• Halaman Awal
  • Diri Sendiri
facebook instagram Email

Anam Sy

Gambar : islamidia.com
Saya agak sebal dengan orang yang tak mengindahkan barisan saff. Hal ini karena banyak jamaah yang tak mengikuti patokan tanda saff yang sudah diberikan. Ha ndak sebal bagaimana, solat yang seharusnya dilakukan dalam keadaan tenang, justru menjadikan saya khawatir karena takut kesundul ataupun menyundul jamaah lain saat prosesi berdiri dari sujud sebab jarak terlalu sepit.

Tadi siang, seperti biasa sebagai muslim pada umumnya saya beranjak ke Masjid. Apalagi kalau bukan untuk solat jumat. Sudah menjadi kebiasaan juga bagi saya datang sebelum adzan jumat berkumandang. Jadi ketika datang, saya bisa memilih tempat yang sekiranya nyaman dan strategis –kadang supaya biar khusyuk berdzikir, kadang juga biarkhusyuk untuk tidur.

Sebab datang awal, saya tentu menyaksikan kehadiran jamaah satu persatu; mengambil posisi, lalu melakukan solat sunah. Nah disinilah kadang awal mula ketidakindahan barisan tercipta. Ya memang karena sebagian sedikit saja yang mengambil posisi dengan sebelumnya melihat tanda saff.

Sekadar informasi. Kalau di Masjid saya tanda saff terpatri di dinding. Kalau Masjid lain mungkin pakai lakban, atau sajadah yang ada garisnya.

#
Adzan berkumandang dan jamaah berdiri melakukan solat sunah qobliyah jumat.

Saat-saat orang berdiri mengambil posisi inilah barisan mulai lurus. Kalau bicara lurus pasti lurus. Namun yang biasanya terjadi adalah barisan lurus tetapi tidak sesuai tanda saff. Dan orang yang berpengaruh dalam hal ini adalah orang yang berada di bagian paling ujung. Mengapa? Ya karena sadar tidak sadar deret tengah dan selanjutnya otomatis mengikuti baris paling ujung.

Kalau di Masjid desa saya, jarak satu saff depan dengan belakangnya adalah tiga keramik, atau sekira satu meter. Ukuran segitu untuk sujud masih sisa. Berbeda dengan saat di musolla saya misalnya, jarak antar saff hanya sebatas sajadah pas. Tak heran kalau tragedinyundul bokong jamaah di depannya ketika mau berdiri dari sujud bisa terjadi.

Ketika di masjid, saya pribadi lebih suka berada di posisi paling kanan. Tidak tahu, enak saja. Sebagai orang yang peka pada tanda, tentu saya senantiasa mengikutinya. Saya selalu diposisi yang sesuai tanda saff.

Namun anehnya adalah, terkadang saya gagal menjadi rujukan. Ini biasanya sebab barisan di kiri saya sudah menjadi barisan yang menyatu. Jadi saya yang mau tak mau harus menyesuaikan.

Oke Oke. Kalau masih tetap berjarak tiga keramik saya oke saja. Tapi terkadang jaraknya kurang dari itu. Kadang Berjarak dua keramik, pernah juga hanya space dua keramik. Kan sebal. Ini sangat tidak menguntungkan bagi saya yang mempunyai postur 170 cm lebih.

Bukan hanya itu, saya seringkali bingung juga dengan barisan jamaah lain. Pernah waktu itu barisan saya dan depan saya sudah sesuai petunjuk saff. Kalau begitu tentu terlihat rapi. Namun ketika saya melihat kebelakang, saya menjadi bingung. Pasalnya, barisan belakang saya lebih maju setengah keramik dari tanda saff. Saya sebal kalau ini terjadi. Saya dihadapkan dengan dua pilihan: sedikit memajukan barisan, atau tetap dalam barisan semula.

Tetapi dua pilihan ini juga sama-sama berpeluang tidak enaknya. Seandainya saya majukan sedikit, bisa jadi nanti saya nyundul jamaah di depan. Kalau saya tetap, saya harus siap-siap disundul. Dalam persoalan ini, disundul dan menyundul bukanlah perkara yang menyenangkan.

Nah, jadi bagi sampeyan-sampeyan yang baca tulisan ini, pahamilah bahwa perkara saff perlu diperhatikan. Bukan hanya karena ini menyangkut kerapian dan ketertiban, tetapi juga menyangkut kenyamanan bersama. Perkara saff memang perkara yang kelihatan sepele, tetap jangan sekali-kali menyepelekannya. Kita tidak tahu, bisa jadi barangkali posisi saff kita ternyata membuat jamaah lain tidak nyaman.

Jadi, mari rapatkan dan luruskan saff. Biar tertib. Ha mosok solat kok sundul sundulan.
Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

blog blogger pemula

Sampai kapanpun saya akan menyebut diri saya sebagai blogger pemula. Ya memang karena blog saya ini jarang dikunjungi. 

Sebenarnya, umur blog saya ini sekira sudah 3 tahun. Saya buat blog ini sewaktu masih sekolah kalau tidak salah tahun 2015. Namun saya baru mengisi konten-konten di dalamnya setahun kemudian. Atau ketika awal 2016.

