kekayaanku. Tentang kehidupan terbaikku. Sesuatu yang lebih fokus untuk melihat diri sendiri ketimbang di luar diri sendiri.

Suksesku sekarang adalah aku menulis setiap hari dengan selesai dengan hasil yang lebih membuatku puas dari hari kemarin.

Kekayaanku adalah bisa makan hari ini dan esok, serta cukup untuk rekreasi sesekali.

Sudah jelas bahwa yang perlu aku lakukan sekarang adalah bekerja keras untuk menulis lebih baik dari kemarin. Mengasah ketajaman berpikir lebih dalam. Dan peka pada kehidupan sekitar untuk dijadikan bahan tulisan.

Yang menjadi pertanyaanku selanjutnya mungkin soal pekerjaan. Apakah aku hanya menulis sampai mendapatkan pekerjaan dari menulis?

Mungkin saja. Bahkan sekarang ketika aku bingung mau melakukan apa, aku sendiri sedang proses menyelesaikan job tulisan freelance. Ngomong-ngomong, ini adalah job pertama saya sebagai freelancer.

Sekarang aku jadi punya pilihan ke depan: menjadi penulis freelance. Setidaknya itu pandanganku sekarang.

Lalu bagaimana dengan pekerjaan sekarang. Ya, tidak menutup fakta bahwa sebetulnya saya masih bekerja di bos saya sekarang. Tapi saya jadi mikir lebih jauh, pekerjaan ini tidak saya nikmati. Di samping itu, pekerjaan ini juga tidak stabil, kadang ramai kadang sepi. Sekarang saja saya libur sudah sebulan. Itupun tidak jelas kapan saya berangkat lagi.

Pendapatan dari pekerjaan ini bagiku sudah cukup untuk membuatku memenuhi kebutuhan sebulan dan nabung. Saya hanya eman kepada waktu saja, pekerjaan ini menghabiskan banyak waktuku dengan imbalan yang tidak imbang. Maksudku, aku tidak bisa menjalani hal yang aku suka ketika bekerja di sana.

Pertanyaan selanjutnya menarik. Apakah menulis bisa membuat pendapatan lebih besar?

Tidak ada pendapatan paten sebagai seorang penulis. Ada yang bisa kaya. Dan ada lebih banyak yang hidup biasa saja. Saya mungkin saja yang kedua. Tapi, sekecil apapun hasilnya, ketika saya melakukannya dengan hati, rasanya sangat berharga. Mungkin itu akan lebih berkah. Dan lagi pula, masak pendapatannya bakal sedikit terus, sih? Seiring berjalannya pengalaman, kualitas saya kan juga semakin bertambah. Pasti ada masanya saya panen apa yang sedang saya rawat.

You May Also Like

0 Respon