Lupa Isi Sambutan Saat Perpisahan di MA NU Karangdadap
Pernah ndak sih anda melakukan kesalahan didepan umum. Pasti sesekali pernah kan. Aku juga pernah melakukan kejadian konyol itu. Amat sungguh memalukan. Bagaimana ceritanya? Ini dia.
Waktu itu pas perpisahan. Seperti biasa selalu ada sambutan mewakili kelas 12 yang diwisuda. Kebiasaan disekolahanku MA NU Karangdadap sambutan dilakukan memakai empat bahasa; arab, inggris, indonesia, dan jawa. Tapi untuk tahun 2017 ini hanya pakai tiga bahasa; inggris, arab, dan jawa.
Ketiga perwakilan itu adalah Kholid pegang bahasa inggris, Safri ambil arab, dan saya dapat bahasa jawa. Sebenarnya aku agak kurang PD saat ditunjuk bu Khotim untuk ini. Tapi karena cuma saya harapan satu-satunya. Jadi ya mau ndak mau harus mau. Karena temanku putra yang lain jarang kesekolah akhir-akhir ini. Irfan misalnya ia sudah kerja semenjak setelah UN selesai, begitupun Riky, Iqbal, dan Lukman. Alhasil, saya yang sering berangkat sendiri kesekolahan akhirnya ditunjuk bu Khotim. Padahal sih berangkatku untuk melatih anak teater untuk pentas. Tapi, yasudahlah.
Aku dikasih naskah untuk dihapalkan. Karena nanti majunya tidak bawa teks. Tidak banyak sih, tapi aku lebih fokus melatih teater, sehingga terlalaikan. Aku malah baru ngapalin sehari sebelum hari H. Pikirku : Ah.. gampang. Nanti juga apal. Begitu. Namun pas gladi bersih, aku masih banyak kesalahan membaca. Bahasa jawa yang dinaskah kata-katanya asing soalnya. Ya sudah, mulai dari situlah aku pesimis.
Berlanjut pas hari H. Waktu yang mendebarkan karena sampai waktu itupun aku belum hafal juga. Aduh. Aku tak henti-hentinya melihat catatan kecil yang kubuat tadi pagi. Sumpah, aku belum siap sama sekali.
Acara selanjutnya, sambutan tiga bahasa oleh perwakilan wisuda wisudawati.
Seruan MC itu membuat jantungku berdetak tak karuan. Detik-detik hidup mati sudah dimulai. Safri dan Kholid melangkah dengan meyakinkan. Sementara aku maju dengan ragu sambil terus melihat catatan ditangan. Sumpah aku tidak siap. Aku tidak siap.
Sampailah kami dipanggung. Ratusan pasang mata menyorot kami. Kepala sekolah, guru, TU, wali siswa, tokoh masyarakat, dan siswa siswi. Aku begitu gugup. Berkali-kali menarik nafas pelan dan keluarkan.
Kami mulai dengan salam bersama-sama.
Assalamu alaikum wr wb
Dilanjut sambutan bagian pertama. Kholid dengan bahasa inggrisnya. Dia tampak begitu fasih dan percaya diri. Tatapannya meyakinkan. Tangannya digerak-gerakkan dan sesekali diayunkan. Hebat sekali temanku ini. Selesai. Kholid sukses dengan inggrisnya.
Bagian kedua. Bahasa arab oleh Safri. Sama dengan Kholid, ia amat fasih dan lancar. Sesekali aku melirik dan memperhatikan bibirnya yang manyun saat mengucap shot.
Melihat mereka membuatku amat pesimis. Apalagi setelah ini bagianku. Aku belum siap. Kalau aku tau akan begini, tak bakalan malu menerima tugas ini. Tapi semua sudah terlanjur. Sejenak aku pejamkan mata. Menghirup nafas pelan dan keluarkan. Membuka mata menatap mereka yang menatapku untuk menguatkan kepercayaan diriku. Dadaku kubusungkan. Tubuhku kutegakkan. Aku sudah maju dan harus tampil percaya diri.
Safri selesai. Sekarang giliranku. Sebenarnya aku amat gugup waktu itu. Namun kututupi dengan hal tadi. Hatiku bilang pasti bisa. Bismillahirrahmanirrahim.
Meskipun aku amat down. Aku melantangkan suara agar terlihat siap. Aku mulai bicara. Semua memperhatikanku. Namun disinilah awal petaka. Aku lupa isi teksnya saat dipertengahan. Aku berhenti sejenak. Sempat kudengar ada yang mulai tertawaiku. Akupun melanjutkan, tapi ngawur. Aku malah memakai bahasa jawa ngoko saat itu. Meski intinya sama, tapi ini panggung mulia. Tidak tidak. Aku berhenti lagi. Dan itu membuat ibu-ibu dibelakang menertawaiku habis-habisan. Aku tak tau apa yang harus kulakukan. Akhirnya dengan terpaksa aku membuka kertas yang sudah kusiapkan digenggaman. Aku pun membacanya. Aku tak lagi menampilkan body league. Yang penting saat itu bagaimana sesi ini kurampungkan secepatnya. Dan selesai juga. Kami tutup dengan salam.
Seturunnya dari panggung. Tubuhku amat lemas dan hanya mampu menunduk kebawah saking malunya. Saat berjalan ketempat duduk, aku sempat menoleh ke Bu Khotim. Kulihat beliau juga menatapku dengan senyum. Entah senyum menguatkan atau senyum kekecewaan terhadapku. Yang jelas kejadian itu sangat memalukan. Sial sial sial.
Saat sudah duduk pun aku hanya diam. Meratapi kekonyolan yang teramat nyata. Ya sudahlah, sudah terlanjur juga kan.
Itu tadi pengalaman memalukan yang pernah saya alami. Lupa isi sambutan saat perpisahan. Tapi hal itu alhamdulillah terbayar lunas ketika teater sukses mementaskan sajian yang aduhai dan membuat bapak ibu guru, adik kelas, dan para wali siswa terhibur.
Kejadian memalukan memang tidak kita inginkan. Tapi selalu ada cara untuk melunasinya.
So.. apakah anda punya pengalaman yang memalukan sepertiku. Atau malah lebih parah dari yang ini? Ha ha ha. Mungkin itulah yang membuat kita bisa tertawa.
Sekian. Saya Syariful Anam. Lulusan MA NU Karangdadap 2017. Terima kasih.
0 Respon