Awal-awal saya ngeblog alasannya lebih karena saya suka menulis. Saya suka saja pada kepenulisan. Maka itulah saya pingin sekali menjadi penulis. Bayangan terbesar saya adalah kelak saya bisa menjadi penulis novel. Dan blog inilah yang saya jadikan wadah sebagai bagian dari proses menuju ke sana.

Karena alasan ini, tak heran jika tulisan-tulisan saya di blog ya berisi murni pada penekanan tulisan. Tanpa SEO dan segala macam. Fokus saya ya memang menulis, utamanya menulis cerpen, pengalaman keseharian, dan hal-hal receh lain. Saya pikir, berangkat dari hal yang receh inilah saya bisa mengasah kepekaan saya pada apa yang saya rasakan. Karena menulis adalah soal kepekaan.

Tujuan awal memang begitu, dan sampai sekarang saya masih mempertahankan penekanan pada kemampuan kepenulisan saya. 

Namun semakin kesini semakin kesini, saya melihat peluang besar dalam blogging ini. Katanya bisa dapat penghasilan lah, bisa dapat inilah, dan segala macam. Saya jadi berpikir dua kali untuk memanfaatkan peluang ini.

Kemarin-kemarin, saya mencoba mulai memasukan SEO dalam tulisan saya. Namun tentu karena belum terbiasa, ini menjadi pengalaman yang menarik. Tetapi saya pikir sih, dengan bersandar pada topik keseharian yang personal, blog yang ini agak sulit untuk bisa menghasilkan.

Hari ini, saya punya pikiran untuk membuat blog baru lagi, satu atau dua blog lah. Tentu menargetkan penghasilan dari adsense. Dan sepengatahuan saya, akan lebih berpeluang jika saya membuat blog dengan topik bahasan yang spesifik. Bukan gado-gado. Artinya, saya harus analisa topik mana yang banyak dibutuhkan dan itulah yang musti saya ciptakan. Saya masih menganalisa kira-kira topik apa yang bisa saya bawakan.

Menurutmu, kira-kira topik apa yang banyak dibutuhkan lur...?

Ada beberapa alasan mengapa saya seoptimis ini.  Alasan paling mendasar adalah ketika saya menyadari bahwa banyak sekali blogger-blogger pemula yang semakin bermunculan. Blog dengan membawa pembahasan-pembahasan yang menarik. Tentu saya dibuat iri dengan fenomena ini.

Darimana saya bisa tahu akan hal ini? Begini ceritanya;

Sebagai blogger pemula, saya merasa tidak punya kawan satu jiwa, satu hobi. Ya karena memang di lingkungan saya, barangkali cuma saya yang ngeblog. Maka cobalah saya untuk masuk ke grub-grub blogger di FB. Dan ternyata, setelah masuk, saya melihat sebuah fakta yang menarik: antusias dan gairah ngeblog yang luar biasa.

Mulailah saya mencoba membuat postingan pertama kali sekaligus mencoba menyapa. Tak diduga, saya temukan juga beberapa kawan blogger dari Pekalongan. Fakta ini tentu membuat saya langsung tidak langsung menjadi semangat untuk melanjutkan perjuangan ngeblog.

Saya tak tahu harus ngomong apa, nyatanya memang blogging ini sudah menjadi impian banyak anak muda sekarang -selain youtuber. Sebab dari blog, terdapat ceruk penghasilan yang cukup menggiurkan.

Yang lebih membuat saya minder dan kalah saing adalah kepercayaan diri blogger-blogger pemula ini. Mereka begitu PD dengan blognya; mempostingnya, meminta dikomentari, bahkan banyak juga yang kerjasama antar blogger untuk saling klik iklan. Sebuah loyalitas yang patut dicontoh.

Soal itu, saya masih kalah jauh. Maka dari itu, supaya saya tak semakin tertinggal, saya mencoba untuk membuat blog lagi. Blog yang baru dan mencakup bahasan topik tertentu. Dengan tanpa meninggalkan blog ini dan dengan tanpa meninggalkan penekanan pada kualitas tulisan.

Tak ada pilihan lain. Saya harus mencobanya. Terlebih saya terdesak, bahwa tidak ada kemampuan lain yang saya miliki sekarang selain menulis dan sedikit pengetahuan tentang blogging.

Tetapi sejujurnya sih yang membuat saya begitu optimis sekarang adalah karena saya pengangguran. Saya harus bisa dapat uang dari blog ini. 

Bismillah.


Share
Tweet
Pin
Share
No Respon
blog foto gambar logo



Kapan saya mengenal blog?

Pertanyaan ini cukup sentimentil untuk saya jawab. Meskipun sebetulnya saya tidak tahu juga makna sentimentil. Ya kelihatannya keren saja. He he he.

Saya berkenalan dengan blog karena dikenalkan oleh sesorang. Dia adalah Bang Irul. Petugas TU di sekolahan saya. Sampai saat ini beliyo masih awet mempertahankan posisinya sebagai TU sekaligus jomblo idaman bangsa. Secara, beliyo ini memiliki kadar ke-NU-an yang begitu kental. Doakan semoga beliyo cepat-cepat kawin dan menciptakan kader-kader penerus yang seloyal dirinya.

Perkenalan saya dengan blog awalnya tidak begitu meyakinkan. Bahkan terkesan sombong, “ini siapa sih.” Kalau diibaratkan, saya itu kenal wajah tetapi tidak kenal nama. Semua bermula saat kejadian berikut.

