• Halaman Awal
  • Diri Sendiri
facebook instagram Email

Anam Sy

Menulis

Pekerjaan ini memang gemar saya kerjakan. Karena memang saya sudah menyenanginya. Untuk bisa menulis seperti sekarang ini tidak mudah. Perlu kemauan, tindakan, dan konsistensi. Tiga hal utama ini yang pernah saya lakukan sehingga bisa seperti sekarang ini. Meskipun sekarang belum bagus-bagus amat.

Alasan kenapa saya menyukai menulis. Tak terlepas dari kemauan diri sendiri setelah melihat karya penulis yang terkenal. Andrea Hirata misalnya. Novelnya yang pernah kubaca menghipnotisku lewat racikan kata yang luar biasa. Sungguh fantastis kekuatan sebuah kata. Begitu kagumku pada beliau.

Sebenarnya saya tipe orang yang malas membaca. Tapi seakan ditakdirkan untuk membaca. Pernah ketika diperpustakaan sekolah melihat satu novel diantara ribuan buku lain. Saya penasaran mengenai novel karena sama sekali belum pernah membacanya. Waktu itu novel yang kutemukan dan akhirnya kubaca adalah novel berjudul tambelo. Saya lupa karya siapa. Yang jelas isinya bagus sekali dan jujur saya hanyut kedalam cerita yang disajikan.

Semenjak itu saya mulai menyukai membaca, khususnya novel. Namun sayang hanya novel tadi saja yang ada di perpustakaan. Tidak ada yang lain. Saya malah tertariknya pada buku cerpen dan puisi. Waktu itu saya nemu sekumpulan buku bagus dirak bertuliskan sastra. Diantara yang kupinjam adalah kumcer, puisi bulan juni, antalogi puisi cahaya dilangit eropa, dan lainya saya lupa. Setelah baca-baca. Saya jadi mikir. Ternyata sastra itu asyik juga ya.

Mulai dari situ saya tertarik untuk bisa berkarya seperti mereka. Harapannya sih untuk bisa membuat sesuatu, novel misalnya. Dirumah, saya mulai mencoba menulis karangan untuk pertama kalinya. Haduh, saya geleng-geleng kepala mau nulis apa. Satu kalimat saja merangkainya susah. Bagaimana dengan mereka yang sampai menulis puluhan buku. Hebat.

Karena tekadku yang kuat untuk bisa menulis.  Pagi siang malam tak henti-hentinya aku memegang boloin dan buku kosong. Meski awalnya ingin menulis namun selalu berganti dengan mencoret-coret amburadul. Saking kesalnya mau nulis tapi tak bisa. Begitu seterusnya. Tapi saya tetap istiqomahkan terus meski belum menulis apapun. Minimal supaya terbiasa megang bolpoin dan kertas dulu.

Sedikit demi sedikit mulai berani menginjak  kata demi kata sampai jadi beberapa kalimat. Rasanya itu sudah senang sekali. Apalagi kalau yang saya tulis itu terlihat bagus. Langsung dengan bangga aku memposting kefacebook.

Mulailah saya berani menulis. Menulis pengalaman dahulu. Keadaan kelas. Jalanan. Cerita. Pokoknya apa saja yang bisa saya tulis. Mulailah saya menyadarinya bahwa menulis itu asyik. Bahkan setelah itu aku putuskan untuk bercita-cita menjadi penulis. Kelihatannya menjadi penulis kan keren.

Setelah biasa menulis ini itu. Sampailah aku pada titik jenuh. Dititik ini seperti semangat untuk menulis itu hilang. Istilah kerennya kalau tidak salah blok writing. Saat itu memang seperti kehilangan ide dan bosan pada tulisan sendiri yang itu itu saja. Saya kemudian mengatakan kalau ternyata menulis itu tidak semudah yang dibayangkan. Jauh berbeda dengan berbicara yang bisa ceplas-ceplos seenaknya.

Saya sempat berhenti menulis beberapa waktu. Sebab posisi saat itu meski sudah berhadapan dengan kertas dan bolpoin aku malah bingung sendiri. Niat awalnya sih untuk menyegarkan pikiran saat berhenti menulis itu. Tapi eh.. malah keenakan. Saya malah lupa untuk menulis dan fokus pada yang lain. Akhirnya saya tidak tertarik menulis lagi.

Beberapa minggu setelahnya. Saat saya sendiri sehingga biasanya saya merenung. Merenunglah saya tentang menulis tadi. Saya menganggap kemampuan menulisku ini sudah lumayan. Kemampuan yang langka dimiliki orang. Aku kembali mengingat tekadku saat itu yang begitu kuat. Dimana sampai berani bermimpi menjadi penulis. Saya kemudian tersadar. Kemampuan menulis saya yang segini saja itu sudah luar biasa. Hasil dari perjuangan mengalahkan kemalasan. Kalau saya berhenti menulis. Itu artinya saya mengkhianati perjuangan saya waktu itu.

Setelah konflik batin yang berkecamuk agak lama. Akhirnya saya bertekad untuk menulis lagi. Dengan alasan eman kalau kemampuan menulis yang lumayan ini tidak dilanjutkan. Sejak itulah saya menulis kembali. Menulis apa saja yang bisa. Bahkan ternyata aku juga bisa buat cerpen. Cerpen yang saya buat itu pun masih dengan bahasa sederhana dan cerita yang biasa saja. Belum sampai menunjukkan sesuatu yang wah. Lalu iseng saya kirim ke cerpenmu.com dan ternyata diterima juga.

Disinilah semangatku menulis membara lagi. Saya pikir perlu wadah untuk menampung tulisan-tulisanku ini. Tapi apa? Apa ya?  Dan terpikirlah untuk buat blog. Ya blog Anam Sy ini. Dengan membuat blog inilah saya terpicu untuk terus menyajikan postingan. Dan dengan itulah saya dituntut untuk terus menulis.

Terbukti sampai sekarang saya terus aktif blogging. Harapannya supaya kualitas tulisan makin lama makin kinclong dan layak dibaca khalayak ramai. Saya yakin pengamalan  menulis terus disini akan menambah pengalaman dalam kepenulisan.

Kesimpulannya adalah menulis itu mudah. Tapi setelah melalui proses pengalaman dan pengamalan yang konsisten.

Kiranya lengkap sudah cerita singkat ini. Lagipula apa lagi yang musti saya tulis. Agaknya segini saja sudah cukup. Cukup untuk menghilangkan beban dipikiran saya. Alhamdulillah sudah plong. Lega saya.

Ya sudah. Saya akhiri saja. Terimakasih sudah membaca. Dah.

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

Ya beginilah jadi blogger sukses. Tinggal duduk atau tiduran didepan layar. Buat tulisan. Posting. Banyak komentar.

Kesibukan seperti ini yang setiap hari saya jalani. Meniti kehidupan menjadi blogger memang gampang-gampang susah. Hasilnya juga lumayan. Kalau saya malah bukan lumayan lumayan lagi. Sudah jadi penghasilan utama. Faktor materi  inilah diantara alasan kenapa banyak yang menginginkan menjadi blogger.

Perjalanan sampai kesini memang panjang. Semuanya butuh proses. Tidak ujug-ujug langsung jadi. Dalam hal ini -ngeblog- dibutuhkan pengalaman dan pengalaman. Atau gampangnya action dan jam terbang. Lihat saja mereka yang sukses dalam hal apapun -termasuk blogger. Pasti sudah melewati pahitnya perjalanan. Dan itulah pelajaran yang didapatkan selama perjalanan.

Sekali lagi. Menjadi blogger itu menyenangkan. Apalagi kalau dilakukan setiap hari. Berarti otomatis jam terbangnya bertambah. Ditambah kualitas tulisan yang semakin ciamik dan dibaca banyak orang. Itu saja sebenarnya sudah membuat hati lega sekaligus bangga. Sesuatu ditulis pastinya untuk dibaca. Dan kalau dibaca saja berarti sudah gugur haknya. Mereka senang. Kita pun senang. Saling menguntungkan.

Sebentar sebentar. Saya mau ngecek penghasilan dulu. Bulan lalu Alhamdulillah dapat tiga juta. Kalau sekarang..... (cerita terpotong. Saya seperti mendengar sesuatu).

Ndak usah kebanyakan ngimpi nam... bangun

Waduh? Tanganku langsung kucek-kucek mata.

Aku tersadar. Tenyata barusan ngimpi tho.. hehe. Ini ni kebiasaanku. Melamun. Tidur ndak tidur senengnya ngimpi. Untungnya belum sampai terjatuh. Coba kalau sampai terjatuh. Pasti sakit sekali rasanya.

Saking pinginnya jadi blogger sukses. Sampai terbawa dalam mimpi dan lamunan. Aduh.. malu aku sama pembaca (tutup muka). Tapi menurutku semua berawal dari mimpi. Jadi tidak ada salahnya untuk bermimpi. Tapi juga perlu sedikit realistis sebenarnya.

Realistis gimana maksudnya?

Ya realistis. Lihat kenyataan yang sebenarnya. Jangan seperti saya. Baru punya blog kemarin sore. Masak langsung mengharap uang. Kan aneh. Ingat sob. Semua butuh proses panjang. Butuh pengamalan dan pengalaman. Untuk pemula itu seharusnya fokus menulis dan menulis. Jarang lho tulisan pemula dibaca. Kalo saya? Dibaca saja senengnya sudah luar biasa. Jadi bro.. jangan muluk-muluk lah.

Terus kok tadi kamu ngimpi?

Syutttt. Aku ini memang hobinya begitu. Hobi bermimpi. Begini ya, ngimpi jadi blogger sukses dapat banyak uang saja saya bahagia. Apalagi jadi beneran. Ha ha ha. Ini trik bahagia ala saya. Silahkan dicoba. Asyik tau.

Akhir-akhir ini memang saya banyak ngimpi. Sebenarnya sekarang itu juga jadwalnya ngimpi lho. Kalau kamu mau tau?

Maksudmu?

Maksudku. Aku sudah ngantuk. Mau tidur. Aku tidur dulu ya. Selamat bertemu dalam mimpi. Dahhh.

Sekian.

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

Alhamdulillah aku sudah lulus dari MA NU Karangdadap. Dan resmi menjadi alumni. Hore...!!. Alumni. Lengkapnya alumni MA NU Karangdadap tahun 2016/2017. Atau bisa juga Alumni ke empat MA NU Karangdadap.

Terlepas dari itu. Ada kesedihan mendalam karena harus meninggalkan sekolahan tercinta. Banyak sekali moment yang terjadi semasa sekolah disini dan tak akan pernah terlupakan.

Saya sendiri saja misalnya. Banyak kejadian yang masih ingat betul disini (nunjuk kepala). Seperti saat lcc 4 pilar di SMA Kajen. Sumpah itu seneng sekali. Secara mengejutkan aku dan kesembilan teman yang mewakili MA NU Karangdadap lolos masuk putaran final. Tau kan bagaimana ruangan finalnya?  Ada empat meja lengkap dengan bel dan mikerfon untuk menjawab. Ini pemandangan langka. Seperti lcc lcc yang disiarkan TVRI itu lho. Wow.. is amazing.

Pas final. Itulah detik-detik menegangkan. Kami bersanding bersama ketiga regu lain. Ketiga regu itu adalah MASS Proto, SMA 1 Bojong, dan satu lagi saya lupa, hehe.

Pertandingan berjalan seru. Babak demi babak terlewati. Dari babak wajib, lempar, dan rebutan. Kami sempat unggul dibabak wajib. Tapi itu belum selesai. Sesi penentunya adalah sesi rebutan. Siapa yang mencet bel duluan dan bisa menjawab dialah pemenangnya.

Sesi itu adalah sesi yang tidak menguntungkan bagi kami. Secara, urusan bicara didepan umum tidak pernah kami lakukan. Pertanyaan rebutan selalu direbut tim lain -karena memang kami tak tau jawabannya sih. Regu lain selalu lancar menjawab. Ada juga satu regu yang begitu semangat dan percaya diri menjawab. Meski saya lihat sih ngarang-ngarang saja. Tapi lumayanlah, minimal bisa dapat setengah.

Melihat regu lain yang terus mendapat poin. Kami tak tinggal diam. Untungnya kami punya Riky dengan kegagahannya. Karena mengamati regu lain yang jawab asal-asalan tapi tetap dapat nilai. Akhirnya Riky tak mau kalah dan bermain brutal. Setiap selesai juri membacakan soal, Riky langsung sigap memencet bel dengan keras. Sayang, selalu keduluan tim lain. Masalahnya Riky tak sadar kalau yang dipencet keras dari tadi adalah tanganku. Owlah Riky Riky. Sakit tanganku.

Karena selalu kalah rebutan. Kami kemudian berunding sebentar dan menentukan strategi yang pas. Strategi itu adalah memencet bel meski soal belum selesai dibacakan. Cuma ini satu-satunya cara agar bisa menjawab.

Strategi itu pun kemudian kami gencarkan. Akhirnya berkali-kali kami berkesempatan menjawab. Untuk urusan jawab-menjawab Riky yang selalu tampil. Dengan semangat ia menjawab. Dia tak peduli apapun yang terjadi. Sebab seluruh hadirin disitu tak tahan menahan tawa, termasuk aku. Lha wong jawabannya ngawur kok, asal ngomong saja. Alasan itulah yang menyebabkan Riky sering salah ucap. Yang paling saya ingat adalah saat dia menjawab diantara jawabannya ketika "...seperti memakai helm saat naik sepeda...". Hahaha. Lucu sekali waktu itu. Saking gugupnya mungkin. Semua tertawa termasuk juri. Hahaha

Dari kengawuran itulah Alhamdulillah akhirnya kami dapat juara... juara... juara empat. Pulang membawa piala dan uang yang lumayan. Hore.... Yang penting hepy.

Tapi yang diingat sangat olehku adalah kepolosan kami yang terpampang nyata. Wajar waktu itu kami masih kelas 10 jon... masih imut-imutnya. Saat sekolahan yang lain pake jas, kacamata, dan atribut lain. Kami hanya makai pakaian batik. Baru sih baru. Tapi ukurannya son... besar besar, lebih tepatnya kebesaran. Bayangkan sri wulan waktu itu, seperti pakai daster. Aduh duh..

Saat sekolah lain bawanya laptop, gitar, dan android. Kami cuma bawa air mineral yang dicangking pakai plastik dan tas gendong warisan dari smp. Bisa dibayangkan kan?

Saat regu lain berselfi ria. Kami hanya duduk dipojokan. Bagaimana mau selfi. Android saja ndak ada yang punya. Kasihan...

Tapi dari situlah terungkap siapa kami sebenarnya. Meski penampilan tak meyakinkan dan kelihatan ndeso bingit. MA NU Karangdadap bisa menembus putaran final. Itu bukti kalau kami bisa.

Sumpah. Pengalaman tadi tak akan pernah kulupakan. Itu hanya satu cerita. Belum lagi cerita lain. Uh.. jadi kangen MA NU.

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

Lha kok aku durung mari-mari yo.

Temenan puo yakin. Nek loro kui ora peneke nemen. Opo maneh lorone koyo aku iki. Loro tb kelenjar. Bayangke, padahal wis 9 wulan. Tapi durung mari tur iseh ngombe obat terus.

Sakjane yo frustasi koiki terus. Nangumah otok ra tau metu-metu. Tapi yo priye maneh. Kudu sabar wae lah. Sing penting wis usaha lan ndungo. Hasile yo pasrah lillahitaala.

Kadang aku ki yo mikir. Kok ra mari-mari. Kok seng loro aku. Kok kok kok liyane. Yo istilahe munu ngeluh lah. Masalahe kokie. Padahal aku ki ora tau ngerokok. Tapi yo kok biso keno tb paru + kelenjar. Aduh duh... sabar sabar.

Nek ra sabar tenan. Wis frustasi aku.

Tapi aku yo sadar ngeluh kui ora biso ngubah nasib tapi malah nambahi loro. Aku yo etok-etoke semangat. Mek ra ngeluh maneh ra?. Berat kui jon..

Nek iseh posisi kokiye kui dadi kilingan cerito sing tau tak rungokke. Sing intine masalah opo bae nek ati ne jembar ora bakal keroso. Pernah krungu ceritane kan. Opo? Durung. Yowis tak ceritani maneh.

Kokiye. Rungokke o. Atek bahasa indonesia bae lah sing gampang.

Pada suatu hari ada murid bertanya pada gurunya. "guru, kenapa banyak sekali masalah yang menimpaku dan tak pernah berhenti?"

Sang guru terkekeh tertawa.
"Ha ha ha ha. Muridku, sekerang ambil 2 genggam garam dan satu gelas air disana"

Si Murid lalu mengambil kemudian menghadap lagi ke sang guru.

"Ini guru" sambil menunjukkannya.

Sang guru kemudian memerintah.
"Nah sekarang masukkan satu genggam garam ke segelas air, aduklah dan minumlah"

Murid itu melaksanakan dan meminumnya.

"Apa yang kau rasakan muridku?"

"Asin guru. Sangat Asin."

Guru lalu melanjutkan.
"Sekarang tersisa satu genggam garam. Mari ikut aku kesana"

Mereka berjalan kesebuah tempat. Dan tempat tersebut adalah telaga yang sangat luas.

"Untuk apa kita kemari guru?"
Si Murid penasaran.

"Sekarang masukkan garam itu ketelaga, aduk dan minumlah"

Si Murid melaksanakan.

"Apa yang kau rasakan" tanya Guru.

"Segar guru. Amat segar"

"Nah sekarang berarti kau tau jawaban tadi"

"Maksud guru?" Si murid masih bingung.

Sang Guru akhirnya menjelaskan.

"Masalah. Bagaimanapun hanya segenggam garam. Tidak lebih dan tidak kurang.

Perbedaannya hanya pada seberapa besar wadah yang digunakan untuk menampung itu. Yaitu hati.

Jika hati sempit seperti seukuran gelas. Maka masalah itu akan begitu terasa.

Jika hati lapang seluas telaga. Maka masalah itu tidak jadi masalah lagi. Karena tidak terasa. Paham?"

"Paham guru".

Nah, cerita diatas membuktikan kalau apapun masalahnya. Jika hati kita lapang tidak lagi jadi masalah. Lalu.. apa lagi yang harus dipermasalahkan disini.

So.. saya sudahi dulu ya. Saya jadi semangat lagi setelah ingat cerita ini. Harusnya aku selapang telaga ya? Jadi, ndak sering ngeluh lagi. Yo wis aku pak semangat ndisit. Da da.

Eh, aku baru sadar. Aku ternyata baru saja manuver. Padahal tadi peke jawa. Eh.. lha kok jadi indonesia.

Kesuwun lah wis diwoco.

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

Ketemu lagi sama saya teman. Semoga selalu sehat ya. Oke.. kali ini saya akan bahas mengenai metode belajar yang efektiv. Sebelumnya, kucek-kucek mata dulu biar betah bacanya. Sudah?

Dalam belajar, tiap orang punya cara tersendiri bukan? Semuanya intinya sama, agar apa yang dipelajari bisa paham.

Saya sendiri pernah mengamati cara belajar teman-temanku sekelas dulu. Ada yang begitu. Ada juga yang begini. Semua punya caranya tersendiri. Ada yang langsung paham dan banyak juga yang tidak paham-paham.

Misal saja temanku yang biasa rangking 1,2, atau 3. Setelah saya telusuri ternyata metodenya begini. Ia belajar sampai bisa. Jika ada yang belum diketahui selalu dipahami betul sampai paham. Ia juga selalu punya waktu khusus dan butuh ketenangan saat belajar. Dan paling hebatnya, katanya ia sering belajar dini hari seusai solat tahajjud. Waw.. ini kelebihan yang tidak dilakukan yang lain. Dan satu lagi, golongan seperti ini memang punya dasar kepintaran lebih.

Kalau temanku yang sampai 10 besar beda lagi. Ia membaca semua materi. Mendalami apa yang ia pahami dan meninggalkan materi yang sekiranya ia tidak pahami. Untuk sampai paham biasanya mengulangi terus-menerus yang dipelajari sampai benar-benar paham. Namun tak jarang terkecoh saat mengisi soal dengan sudut pandang yang bereda dari yang dipelajari tadi. Siswa golongan seperti ini punya kecerdasan standar. Biasa aja.

Ada juga teman-temanku yang modelnya begini. Belajar seperti biasa. Selalu butuh ketenangan saat belajar. Diganggu sedikit saja marahnya luar biasa. Model seperti ini sudah sejuta jiwa dan raga untuk memahami pelajaran. Karena dasarnya memang sudah paham ya bagaimanalagi. Tapi lumayan, berusaha belajar.

Ada juga yang sadar dirinya sangat sulit memahami pelajaran. Akan tetapi karena sudah mengetahui kemampuannya tidak memadai. Malah diputuskan untuk tidak belajar sama sekali. Jangan heran selalu dapat rangking paling akhir. Tapi temanku yang satu ini punya kelebihan, yaitu dalam hafalan. Kalau saat ujian yang ada essaynya, ia menjawab persis seperti yang dihafalnya merujuk pada kisi-kisi. Meskipun kadang agak lucu, soalnya kisi-kisi dan pertanyaan dilapangan jauh berbeda.

Ada yang lebih parah dari itu. Ia sering bawa buku kemana saja ia pergi. Ke WC, kantin, parkiran, dan kemana saja. Kelihatannya anak pintar memang. Tapi sebenarnya ia tipe pemalas. Semalem belum belajar sehingga baru waktu itu belajarnya. Lihat saja yang seperti itu. Nilainya pasti pas-pasan.

Kalau temanku yang satu ini istimewa. Belajarnya hanya sekali waktu saja. Tidak semua materi ditekankan. Yang penting poin-poinnya ketangkap. Ini dia metode yang efisien yang selama ini saya juga terapkan. Tapi metode ini khusus siswa yang punya kecerdasan lebih. Sangat tidak dianjurkan bagi anda yang kategori cerdas standar.

Wah.. berarti yang nulis ini cerdas ya?

Haha.. tidak juga. Aku sama seperti umumnya. Tapi aku heran sama teman-temanku. Aku dijuluki manusia paling beruntung katanya. Karena memang meskipun kelihatannya tidak pernah belajar. Namun hasil-hasilnya amat mengejutkan. Seperti kala juara 2 porsema geografi, atau rangking 4 UN se-sekolahan. Begitu katanya. Hanya orang bejo  yang bisa mengalahkan orang pintar bro.... orang bejo minum tolak bala. Eh, malah iklan.

Nah.. dari metode belajar diatas. Yang manakah metode anda? Apakah yang tidak paham-paham meski sudah berusaha maksimal. Tenang tenang. Jangan panik. Saya akan beri tipsnya sesuai pengalaman pribadi tentunya.

1. Tentukan Niat

Inilah dasar dari segala macam aktivitas. Inilah awal yang menentukan bagaimana dan kemana untuk melangkah berikutnya. Langkah pertama adalah niatkan belajar anda lillahita'ala. Karena Allah. Buka karena supaya dapet rangking atau bukan karena supaya bisa dilirik wanita ya. Itu modus namanya.

2. Berdo'a

Sebelum melakuan belajar terlebih dulu memohon pada Allah Yang Maha Cerdas agar anda dimudahkan dalam memahami ilmu tersebut dan dimudahkan untuk mengamalkannya. Doa itu penting. Sebab yang menjadikan seseorang cerdas ialah Dia Yang Maha cerdas. Terserah apa yang anda baca. Bisa basmallah, Surat Alfatihah, atau dzikir Ya Rasyid 10× juga boleh. Yang penting berdoa.

3. Jangan Berhenti Belajar

Belajar saja terus. Baca saja semuanya. Itu menurutku sudah sebuah usaha bagus. Tidak paham tidak apa-apa. Karena yang diperintahkan itu adalah terus belajar. Tidak paham sekalipun kalau tetap belajar bukan masalah.

Begini.. bicara pemahaman. Paham itu tidak harus sekali jadi, memang ada juga yang bisa sekali jadi. Paham itu bisa didapatkan seiring berjalannya waktu. Dulu ketika SD misalnya aku belajar perkalian dan ndak paham-paham. Baru paham setelah beberapa tahun kemudian. Saat urusan utang misalnya. Temenku pernah utang uang 1000 tiga kali. Akhirnya aku paham juga perkalian kalau temanku utang 3000. Jadi paham itu akan mengikuti kita. Jangan sedih kalau sekarang belum paham. Siapa tau setahun kemudian kita bisa.. bisa... bisa nambah tidak paham. Hehe.

Tapi menurutku urusan paham atau tidak itu tak perlu dirisaukan. Yang penting adalah tetap belajar. Karena selama belajar kita itu pintar. Kalau sudah berhenti belajar disitulah mulai disebut bodoh. Jadi, terus belajar.

Ya.. itu saja yang bisa anda lakukan dalam belajar menurutku. Menurutku lho ya. Mau ditiru ya syukur. Tidak ya berarti syukurin.

Tapi ada yang lebih penting dari semua itu. Adalah nurut sama guru. Karena disitulah keberkahan ilmu berada.

Yap.. semangat belajar. Tidak perlu pintar. Asal benar.

Saya Syariful Anam. Manusia paling beruntung, katanya. Sekian terima kasih.

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

Halo kamu... iya kamu.
Semoga dalam keadaan sehat selalu.

Ya.. sehat memang sesuatu yang paling penting dalam kehidupan. Sebagai karunia yang luar biasa dan wajib disyukuri adanya. Tapi kadang kita semua lupa, sampai akhirnya kita dikenai sakit agar kita sadar akan pentingnya sehat.

Termasuk aku yang terlanjur sakit tbc paru dan berlanjut tb kelenjar. Mengerikan bukan? Ini penyakit mematikan nomer dua didunia lho? Bisa disebut juga penyakit kelas atas. Nah.. kalau sakit batuk biasa, pusing, meriang, itu masuknya penyakit kelas bawah. Itu kenapa saya sakit tbc. Sory, Meriang ndak level soalnya. Hahaha.

Sebenarnya aku tak tahu bagaimana dan dari mana itu semua terjadi. Tapi aku ingat persis rentetan kejadian yang saya alami sampai akhirnya harus merebah di rumah sakit.

Oke. Sekarang tak ceritakan. Duduk yang manis dulu ya. Semanis senyummu saat ketemu pacarmu. Sebentar sebentar.. aku kebelakang dulu ambil kopi hitam dan sebungkus rokok. Biar betah dengernya.

Oke oke. Saya mulai.
3
2
1

Begini, mula-mulanya waktu itu -karena masih aktif jadi pradana dan aktiv ekskul- banyak kegiatan yang harus aku ikuti. Tak jarang sampai pulang sore, kadang malah maghrib. Jadwal yang padat itulah sering melupakan makan siang.

Hal seperti itu berlangsung terus-menerus -karena saya menganggap biasa saja dan tidak terjadi apa pun. Sebenarnya keluarga juga sudah memberi lampu merah mengikuti kegiatan sampai sore. Tapi karena aku ini ngeyel, tetap saja saya ikuti.  Disinilah mulai ada ketidak beresan.

Tepatnya setelah UKK selesai, atau waktu itu pas awal puasa. Aku sudah mulai menunjukkan gejala sakit. Seperti gampang capek dan kurang nafsu makan. Apalagi saat puasa, rasanya hampir-hampir tidak kuat.

Waktu itu semakin lama semakin menjadi. Gejala aneh mulai berdatangan. Gejala yang sekarang aku tau itu adalah gejala penyakit tb paru. Gejala itu adalah mimisan. Aku pernah mimisan pas baca yasin saat puasa. Sampai-sampai menetes kekertas yasinannya. Aku hanya mengira itu mimisan biasa.

Gejala lain, aku juga biasah batuk-batuk dan tak henti-henti. Hal itu membuat ibadahku ramadhan itu berkurang. Misal saja tadarus yang mengandalkan suara, jelas batuk mengganggunya. Batuk itu juga berdahak. Seringkali aku meludah untuk mengeluarkan cairan kental ditenggorokan. Bahkan pernah saya terkejut, sesekali yang keluarkan adalah cairan berdarah. Tapi sekali lagi, kukira itu gejala biasa.

Ada lagi, yaitu ketika seringkali pendengaranku terganggu. Telinga sulit mendengar. Pernah juga sampai tak mendengar sama sekali. Itu kenapa saya rada tidak ngeh kalau diajak bicara.

Masih ada lagi, gejala nafsu makan turun. Tidak seperti umumnya orang yang kalau buka puasa atau sahur makan sebanyaknya. Aku ini malah tidak nafsu makan meski posisi akan puasa. Karena itu aku juga pernah sekali les-lesan. Tau les-lesan? Itu lho badan rasanya tidak enak semua. Anda pasti paham kan.

Kondisi yang demikian ini membuat sekeluarga khawatir. Maka, seminggu usai lebaran. Aku memeriksakan diri kedokter untuk pertama kalinya. Setelah ditanya ini itu, dokter menduga aku terkena gejala tipes. Kemudian aku diberi obat yang harga totalnya 50ribu kalau ndak salah.

Obat kudapat. Sumpah aku gelagapan saat melihat pilnya. Bentuknya besar-besar dan banyak. Ini sungguh menyiksa. Jujur itu pertama kali aku berhadapan dengan pil sebesar kancing -memang aku sebelumnya hampir tidak pernah minum obat. Aku mau pengakuan, kalau waktu itu aku tidak bisa menelan pil (malu, tutup muka) hehehe. Ini pertama kali mencoba menelan pil. Sangat sangat mendugalkan. Aku tak bisa dengan memakai apapun. Apalagi kalau sudah masuk mulut tapi ndak masuk, ndak bakalan saya coba lagi. Itu menjijikan. Kalau seperti itu, diam-diam aku buang juga. Wah.. nakal ya. Jangan tiru ya.

Tapi sayang resep dokter tadi tak mempan. Aku mencoba ganti dokter yang kedua.  Diagnosa dugaannya sama, gejala tipes. Resepnya beda tapi sama. Sama-sama tidak mempan.

Ganti dokter ketiga. Sama juga, gejala tipes katanya. Tapi masih saja.

Aku coba ke puskesmas atau dokter keempat. Sama juga tidak mempan. Malah setelah itu ada gejala baru yang aneh. Tiap malam selalu keluar keringat dingin. Sampai harus gonta-ganti baju karena klucur. Rasanya tidak enak sekali.

Pindah dokter kelima. Hasilnya nihil juga. Kelima dokter ini tak sanggup menyembuhkanku. Sampai guru-guru sekolahku merasa ada sesuatu yang aneh. Masak diperiksa lima dokter berbeda tidak malah membaik? Begitu kiranya. Lalu guru-guruku ini datang kerumahku dan mengajakku periksa ke puskesmas.

Singkat cerita, sampailah aku menjadi pasien rumah sakit didaerah Ambokembang. Disinilah terkuak penyakit yang selama ini ada dalam tubuhku. Penyakit itu adalah tbc paru-paru ternyata. Berbeda dari dugaan lima dokter sebelumnya yang menyatakan aku sakit tipes.

Begitulah rentetan kejadian yang baru kusadari itu adalah gejala penyakit tbc paru. Dari cerita diatas pastinya banyak sekali kan pesan yang bisa anda ambil. Pesan tersebut diantaranya adalah tetap jaga kesehatan dan nurut orang tua.

Mari jaga kesehatan kita. Jangan sekali-kali mau sakit. Aku sudah terlanjur sakit. Rasanya ya begini. Tidak enak semua. Sekali lagi, jangan sampai anda sakit.

Semoga anda dan keluarga senantiasa diberikan kesehatan dan menjaga kesehatan.

Saya Anam sy. Mengharap sebuah kesembuhan. Terima kasih

Love you

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

Pernah ndak sih anda melakukan kesalahan didepan umum. Pasti sesekali pernah kan. Aku juga pernah melakukan kejadian konyol itu. Amat sungguh memalukan. Bagaimana ceritanya? Ini dia.

Waktu itu pas perpisahan. Seperti biasa selalu ada sambutan mewakili kelas 12 yang  diwisuda. Kebiasaan disekolahanku MA NU Karangdadap sambutan dilakukan memakai empat bahasa; arab, inggris, indonesia, dan jawa. Tapi untuk tahun 2017 ini hanya pakai tiga bahasa; inggris, arab, dan jawa.

Ketiga perwakilan itu adalah Kholid pegang bahasa inggris, Safri ambil arab, dan saya dapat bahasa jawa. Sebenarnya aku agak kurang PD saat ditunjuk bu Khotim untuk ini. Tapi karena cuma saya harapan satu-satunya. Jadi ya mau ndak mau harus mau. Karena temanku putra yang lain jarang kesekolah akhir-akhir ini. Irfan misalnya ia sudah kerja semenjak setelah UN selesai, begitupun Riky, Iqbal, dan Lukman. Alhasil, saya yang sering berangkat sendiri kesekolahan akhirnya ditunjuk bu Khotim. Padahal sih berangkatku untuk melatih anak teater untuk pentas. Tapi, yasudahlah.

Aku dikasih naskah untuk dihapalkan. Karena nanti majunya tidak bawa teks. Tidak banyak sih, tapi aku lebih fokus melatih teater, sehingga terlalaikan. Aku malah baru ngapalin sehari sebelum hari H. Pikirku : Ah.. gampang. Nanti juga apal. Begitu. Namun pas gladi bersih, aku masih banyak kesalahan membaca. Bahasa jawa yang dinaskah kata-katanya asing soalnya. Ya sudah, mulai dari situlah aku pesimis.

Berlanjut pas hari H. Waktu yang mendebarkan karena sampai waktu itupun aku belum hafal juga. Aduh. Aku tak henti-hentinya melihat catatan kecil yang kubuat tadi pagi. Sumpah, aku belum siap sama sekali.

Acara selanjutnya, sambutan tiga bahasa oleh perwakilan wisuda wisudawati.

Seruan MC itu membuat jantungku berdetak tak karuan. Detik-detik hidup mati sudah dimulai. Safri dan Kholid melangkah dengan meyakinkan. Sementara aku maju dengan ragu sambil terus melihat catatan ditangan. Sumpah aku tidak siap. Aku tidak siap.

Sampailah kami dipanggung. Ratusan pasang mata menyorot kami. Kepala sekolah, guru, TU, wali siswa, tokoh masyarakat, dan siswa siswi. Aku begitu gugup. Berkali-kali menarik nafas pelan dan keluarkan.

Kami mulai dengan salam bersama-sama.
Assalamu alaikum wr wb

Dilanjut sambutan bagian pertama. Kholid dengan bahasa inggrisnya. Dia tampak begitu fasih dan percaya diri. Tatapannya meyakinkan. Tangannya digerak-gerakkan dan sesekali diayunkan. Hebat sekali temanku ini. Selesai. Kholid sukses dengan inggrisnya.

Bagian kedua. Bahasa arab oleh Safri. Sama dengan Kholid, ia amat fasih dan lancar. Sesekali aku melirik dan memperhatikan bibirnya yang manyun saat mengucap shot.

Melihat mereka membuatku amat pesimis. Apalagi setelah ini bagianku. Aku belum siap. Kalau aku tau akan begini, tak bakalan malu menerima tugas ini. Tapi semua sudah terlanjur. Sejenak aku pejamkan mata. Menghirup nafas pelan dan keluarkan. Membuka mata menatap mereka yang menatapku untuk menguatkan kepercayaan diriku. Dadaku kubusungkan. Tubuhku kutegakkan. Aku sudah maju dan harus tampil percaya diri.

Safri selesai. Sekarang giliranku. Sebenarnya aku amat gugup waktu itu. Namun kututupi dengan hal tadi. Hatiku bilang pasti bisa. Bismillahirrahmanirrahim.

Meskipun aku amat down. Aku melantangkan suara agar terlihat siap. Aku mulai bicara. Semua memperhatikanku. Namun disinilah awal petaka. Aku lupa isi teksnya saat dipertengahan. Aku berhenti sejenak. Sempat kudengar ada yang mulai tertawaiku. Akupun melanjutkan, tapi ngawur. Aku malah memakai bahasa jawa ngoko saat itu. Meski intinya sama, tapi ini panggung mulia. Tidak tidak. Aku berhenti lagi. Dan itu membuat ibu-ibu dibelakang menertawaiku habis-habisan. Aku tak tau apa yang harus kulakukan. Akhirnya dengan terpaksa aku membuka kertas yang sudah kusiapkan digenggaman. Aku pun membacanya. Aku tak lagi menampilkan body league. Yang penting saat itu bagaimana sesi ini kurampungkan secepatnya. Dan selesai juga. Kami tutup dengan salam.

Seturunnya dari panggung. Tubuhku amat lemas dan hanya mampu menunduk kebawah saking malunya. Saat berjalan ketempat duduk, aku sempat menoleh ke Bu Khotim. Kulihat beliau juga menatapku dengan senyum. Entah senyum menguatkan atau senyum kekecewaan terhadapku. Yang jelas kejadian itu sangat memalukan. Sial sial sial.

Saat sudah duduk pun aku hanya diam. Meratapi kekonyolan yang teramat nyata. Ya sudahlah, sudah terlanjur juga kan.

Itu tadi pengalaman memalukan yang pernah saya alami. Lupa isi sambutan saat perpisahan. Tapi hal itu alhamdulillah terbayar lunas ketika teater sukses mementaskan sajian yang aduhai dan membuat bapak ibu guru, adik kelas, dan para wali siswa terhibur.

Kejadian memalukan memang tidak kita inginkan. Tapi selalu ada cara untuk melunasinya.

So.. apakah anda punya pengalaman yang memalukan sepertiku. Atau malah lebih parah dari yang ini? Ha ha ha. Mungkin itulah yang membuat kita bisa tertawa.

Sekian. Saya Syariful Anam. Lulusan MA NU Karangdadap 2017. Terima kasih.

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

6 September 2016. Awal sebuah cerita panjang yang belum berkesudahan.

Apa?
Aku sakit TB?

Aku sedikit terkejut mendengar kenyataan ini. Ternyata penyakit yang selama ini ada dalam tubuhku adalah tbc paru. Masalahnya akhir-akhir ini sudah saya periksakan kelima dokter yang berbeda dan hasilnya semua menyatakan aku terkena tipes. Kelima dokter tadi memberi resep obat yang berbeda dan semuanya juga tidak ada yang mempan. Sampai akhirnya dirujuklah aku untuk kontrol ke RSI Muhammadiyah Pekajangan. Karena puskesmas karangdadap yang kudatangi tadi tidak sanggup karena melihat kondisiku yang memprihatinkan. Dan di RSI inilah terungkap penyakit yang selama ini ada dalam tubuhku, yaitu penyakit Tbc paru-paru. Terbukti dengan hasil ronsen yang kata dokter aku positif tb. Tapi ketika aku sendiri melihat fotonya seperti tidak apa-apa, atau aku yang memang tidak tau. Sebenarnya aku tak tau banyak tentang penyakit ini. Tapi kata bapakku penyakit tb ini harus disembuhkan minimal dengan 6 bulan pengobatan, Fantastis.

Siang itu aku hanya bisa terkapar tak berdaya di ruang matahari 2 menjadi pasien RSI Muhamadiyah Pekajangan. Ditemani bapakku yang sebenarnya tidak menyangka saya harus menginap disini. Siang itu juga ada guru-guru yang menghantarkanku kesini, Pak Khoirun, Pak Zaki, dan Bu Tutik. Entah dengan apa aku harus mengucap terima kasih pada mereka. Merekalah yang berinisiatif untuk memeriksakanku ke puskesmas dan akhirnya sampai dipembaringan ini. Terlebih lagi Bu Tutik yang pernah membawaku kedokter di Doro samping pasar dengan uang pribadinya. Disinilah saya melihat insting keibu-ibuan dari beliau. Dari sini juga aku bisa melihat kalau masih banyak yang mempedulikanku, terutama bapak. Tapi disatu sisi saya sedih karena membuat mereka repot mengurusiku.

8 hari saya habiskan diruang inap bersama bapak yang setia mendampingi. Tak terhitung berapa kali aku disuntik. Berapa kali ganti tabung infus. Yang kutau bahwa aku tak bisa apa-apa dan hanya bisa tiduran. Tak bisa kubayangkan bagaimana penyakit ini ada dalam tubuhku. Padahal aku bukanlah perokok. Tetangga juga tidak ada yang terkena. Lalu bagaimana virus itu masuk dalam tubuhku yang kurus ini?

Tak terbayang juga bagaimana harus rutin mengonsumsi obat 6 bulan lamanya tanpa sekalipun terlewat. Konon, kalau satu kali saja terlupa harus mulai lagi dari awal. Mengerikan sekali. Untungnya aku sudah ahli menelan pil, itupun karena sudah terlatih saat pengobatan dengan dokter lima tadi. Bayangkan kalau tidak, bagaimana sulitnya nanti kalau mau minum harus digerus dulu, tentu akan merepotkan. Untung, karena sebelum itu untuk urusan menelan pil sangat saya benci, sebab dengan cara apapun selalu gagal. Pakai air putih, pakai teh, atau sampai pakai pisang, selalu gagal. Kadang saya merasa kesel disitu. Malah kalau sudah gagal aku langsung membuangnya saja. Iya lah, teksturnya berubah dan jijih kalau melihatnya.

Selama diranjang pasien inilah aku merasakan sesuatu yang tidak ingin dirasakan oleh siapapun. Sulit bagaimana menceritakannya. Semua serba tidak enak. Makan tidak enak, tiduran terus bosan, duduk pegal, berdiri tak kuat. Sedih rasanya. Kadang juga pingin pulang saking bosannya. Kadang juga nangis. Sering juga kesal dengan menunjukkan penolakan terhadap apa yang ditawari bapak. Saking kesalnya, pernah bapakku memarahiku saking kesalnya melihatku kesal. Begitulah rasanya berada dirumah sakit menjadi pasien, menyedihkan. Jangan sekali-kali mau sakit.

Namun kesedihanku ini sedikit terobati ketika banyak yang datang menjenguk. Tetengga samping kanan kiri, teman sewaktu SMP dulu, teman kelas, sahabat akrab, dan paling berkesan adalah kehadiran sang mantan. Mereka membawa banyak cangkingan, dari jambu, kelengkeng, apel, pear, roti, susu, dan banyak lagi. Tapi disini kadang saya merasa ada sebuah ketidakadilan. Masa ngasihnya saat sakit, dimana nafsu makan tidak ada. Sementara saat sehat?. Sudahlah, saya anggap ini semua sebagai sebuah perhatian pada sesama. Meskipun saya tidak banyak memakan buah-buah ini, tapi kan keluarga saya dapat untungnya juga kan. Tetep untung kok.

8 hari di rumah sakit rasanya seperti satu tahun, lama banget. Aku masuk disini sejak 6 September 2016 / 6 Dzulhijjah 1437. Awalnya saya targetkan untuk pulang sehari sebelum Idul Adha agar bisa takbiran dirumah. Tapi sayang, aku baru bisa pulang 2 hari usai Idul Adha. Itu artinya aku takbiran di rumah sakit. Ketika gema takdir mengumandang malam itu, aku hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Seperti menjadi kambing diantara para kambing yang esok akan disembelih.Pasrah menyerahkan diri pada Allah yang maha kuasa.

Bagaimana aku tidak harus pasrah. Ini penyakit tbc paru. Penyakit mematikan nomor dua didunia. Sebuah pukulan telak bagiku karena waktu itu posisiku masih jadi murid kelas 12 di MA NU Karangdadap yang akan menghadapi ujian. Kalau dihitung-hitung, UN digelar April 2017. Berarti 7 bulan lagi. Sementara pengobatan 6 bulan. Sisa satu bulan. WHAT? itu yang sempat membuatku sedikit pusing. Semua terjadi bersamaan. Seperti pepatah sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Tapi aku juga harus ingat. Posisiku masih sakit. Tidak boleh mikir yang macem-macem. Prioritas utama adalah sehat. Itu yang kemudian aku sama sekali melupakan UN. lagipula, aku kan lumayan pintar dan nyantelan. Hahaha.

Setelah kondisi lumayan membaik. Akhirnya pada 13 September 2016. Aku ingat sekali kalau waktu itu malam tasyrik kedua atau tanggal 12 bodo besar. Sebelum itu, Bapakku menyelesaikan pembayaran dulu di kasir. Dan kau tau berapa total bayarnya? Selama 8 hari itu semua berjumlah 3 juta sudah termasuk makan, infus, obat, suntik, dan tetek bengeknya. Untungnya semua ditanggung BPJS. Terimakasih pemerintah. Tapi meskipun kehidupanku di rumah sakit ditanggung BPJS. Bukan berarti tidak ada uang yang dikeluarkan. Karena untuk bapakku yang menemaniku saja habis setengah juta lebih dalam seminggu itu. Biaya makan disini mahal soalnya.

Seperti biasa orang yang sakit dan merebah di rumah sakit selalu ada saja yang menjenguknya. Bertanya-tanya tentang kondisiku dan pulang menyalamiku uang. Banyak sekali yang menjengukku dan banyak juga uang yang masuk dalam kantongku. Sebelum aku meninggalkan rumah sakit ini. Sempat sesekali menghitung semua uangnya. Dan Fantastis, menembus tiga juta lebih. Pulang bisa langsung beli samsung keluaran terbaru, laptop, atau tv 21 inc, haha. Tapi uang sebanyak itu tak ada gunanya kalau dalam kondisi sakit. Karena sehat bagaimanapun mahal harganya. Uang sebanyak itupun hanya kusimpan, jaga-jaga kalau bayar pengobatan selanjutnya dan lain-lain.

Akupun akhirnya mengakhiri kehidupan yang membosankan di ruang matahari 2 dan pulang. Pamit kepada pasien lain yang tak kalah menyedihkan. Akupun pamitan pada tempat ini dimana ini adalah pengalaman paling pahit selama hidupku. Aku berterimakasih padanya karena telah mengajarkanku kalau kesehatan itu sebuah nikmat yang harus disyukuri. Bersama mas Zaki dan Bapak kami keluar dan meninggalkan RSI Pekajangan ini. Menunggu sebentar diluar, dan kemudian datanglah Pak Khoirun dengan mobilnya. Mobil ini juga yang menghantarkanku kesini 8 hari yang lalu. Terimakasih Pak Khoirun.

Beberapa menit kemudian sampailah aku dirumah. Akhirnya akhirnya dan akhirnya. Aku keluar dari rumah sakit yang membosankan.

Oh iya aku sampai lupa berterimakasih pada Pak Kartono. Dia adalah dokter yang menanganiku. Sudah tua, sudah beruban dan amat berpengalaman menurutku. Bertangan dingin menghadapi apapun kondisinya. Tapi seperti tidak banyak berbicara. Tapi aku suka. Terimakasih Pak Kartono.

Sekedar catatan. Ini adalah pengalaman paling pahit. Paling membosankan. Paling menyedihkan. Dan paling paling paling lainnya. Tapi semua belum selesai  dengan keluarnya aku dari rumah sakit. Masih ada penderitaan lain saat di rumah setelahnya. Sampai sekarang inipun belum selesai rentetan kepedihan ini. Nanti aku ceritakan lagi.

Pesan saya kali ini. JANGAN MAU SAKIT. Apalagi sampai masuk rumah sakit. Tapi kalau sudah sakit, bagaimana lagi. Hanya sabar yang bisa dilakukan. Jagalah kesehatan dan paling penting nurut orang tua.

Sekian dulu.. semoga bisa diambil manfaatnya. Saya Syariful Anam. Satu dari sekian banyak penderita tbc paru.  Terimakasih

Share
Tweet
Pin
Share
4 Respon
Newer Posts
Older Posts

Info

Tayang seminggu dua kali

Mutualan, Yuk

  • facebook
  • instagram
  • youtube

Kategori

IPNU

Postingan Viral

Catatan

Sementara kosong dulu, seperti hatiku

Facebook

Isi Blog

  • ►  2024 (15)
    • ►  Apr 2024 (1)
    • ►  Mar 2024 (4)
    • ►  Feb 2024 (1)
    • ►  Jan 2024 (9)
  • ►  2023 (11)
    • ►  Des 2023 (3)
    • ►  Nov 2023 (1)
    • ►  Sep 2023 (3)
    • ►  Jul 2023 (4)
  • ►  2022 (46)
    • ►  Nov 2022 (7)
    • ►  Okt 2022 (7)
    • ►  Sep 2022 (6)
    • ►  Agu 2022 (4)
    • ►  Jul 2022 (9)
    • ►  Mei 2022 (4)
    • ►  Jan 2022 (9)
  • ►  2021 (22)
    • ►  Des 2021 (5)
    • ►  Sep 2021 (3)
    • ►  Agu 2021 (6)
    • ►  Jun 2021 (1)
    • ►  Mar 2021 (7)
  • ►  2020 (14)
    • ►  Des 2020 (1)
    • ►  Nov 2020 (2)
    • ►  Jul 2020 (2)
    • ►  Jun 2020 (1)
    • ►  Mei 2020 (1)
    • ►  Apr 2020 (1)
    • ►  Mar 2020 (2)
    • ►  Feb 2020 (4)
  • ►  2019 (3)
    • ►  Mar 2019 (1)
    • ►  Feb 2019 (1)
    • ►  Jan 2019 (1)
  • ►  2018 (57)
    • ►  Okt 2018 (7)
    • ►  Sep 2018 (5)
    • ►  Jul 2018 (11)
    • ►  Jun 2018 (3)
    • ►  Mei 2018 (4)
    • ►  Apr 2018 (2)
    • ►  Mar 2018 (5)
    • ►  Feb 2018 (12)
    • ►  Jan 2018 (8)
  • ▼  2017 (71)
    • ►  Des 2017 (7)
    • ►  Nov 2017 (20)
    • ►  Okt 2017 (10)
    • ►  Sep 2017 (8)
    • ▼  Agu 2017 (8)
      • Mulai dan Lanjut Menulis
      • Senangnya Menjadi Blogger Sukses
      • MA NU Karangdadap dan Hal yang Tak Terlupakan
      • Sabar yo bos..
      • Cara Belajar Efektif Menurut Saya
      • Pesanku Sebagai Penderita Tbc : Jagalah Kesehatan
      • Lupa Isi Sambutan Saat Perpisahan di MA NU Karangd...
      • Pengalaman Sakit Tbc Yang Mengharuskanku Merebah d...
    • ►  Jul 2017 (9)
    • ►  Jun 2017 (5)
    • ►  Mei 2017 (4)

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates