Pesanku Sebagai Penderita Tbc : Jagalah Kesehatan
Halo kamu... iya kamu.
Semoga dalam keadaan sehat selalu.
Ya.. sehat memang sesuatu yang paling penting dalam kehidupan. Sebagai karunia yang luar biasa dan wajib disyukuri adanya. Tapi kadang kita semua lupa, sampai akhirnya kita dikenai sakit agar kita sadar akan pentingnya sehat.
Termasuk aku yang terlanjur sakit tbc paru dan berlanjut tb kelenjar. Mengerikan bukan? Ini penyakit mematikan nomer dua didunia lho? Bisa disebut juga penyakit kelas atas. Nah.. kalau sakit batuk biasa, pusing, meriang, itu masuknya penyakit kelas bawah. Itu kenapa saya sakit tbc. Sory, Meriang ndak level soalnya. Hahaha.
Sebenarnya aku tak tahu bagaimana dan dari mana itu semua terjadi. Tapi aku ingat persis rentetan kejadian yang saya alami sampai akhirnya harus merebah di rumah sakit.
Oke. Sekarang tak ceritakan. Duduk yang manis dulu ya. Semanis senyummu saat ketemu pacarmu. Sebentar sebentar.. aku kebelakang dulu ambil kopi hitam dan sebungkus rokok. Biar betah dengernya.
Oke oke. Saya mulai.
3
2
1
Begini, mula-mulanya waktu itu -karena masih aktif jadi pradana dan aktiv ekskul- banyak kegiatan yang harus aku ikuti. Tak jarang sampai pulang sore, kadang malah maghrib. Jadwal yang padat itulah sering melupakan makan siang.
Hal seperti itu berlangsung terus-menerus -karena saya menganggap biasa saja dan tidak terjadi apa pun. Sebenarnya keluarga juga sudah memberi lampu merah mengikuti kegiatan sampai sore. Tapi karena aku ini ngeyel, tetap saja saya ikuti. Disinilah mulai ada ketidak beresan.
Tepatnya setelah UKK selesai, atau waktu itu pas awal puasa. Aku sudah mulai menunjukkan gejala sakit. Seperti gampang capek dan kurang nafsu makan. Apalagi saat puasa, rasanya hampir-hampir tidak kuat.
Waktu itu semakin lama semakin menjadi. Gejala aneh mulai berdatangan. Gejala yang sekarang aku tau itu adalah gejala penyakit tb paru. Gejala itu adalah mimisan. Aku pernah mimisan pas baca yasin saat puasa. Sampai-sampai menetes kekertas yasinannya. Aku hanya mengira itu mimisan biasa.
Gejala lain, aku juga biasah batuk-batuk dan tak henti-henti. Hal itu membuat ibadahku ramadhan itu berkurang. Misal saja tadarus yang mengandalkan suara, jelas batuk mengganggunya. Batuk itu juga berdahak. Seringkali aku meludah untuk mengeluarkan cairan kental ditenggorokan. Bahkan pernah saya terkejut, sesekali yang keluarkan adalah cairan berdarah. Tapi sekali lagi, kukira itu gejala biasa.
Ada lagi, yaitu ketika seringkali pendengaranku terganggu. Telinga sulit mendengar. Pernah juga sampai tak mendengar sama sekali. Itu kenapa saya rada tidak ngeh kalau diajak bicara.
Masih ada lagi, gejala nafsu makan turun. Tidak seperti umumnya orang yang kalau buka puasa atau sahur makan sebanyaknya. Aku ini malah tidak nafsu makan meski posisi akan puasa. Karena itu aku juga pernah sekali les-lesan. Tau les-lesan? Itu lho badan rasanya tidak enak semua. Anda pasti paham kan.
Kondisi yang demikian ini membuat sekeluarga khawatir. Maka, seminggu usai lebaran. Aku memeriksakan diri kedokter untuk pertama kalinya. Setelah ditanya ini itu, dokter menduga aku terkena gejala tipes. Kemudian aku diberi obat yang harga totalnya 50ribu kalau ndak salah.
Obat kudapat. Sumpah aku gelagapan saat melihat pilnya. Bentuknya besar-besar dan banyak. Ini sungguh menyiksa. Jujur itu pertama kali aku berhadapan dengan pil sebesar kancing -memang aku sebelumnya hampir tidak pernah minum obat. Aku mau pengakuan, kalau waktu itu aku tidak bisa menelan pil (malu, tutup muka) hehehe. Ini pertama kali mencoba menelan pil. Sangat sangat mendugalkan. Aku tak bisa dengan memakai apapun. Apalagi kalau sudah masuk mulut tapi ndak masuk, ndak bakalan saya coba lagi. Itu menjijikan. Kalau seperti itu, diam-diam aku buang juga. Wah.. nakal ya. Jangan tiru ya.
Tapi sayang resep dokter tadi tak mempan. Aku mencoba ganti dokter yang kedua. Diagnosa dugaannya sama, gejala tipes. Resepnya beda tapi sama. Sama-sama tidak mempan.
Ganti dokter ketiga. Sama juga, gejala tipes katanya. Tapi masih saja.
Aku coba ke puskesmas atau dokter keempat. Sama juga tidak mempan. Malah setelah itu ada gejala baru yang aneh. Tiap malam selalu keluar keringat dingin. Sampai harus gonta-ganti baju karena klucur. Rasanya tidak enak sekali.
Pindah dokter kelima. Hasilnya nihil juga. Kelima dokter ini tak sanggup menyembuhkanku. Sampai guru-guru sekolahku merasa ada sesuatu yang aneh. Masak diperiksa lima dokter berbeda tidak malah membaik? Begitu kiranya. Lalu guru-guruku ini datang kerumahku dan mengajakku periksa ke puskesmas.
Singkat cerita, sampailah aku menjadi pasien rumah sakit didaerah Ambokembang. Disinilah terkuak penyakit yang selama ini ada dalam tubuhku. Penyakit itu adalah tbc paru-paru ternyata. Berbeda dari dugaan lima dokter sebelumnya yang menyatakan aku sakit tipes.
Begitulah rentetan kejadian yang baru kusadari itu adalah gejala penyakit tbc paru. Dari cerita diatas pastinya banyak sekali kan pesan yang bisa anda ambil. Pesan tersebut diantaranya adalah tetap jaga kesehatan dan nurut orang tua.
Mari jaga kesehatan kita. Jangan sekali-kali mau sakit. Aku sudah terlanjur sakit. Rasanya ya begini. Tidak enak semua. Sekali lagi, jangan sampai anda sakit.
Semoga anda dan keluarga senantiasa diberikan kesehatan dan menjaga kesehatan.
Saya Anam sy. Mengharap sebuah kesembuhan. Terima kasih
Love you
0 Respon