Saya sering ke TU, bahkan ketika saat jam kosong pun. Ya memang sekolahan saya dulu tidak seketat yang lain. Saya ke TU ya masuk saja. Jika ada komputer nganggur saya nyalakan lalu lihat-lihat yutub. Dan kebiasaan ini bukan dilakukan saya saja, namun juga hampir sebagian siswa lain. Begitulah, sekolahan saya begitu menjunjung toleransi.

Di TU, selalu saya jumpai seorang yang sedang mantap duduk di depan komputer. Siapa lagi kalau bukan petugasnya. Bernama Khoirul Khal. Murid-murid biasanya memanggilnya bang Irul. Beliau masih mencari istri pertama. Mungkin alasan klasik iniah yang menyebabkan tiada satu pun siswi yang berani memanggilnya dengan sebutan mas Irul, atau bahkan pak Irul. Takut baper, begitu katanya.

Suatu waktu pada jam kosong, atau barangkali sepulang sekolah, saya lupa, saya bermain komputer di samping beliyo. Oh iya, beliyo ini punya kemampuan utak-atik komputer dan tetek bengeknya dengan begitu lihai. Sering saya jumpai beliyo sedang buat poster, undangan, proposal, dan banyak lainnya. Ahli sekali. Menurut pengakuannya beliyo belajar sendiri lewat yutub. Atau bahasa kerennya belajar secara otodidak. Ini yang membuat saya iri.

Suatu waktu itu, saya dapati beliyo sedang utak-utik sesuatu –yang kemudian saya kenal sebagai ngeblog. Saya hanya ndlohom melihat apa yang dilakukan. Dari sanalah kemudian saya dapat ilmu secara gratis. Begini alurnya.

Sadar sedang saya perhatikan, beliyo angkat bicara dan menjelaskan, “iki arane blog. Nggeri diisi tulisan tok. Gampang.” Lalu saya Tanya, “Nggawene priye kui bang.” Dijawabnya dengan santai, “Gampang, luru bae ning internet. Akeh tutorial.”

Tanpa babibu, saya langsung mencari cara membuatnya di internet. Dengan mudah saya menemukan caranya. Seketika itu juga saya langsung membuatnya. Dan… taraaa…. Saya selesai membuat dalam beberapa menit saja. Tetapi setelah itu saya bingung juga, saya harus mengisi dengan tulisan apa sementara saya tidak bisa menulis. Alasan ini yang kemudian membuat blog saya kosong selama setahun lebih lamanya.

Begitu sih awal saya kenal blog; dikenalkan bang Irul. Awal-awal, saya kenal saja kalau ini blog. Belum sampai akrab. Saya jarang menyapa atau mengajaknya berbicara. Kenal tapi belum berteman.

Semakin lama saya ingin sebuah hubungan yang bukan hanya kenal, tetapi lebih dari itu. Saya lalu mencoba bertanya-tanya tentangnya lewat teman-temannya. Lewat internet yang menjadi rumahnya. Dari sana saya menjadi tahu lebih banyak.

Setelah cukup banyak tahu, saya mencoba mendekatinya, bersalaman dengannya, dan bercengkrama dengannya. Ternyata cukup asyik juga. Saya jadi sering berkawan dengannya. Saya mulai masuk dalam kehidupannya; dengan berani mulai menulis di blog untuk kali pertama. Saya ingat sekali, tulisan pertama yang saya buat adalah puisi.

Lama-kelamaan muncul sebuah rasa yang lebih dari seorang kawan. Ya, saya mulai menyukainya. Mulai mencintainya. Hingga pada suatu malam aku mengutarakan apa yang saya rasakan. “Aku mencintaimu.”

Sejak itu blog menjelma sebagai kekasihku. Aku sering mengapelinya. Mencumbunya. Setiap waktu. Bahkan setiap percumbuan itu, selalu lahir anak dalam waktu yang cukup sebentar, bukan 9 bulan seperti umumnya. Anak itu bernama artikel, cerpen, puisi, dan anak-anak lain. Saya selalu berusaha menciptakan anak setiap hari, lalu setalah lumayan dewasa akan saya lepas, dan saya biarkan dia menemukan kekasihnya sendiri, menemukan pembacanya.

Hubungan saya dengan blog sekarang baik-baik saja. Memang selayaknya hubungan lain, kadang ada bosan, bertengkar, dan konflik lain. Tentu ini wajar. Hubungan saya dengannya masih begitu muda, mungkin masih setahun. Masih banyak waktu untuk saya bisa lebih akrab dengannya, lebih romantis, dan lebih-lebih lain. Doakan semoga hubungan saya dengannya langgeng.

Nah begitulah kronologis saya mengenalnya. Mengenal sebuah blog sehingga saya bisa sejauh ini. Dan saya percaya, setiap blogger mempunyai cerita masing-masing dalam perkenalannya dan pasti menarik. Kalau sampeyan bagaimana ceritanya lur. Aku mau tau ini. apakah seheroik saya ini? Monggo dijawab.



Share
Tweet
Pin
Share
15 Respon
foto di toilet instragamable
Foto di toilet ternyata instragamable lho...



Toilet merupakan tempat yang penting bagi setiap insan. Bagaimanapun aktivitas kencing dan bab juga memerlukan sebuah tempat yang menenangkan dan penuh kekhusyukan. Tempat tidak perlu instragamable, yang penting mencakup dua aspek tadi.

Namun tentunya, tidak semua tempat sesuai yang kita dambakan.  Saya sering menjumpai toilet yang pintunya rusak, bolong, dan tidak ada kuncinya. Sampeyan pasti juga pernah merasakan tho. Ini kan nyeselin banget. Kita mau aktivitas yang penuh kekhusyukan, eh fitur toiletnya tidak memadai. Sialnya lagi tentu ketika kebelet sudah tidak bisa ditahan lagi. Oke kalau sampeyan mengajak kawan untuk menjadi bodyguard pintu toilet. Terus bagaimana kalau sendiri. Agak gimana tentunya.

Saya pernah mengalami situasi persis seperti di atas; menjumpai toilet yang pintunya bolong, dan tidak ada kuncinya. Dan toilet itu ada di sekolahan waktu itu. Untungnya saya sudah paham bagaimana mengatasinya.

Bab di dalam toilet yang tidak memadai, tentu memunculkan rasa was-was yang teramat dag-dig-dig-dug. Bagaimana tidak, konsentasi untuk bab buyar. Selain harus mengatur cara agar bagaimana tinja yang jatuh tidak bunyi plung, saya juga dituntut untuk meningkatkan pendengaran yang tajam. Pasalnya, kalau ada orang datang lalu tiba-tiba menggedor atau bahkan mendobrak pintu, apa yang akan terjadi. Sungguh tidak bisa saya bayangkan.

Biasanya kalau saya sedang bab dan ada suara seret langkah sepatu mendekat, saya langsung panik. Seketika, prosesi bab kacau dan terkadang harus terpaksa diselesaikan meski belum tuntas. Dan itu sangatlah tidak membuat nyaman.  Namun kalau bab benar-benar tetap harus dilanjutkan, saya langsung memikirkan beberapa siasat ini.

Dalam kondisi yang demikian, saya harus memberi kode orang yang datang tadi kalau di dalam toilet ini masih ada saya. Caranya adalah saya langsung menjalankan kran air. Saya kira cara ini cukup ampuh untuk menunda seseorang untuk gedor-gedor. Suara krecek-krecek yang dihasilkan setidaknya juga meredamkan suara kentut dan bunyi plung yang terjadi.

Bukan hanya itu, saya juga menyiram-nyiram air sembarangan. Ya tujuannya tetap, agar orang itu tau kalau ada yang sedang aktifitas di dalam. Untuk waktu beberapa menit, dua trik ini memang ampuh. Namun tidak untuk setelahnya.

Mungkin karena orangnya juga kebelet dan tidak sabaran, pintunya akhirnya digedor-gedor. Ini bencana. Tidak ada yang lebih tidak menyenangkan tragedi dalam toilet selain digedor-gedor dan didobrak.  Bagaimanapun saya harus melakukan cara yang lain.

Karena pintu tidak ada kunci, digedor-gedor bisa membuat petaka yang akan dikenang sepanjang hidup. Saya tak mau itu. Sebelum pintu itu terbuka, sambil melanjutkan prosesi bab yang tidak khusyuk itu, tangan kiri saya menjangkau pintu supaya tertahan. Sedang tangan kanan terus menggayung air. Lebih bencana lagi karena gedoran itu makin lama makin kencang. Mau tak mau saya juga meningkatkan pertahanan. Akhirnya kaki kiri saya ikut mancal menahan pintu. Derita apa ini Tuhan.

Serasa pertahanan hampir jebol, saya harus menyelesaikan prosesi bab yang asunepol ini. Tetapi saya juga mikir. Kalau saya cebok, bagaimana nasib pintu yang terus digedor-gedor itu. Saya mikir cara lain. Dan akhirnya ketemulah sebuah benda yang menyelamatkan saya dalam tragedi ini. Ya, di dalam toilet itu terdapat pel-pelan. Dengan posisi masih jongkok, saya mengambilnya lalu mengarahkan bagian yang ada kainnya ke pintu dan memalangkannya ke sudut bawah kolam dan lantai. Aman.

Anehnya, justru ketika saya sudah memalangkan pel-pelan, gedoran itu juga hilang. Sialan sekaligus syukurlah kalau begitu. Saya ingin melanjutkan bab, namun karena moodnya sudah hancur saya memutuskan untuk menyelesaikannya. Setidaknya saya sudah menemukan cara kalau besok-besok mau bab di sini lagi.

Dan memang setelah itu, saya selalu memakai siasat ini. Memalangkan pel-pelan. Menyalakan kran air. Dan menggebyar-gebyur air pakai gayung. Tiga cara ini cukup ampuh dilakukan.

Kemudian untuk menunjang aspek keamanan dan kekhusyukannya, saya selalu mengambil jadwal bab di waktu-waktu yang sepi. Karena waktu itu di sekolah, saya memilih waktu sehabis apel pagi atau jam 11-an. Waktu-waktu ini tergolong sepi.

Nah, jika sampeyan menghadapi tragedi-tragedi ini. Siasat-siasat yang saya lakukan ini bisa ditiru. Tetapi untuk perempuan, demi kemanan seluruh rakyat Indonesia saya sarankan mengajak kawan untuk menjadi petugas penjaga toilet sementara waktu.

Demikianlah siasat saya menghadapi pintu toilet yang rusak. Pengalaman ini tentu sajatetaplah berharga. Bahkan barangkali, sebuah prestasi tersendiri bagi saya. Mengingat, sangat jarang lho yang berani bab di toilet sekolah. Saya yakin. Memangnya sampeyan pernah lur….

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

pengalaman sepeda
Kenangan Bersepeda. Gambar ambil dari pixabay


Naik sepeda merupakan tahapan awal seseorang untuk bisa menaiki kendaraan lain secara umum. Boleh dibilang  naik sepeda menjadi syarat wajib yang harus dilalui tiap insan perkendaraan seluruh dunia. Bahkan kerena pentingnya transportasi ini, presiden Jokowi pun sampai bagi-bagi sepeda. Ya kan. Memangnya sampeyan pernah mendengar presiden bagi-bagi motor atau mobil. Tidak pernah tho….

Sebagai seorang yang juga pernah merasakan masa kecil, saya pun dulu merasakan awal-awal belajar naik sepeda. Oiya, saya belajarnya langsung roda dua lho. Tidak seperti umumnya yang pakai empat roda. Untungnya gak ada yang belajar dengan tiga roda, memangnya semen?

Meski demikian, jangan sekali-kali menyebut saya hebat atau apa. Ha wong jaman mbiyen itu begitu itu sudah biasa kok. Tetapi tetap diakui, perjuangan naik sepeda tidaklah mudah. Bahkan banyak tragedi di dalamnya sekaligus kenangan-kenangan menarik yang tetap saya ingat sampai sekarang.

Kali pertama belajar

Saya tak ingat pasti kapan saya belajar bersepeda. Yang pasti waktu itu saya masih umbelen dan selalu mengusapnya dengan lengan kaos. Saya ingat betul itu.

Alasan yang menggerakkan saya untuk belajar naik sepeda adalah karena waktu itu kawan-kawan saya sudah pada bisa bersepeda. Tiap sore ataupun pagi, terutama setiap jumat selalu ada agenda pit-pitan (sepeda-sepedaan). Semacam hengout mengelilingi desa sebelah. Bukan hanya itu, di sepedanya juga ditambahi aksesoris tambahan, yaitu bunyi otok-otok dari gelas ale-ale atau sumpringan bambu. Teman saya dulu juga ada yang buat kenalpot-kenalpotan dari kaleng susu yang di dalamnya ada tepes kelapa yang dibakar. Sampeyan pasti juga pernah merasakan itu. Dan pasti sekarang isih ngguyu ileng-ileng kui. Hayo ngaku.

Berawal dari situlah saya ingin belajar nompak pit. Awal-awalnya saya hanya minjam sepeda temen. Tetapi semua berubah ketika suatu malam bapak saya membelikan sepeda bekas. Hingga esoknya saya tahu, ternyata sepeda itu bapak beli dari bapaknya kawan saya. Sialnya, kawan saya yang sebelumnya punya sepeda ini malah menuduh saya maling. Owalah asem. Ini kalau ditayangkan di Indosiar, judulnya adalah: Ternyata Sepedaku Adalah Sepeda Milik Kawanku yang Dibeli Bapakku dari Bapaknya yang Esoknya Kawanku Itu Menuduhku Mencuri Sepeda Miliknya.

Dengan sepeda itu, saya lalu belajar sepeda ke ngepringan dan sengonan (ngepringan itu bawah pohon bambu. Sengonan itu pepohonan sengon. Pasti paham sendiri ya.) Tempat ini jaman dulu memang rekomended untuk anak-anak. Bukan hanya untuk bersepeda dengan jalur yang dibuat disela-sela jarak antar pohon, namun juga untuk main bantengan, kelereng, lompatan, masak-masakan, dll. Pokoknya tempat ini rame banget.

Cara yang saya lakukan

Karena sepeda saya agak tinggi, untuk bisa duduk di sadel saya harus ke tempat yang agak tinggi dulu supaya ada pijakan. Atau selain itu ya, sepeda harus dipegang seseorang biar tidak ambruk.

Untuk belajarnya, bisa dibilang ini agak ekstream. Bagaimana tidak ekstream, begini lho caranya;

Jadi di ngepringan itu, ada kawan saya yang memegang sepede untuk saya bisa naik. Setelah saya duduk di sadel, saya didorong sekencang-kencangnya. Jadi urusannya saya genjot pedal dan mengimbangkan tubuh. Ekstrimnya adalah belajarnya ini bukan hanya seorang diri, tetapi ramai-ramai. Dengan rute yang melingkar, tabrakan sudah menjadi makanan saya waktu itu. Bukan hanya menabrak teman sendiri, tetapi juga pernah nyungsep dicelah-celah pohon bambu. Tenan lho iki.

Tragedi yang terjadi

Percayalah, untuk bisa naik sepeda perlu jatuh bangun berkali-kali. Ini yang saya rasakan. Tidak heran kalau saya sering babak di lutut ataupun di sikut karena terjatuh. Tetapi ini belum seberapa. Tragedi paling kecil.

Yang lebih ekstrim tentu saja kecepit ruji (kejepit rantai). Saya berkali-kali kejepit ruji. Sekarang memang hampir punah kejadian kecepit ruji. Namun dulu dalam seminggu, selalu ada saja tragedi ini. Saya hampir lupa bagaimana rasanya kecepit ruji, namun pastinya kaki sakit sekali. Sakitnya itu melebihi sakit hati ditolak seseorang. Kalau tidak percaya, buktikan.

Namun diluar tragedi yang benar-benar tragedi itu, saya juga mengalami tragedi yang sekaligus komedi. Begini ceritanya;

Ketika baru-baru bisa, saya ingin meningkatkan kualitas bersepeda; yaitu bisa njamping. Jadi setiap hari itu saya belajar njamping. Untuk media njampingnya, saya memanfaatkan akar sengon yang menjumbul di permukaan tanah. Saya melakukan itu terus-menurus.

Hingga saya kemudian ingin njamping tinggi. Saya ancang-ancang dari jauh, ngebut, dan… saya melayang ke udara sambil membayangkan seperti naik tril sedang merintangi satu tanjakan. Krrrrrreekkkkkk. Tiba-tiba sepeda saya putus. Tepatnya besi yang melintang dari sadel sampai setang. Saya langsung njungkal ndak karuan. Saya begitu kesakitan. Saya tengok kanan-kiri, sepi. Lalu saya meringis. Kalau saya tuliskan, bunyinya adalah: he he he.

Namun sejak kejadian itu, perlahan tapi pasti kemampuan bersepeda saya meningkat. Saya sudah bisa ucul setang. Ini adalah prestasi tertinggi dalam bersepeda. Dengan bertambahnya usia dan tinggi badan, sepeda saya juga ganti. Dari sepeda yang sialan itu menuju sepeda dengan merk internasional. Bukan main-main sepeda saya sekarang adalah sepeda Jepang. Saya juga tidak tahu si kenapa dinamakan sepeda Jepang, padahal bapak saya belinya di pasar. Entahlah.

Sepeda itulah yang kemudian saya pakai untuk berangkat sekolah sehari-hari. Namun ternyata, sepeda itu tidak terlalu menarik. Yang menarik adalah sepeda jengki milik bapak saya. Saya punya pengalaman unik dengan jengki ini.

Suatu hari sepeda Jepang saya bocor. Mau tak mau saya harus pakai sepeda jengkinya bapak. Awalnya ragu dan malu, tetapi begitu bokong saya nempel, saya merasa ada sensasi yang berbeda. Jiwa kelelakian saya seakan muncul. Jadi sepanjang perjalanan, saya begitu PD. Apalagi ketika melewati perempuan cantik di jalanan.

Puncaknya adalah ketika saya sampai gerbang sekolah. Begitu masuk, saya menjadi sorotan siswa-siswi yang sedang nongkrong menunggu bel masuk. Seharusnya saya malu, namun entah kenapa seperti ada yang menggerakkan, saya melambai-lambai ke mereka dan lalu melempar cium ke mereka. Seketika, saya serasa menjadi pahlawan yang baru pulan dari medan perang. Berwibawa.

Senangnya kalau saya mengingat masa-masa itu. Perjalanan kisah persepedaan yang panjang dan menarik. Dan senangnya lagi, saya bisa menuliskan kenangan ini. Rasanya saya kembali di bawa ke jauhnya masa lalu itu.

Diluar semua itu, persepedaan telah mengajarkan saya tentang sebuah perjuangan. Saya harus ingat-ingat itu selalu. Pengalaman belajar sepeda yang menyenangkan.

Eh, kok tiba-tiba saya pingin kecepit ruji ya?

Share
Tweet
Pin
Share
2 Respon

nyomot ing situs pixabay


Sampai saat ini sepak bola merupakan olahraga dengan penggemar terbanyak melebihi olahraga-olahraga lain di dunia. Ada sekitar 3,5 milyar penggemar, atau mencapai setengah penduduk dunia. Bahkkan menurut survey Nielsen, Indonesia sendiri adalah Negara ke-2 terbanyak pecinta sepak bola dengan presentase 77% penduduknya. Di posisi pertama adalah Negara Nigeria dengan 83% dari jumlah penduduknya.

Dengan penggemar begitu banyak, tak heran jika perhelatan piala dunia euforianya lebih dahsyat melebihi olimpiade sekalipun. Banyak alasan yang menyertai kenapa sepak bola memiliki penggemar sebanyak itu. Dalam sudut pandang pemain, sepak bola dipilih mungkin karena alasan gaji yang melimpah, mampu menjadikan seseorang terkenal, atau karena dipandang sebagai sesuatu yang keren. Memang, di Negara-negara eropa sepak bola sudah menjadi industri yang menjanjikan.

Lantas bagaimana sepak bola menjadi olahraga yang paling banyak ditonton sekaligus digemari didunia. Berikut alasan-alasan paling sederhana yang bisa menjawab pertanyaan tersebut.


1.      Sederhana

Pada dasarnya sepak bola memanglah permainan sederhana. Dimainkan dua tim masing-masing 11 orang untuk mencetak gol tanpa menggunakan tangan. Sesederhana itulah sepak bola sehingga mudah dipahami siapapun bahkan anak kecil sekalipun.

Memang ada aturan-aturan semacam offside, kartu kuning, kartu merah, dan sebagainya. Namun percayalah, penonton tidak ada urusannya dengan itu.  Yang penting adalah menonton pertandingan yang menarik.

2.      Seru dan menarik

Ada sebuah humor yang cukup familiar tentang sepak bola, ‘kenapa pemain susah payah berebut bola, padahal ada banyak bola dan bisa dibagi untuk 22 pemain di lapangan’.
Sepak bola memang tentang perebutan satu bola oleh 22 pemain di lapangan. Justru karena itulah sepak bola kemudian menjadi menarik. Sepak bola berbicara taktik, strategi, skill, gengsi, bahkan emosi.

Dalam  setiap laga yang tersaji, sebuah pertandingan bahkan tidak hanya sebatas bermain dan mencetak gol. Ada keseruan di luar itu. Ada intensitas yang panas penuh gensi dan emosi. Lebih dari itu, sepak bola menyangkut harga diri sebuah bangsa.

Banyak laga yang ditunggu pecinta bola, terlebih jika pertandingan tersebut punya sejarah dan rivalitas yang panjang. Seperti pertarungan Barcelona vs Real Madrid, atau Manchaster City vs Manchaster United.


3.      Selalu muncul di televisi


Sepak bola menjadi familiar salah satu karenanya adalah seringnya pertandingan ini ditayangkan di televisi. Perhatikan saja, dalam seminggu selalu ada tayangan sepak bola baik pertandingan lokal, liga inggris, liga spanyol, liga italia, bahkan pertandingan antar Negara.



4.      Mampu mempersatukan

Inilah yang menarik dalam sepak bola. Sepak bola tidak lagi hanya milik kaum laki-laki, namun mencakup semua kalangan. Buktinya dalam setiap pertandingan, yang ada di tribun penonton bukan hanya pria saja, namun ada anak-anak dan wanita.

Ini menunjukkan bahwa sepak bola adalah sebuah olahraga yang universal. Sepak bola tidak memandang perbedaan ras, golongan,bahasa, agama, profesi, dan sebagainya. Sepak bola menjadi alat pemersatu segala perbedaan.

Bentuk ke-universal-an paling sederhana bisa dilihat dalam lingkungan masyarakat. Setiap perhelatan piala dunia misalnya. Semua warga sampai berbondong-bondong menghias kampung dengan atribut piala dunia bahkan sampai mengadakan nonton bareng di pos ronda. Tak peduli meskipun antar tetangga beda politik, beda keyakinan, dan segala perbedaan lain. Semua menyatu.


Sepak bola sekarang bukan hanya tentang olahraga saja, ada nilai-nilai tersembunyi dalam setiap pertandingan. Sepak bola hadir selayaknya adegan film, penuh aksi dan drama namun tanpa dibuat-buat. Dengan kesederhanaannya, keseruannya, ke-universal-annya, sepak bola memiliki daya tarik sendiri bagi jutaan penonton di dunia.

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

comot dari pixabay.com


Sebagai olahraga dengan penggemar terbanyak di dunia, sepak bola selalu mempunyai sisi menarik untuk dibahas. Dalam setiap laga yang tersaji, kita selalu terhibur dibuatnya. Bahkan dalam beberapa momen, sepak bola mampu membuat emosi kita meluap. Kita berlompat-lompat bahagia jika tim yang kita bela menang. Dan kita menangis sedih ketika tim yang kita bela kalah.

Bagi sebagian orang, sepak bola tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan. Keterikatan itulah yang membuat orang terkadang sampai sebegitunya dalam memandang sepak bola. Namun tahukah Anda, dalam setiap momen yang tersaji dalam pertandingan selalu ada nilai filofis yang patut kita pahami bersama. Sebuah filosofi yang membuat kiat mengerti bahwa sepak bola tidak sekadar kemenangan. Filosofi yang mampu kita ambil untuk kehidupan kita.

Berikut, beberapa filosofi yang bisa kita petik dari sebuah pertandingan sepak bola.

  • Gol adalah tujuan

Dalam sepak bola, yang paling penting adalah mencetak gol sebanyak-banyaknya ke gawang lawan. Hal ini tentu bukan perkara mudah mengingat tim lawan pun juga ingin melakukan hal yang sama. Maka itulah, pelatih menentukan strategi dan taktik.

Begitu juga dalam kehidupan ini, kita harus punya tujuan yang jelas. Dan untuk menggapai tujuan yang kita inginkan kita harus melakukan cara dan bertindak. Tak jarang, jalan yang harus dilalui sulit. Diperlukan perjuangan dan kesabaran yang ekstra. Kita tahu, untuk mencetak gol ada proses yang harus dilalui. Perlu umpan yang bagus. Artinya perlu kerjasama dan komunikasi yang baik.

  • Berani memulai berani mengakhiri

Sepak bola memiliki 90 menit yang terbagi menjadi dua babak. Dalam sejarah sepak bola hampir tidak ada satu klub pun yang menyerah begitu saja ketika sudah bermain di lapangan. Tak pernah ada, sekalipun klub tersebut sudah tertinggal banyak gol.

Hal ini mengajarkan kita untuk bertanggung jawab pada sesuatu yang kita jalani. Setiap yang kita mulai harus kita akhiri. Memang terkadang rasanya begitu berat untuk melanjutkan sesuatu yang sudah dimulai, namun seperti dalam sepak bola. Ada waktu istirahat, ada waktu untuk kita bisa evaluasi.

Dalam arti lain, mengahiri sesuatu yang sudah dimulai adalah sebuah pelajaran untuk tidak mempunyai mental pengecut.

  • Kebohongan selalu dibenci orang

Sepak bola adalah sebuah olahraga yang menjunjung tinggi sportifitas. Memang setiap tim ingin menang, tak jarang kemudian sebuah tim main curang. Ini yang tidak boleh ditiru.

Beberapa waktu lalu netizen ramai membuat meme terkait aksi seorang pemain bola yang melakukan diving dengan mengguling-gulingkan badan secara berlebihan. Inilah bukti kalau sebuah kebohongan sangat dibenci orang, meskipun dalam hal ini pemain memiliki tujuan baik untuk membantu timnya menang.

Pelajaran berharga bagi kita untuk tidak berbohong dalam hal dan tujuan apapun.

  • Nikmati proses

Barcelona saat ini memiliki permainan tiki-taka yang memukau. Tak heran kemudian dari taktik itu Barca mampu mencetak gol. Bukan hanya sebatas gol, namun juga cantik, baik dari umpan trobosan, sontekan, dan cara memukau lain.

Barca mengajarkan kita meskipun tujuan itu harus diraih, namun penting untuk menikmati proses yang dilalui. Mencintai proses membuka peluang lebih besar untuk mencapai tujuan-tujuan yang kita inginkan.

  •  Tidak ada yang sempurna

Adalah sebuah hal yang wajar dalam sepak bola jika meraih kemenangan, kekalahan, atau imbang. Ketiganya selalu berjalan bergantian. Seperti kehidupan kita, kadangkala kita berada di atas, dan kadangkala kita berada di bawah. Sebagai manusia, ketidaksempurnaan itulah adalah kesempurnaannya. Karena kita adalah makhluk. Sebab yang sempurna hanyalah Tuhan Yang Maha Esa.



Setiap kejadian apapun yang kita lihat dan kita dengar, selalu ada sebuah pelajaran yang bisa kita ambil. Dan sepak bola, mempunyai nilai filosofis yang begitu tinggi untuk kita renungkan.

Mari nonton sepak bola. Mari bermain sepak bola. Bermain sepak bola jiwa dan raga.


Share
Tweet
Pin
Share
No Respon
Newer Posts
Older Posts

Info

Tayang seminggu dua kali

Mutualan, Yuk

  • facebook
  • instagram
  • youtube

Kategori

IPNU

Postingan Viral

Catatan

Sementara kosong dulu, seperti hatiku

Facebook

Isi Blog

  • ►  2024 (15)
    • ►  Apr 2024 (1)
    • ►  Mar 2024 (4)
    • ►  Feb 2024 (1)
    • ►  Jan 2024 (9)
  • ►  2023 (11)
    • ►  Des 2023 (3)
    • ►  Nov 2023 (1)
    • ►  Sep 2023 (3)
    • ►  Jul 2023 (4)
  • ►  2022 (46)
    • ►  Nov 2022 (7)
    • ►  Okt 2022 (7)
    • ►  Sep 2022 (6)
    • ►  Agu 2022 (4)
    • ►  Jul 2022 (9)
    • ►  Mei 2022 (4)
    • ►  Jan 2022 (9)
  • ►  2021 (22)
    • ►  Des 2021 (5)
    • ►  Sep 2021 (3)
    • ►  Agu 2021 (6)
    • ►  Jun 2021 (1)
    • ►  Mar 2021 (7)
  • ►  2020 (14)
    • ►  Des 2020 (1)
    • ►  Nov 2020 (2)
    • ►  Jul 2020 (2)
    • ►  Jun 2020 (1)
    • ►  Mei 2020 (1)
    • ►  Apr 2020 (1)
    • ►  Mar 2020 (2)
    • ►  Feb 2020 (4)
  • ►  2019 (3)
    • ►  Mar 2019 (1)
    • ►  Feb 2019 (1)
    • ►  Jan 2019 (1)
  • ▼  2018 (57)
    • ▼  Okt 2018 (7)
      • Perkara Saff Sholat dan Sundul-menyundul
      • Geliat Blogger Pemula yang Fantastis
      • Awal Mengenal Blog, Dari Malu-malu Sampai Mencumbu
      • Pengalaman dan Siasat Menghadapi Tragedi di Toilet
      • Pengalaman Belajar Naik Sepeda Pertama Kali, Dari ...
      • Kenapa Sepak Bola Banyak Digemari?
      • Melihat Filosofi Hidup Dari Sepak Bola
    • ►  Sep 2018 (5)
    • ►  Jul 2018 (11)
    • ►  Jun 2018 (3)
    • ►  Mei 2018 (4)
    • ►  Apr 2018 (2)
    • ►  Mar 2018 (5)
    • ►  Feb 2018 (12)
    • ►  Jan 2018 (8)
  • ►  2017 (71)
    • ►  Des 2017 (7)
    • ►  Nov 2017 (20)
    • ►  Okt 2017 (10)
    • ►  Sep 2017 (8)
    • ►  Agu 2017 (8)
    • ►  Jul 2017 (9)
    • ►  Jun 2017 (5)
    • ►  Mei 2017 (4)

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates