Lembaran Baru Lebaran

by - Mei 07, 2022

 

Lembaran baru. ini menjadi awal untuk memulai satu kebiasaan yang mengular. Dalam arti, kegiatan yang mengedepankan konsistensi untuk melakukannya. Aku sudah menasbihkan diri semenjak lebaran ini untuk menulis setiap hari tanpa pernah putus. Jika seandainya satu kali aku putus, aku akan melakukannya dua kali lipat di hari kemudiannya.

Menulis memang gampang-gampang susah. Aku bisa menulis. Aku bisa bercerita. Tapi meluangkan waktu melakukannya itu satu disiplin ilmu tersendiri. Jika tidak ada target yang aku buat, aku bisa saja lupa untuk menulis. Sudah sering dalam hidupku aku lupa menulis dalam waktu yang lama. Jika tidak digalakkan lagi, aku akan menjumpai kejadian yang sama. Bukankah waktu harus berjalan dengan pembelajaran.

Di hari kedua lebaran ini, pagiku di mulai dengan halal bi halal keluarga besar Wasdullah. Siangnya sebelum aku menulis, setumpuk cucian kutandaskan dalam waktu relatif singkat. Satset dan kemudian selesai. Ternyata sangat melegakan menyelesaikan satu aktivitas dengan segera. Ini berbeda dengan kasus-kasus sebelumnya di mana untuk mengumpulkan niat mencuci saja membutuhkan waktu berlebihan.

Semakin dewasa, aku harus menjalani kehidupan dengan lebih mendewasa. Belajar dari kesalahan. Mengambil hikmah dari setiap kejadian. Melihat proses panjang kehidupan orang-orang. Selalu ada ruang untuk belajar menjadi manusia lebih baik.

Lebaran inilah momentum yang pas untuk perubahan-perubahan itu. Apalagi melihat usiaku yang semakin bertambah. Kemalasan demi kemalasan yang pernah mengakar, penundaan yang melampaui batas, dan kebanyakan menunggu momentum untuk berubah, ini semua menjadi poin penting yang perlu aku perhatikan sejak saat ini. Aku perlu untuk berproses secara sehat menjadi manusia dewasa.

Semakin ke sini aku semakin mikir lebih dalam. Seandainya aku masih melanggengkan kemalasan ataupun kebiasaan menunda dalam melakukan suatu hal, aku bakal jadi apa. Memang tidak mengapa kelak menjadi biasa-biasa saja, tetapi menjadi luar biasa kan hal yang perlu diperjuangkan juga. Aku tidak berbicara kemapanan secara materil, tapi yang aku maksud adalah kerangka berpikir yang semakin matang. Aku yakin, jika kerangka berpikir sudah sehat, paramater lain bisa dengan mudah diselesaikan.

Untuk menuju kerangka berpikir yang matang semacam itu tidak bisa didapatkan ujug-ujug begitu saja. Lagi-lagi perlu proses. Dan hal yang aku usahakan adalah dengan menulis semacam ini dan membaca. Jika dengan tensi menulis sederhana seperti ini saja sudah bisa membuatku berpikir sistematis, apalagi jika aku menaikkan intensitas menulis lebih ketat lagi. Atau kebiasaan membaca, jika dengan bacaan ringan saja sudah menambah banyak pengetahuan, apalagi bacaan yang lebih berbobot dan dengan bacaan lebih banyak. Mungkin seandainya aku mau, menjadi keren dengan banyak pengetahuan itu bisa aku dapatkan. Sekali lagi, kalau aku mau. Dan saat ini, aku mau itu, aku membutuhkannya.

Aku percaya, konsistensi menulis dan membaca yang aku bangun sejak saat ini kelak bakal membuahkan hasil. Dan salah satu hasil yang aku harapkan adalah kualitas kepenulisanku bisa berkembang sebagaimana mestinya. Kemampuan ini bakal menjadi sampingan pekerjaanku dan berpotensi menjadi pekerjaan utama. Aku tahu arahnya memang akan ke sana, makanya aku tidak terlalu ngoyo dalam melakukan pekerjaan saat ini. Lebih baik aku ngoyo untuk meningkatkan skill yang aku milik di bidang ini.

Sebagai gambaran, kenapa aku sangat yakin dengan kemampuanku ini? Kita bandingkan soal waktu. Sejauh ini aku sudah bekerja nyaris kurang lebih tiga tahun di tempat yang sama. Apa yang aku dapatkan? Tentu uang.  Uang yang aku dapatkan pun sepertinya tidak banyak-banyak amat. Coba bandingkan sendainya aku menulis selama tiga tahun dengan intensitas yang sama. Pasti setiap waktu, kualitas kepenulisanku akan berjalan lebih baik. Dalam tiga tahun menulis berturut-turut, bukan tidak mungkin tulisanku kelak menembus media nasional dan dibayar dengan sangat layak.

Untungnya adalah, kedua hal itu bisa dilakukan bersamaan. Tidak perlu ada yang ditinggal salah satu. Persoalan sekarang mungkin soal waktu. Bagaimana caranya aku mengelola waktu agar bisa menulis dengan leluasa sekalipun statusku sebagai pekerja. Berbicara soal waktu, rutinitas sehari-hari yang akan berbicara.

Aku bisa menulis kapan saja. Itu poinnya. Tetapi untuk fokus menulis, aku perlu waktu-waktu tersendiri. Malam hari, adalah waktu biasanya aku menulis. Aku kira tidak ada persoalan berarti sampai sejauh ini. Mungkin kasus yang muncul adalah bahwa selama ini aku sering di luar setiap malam. Ke depan, kalau tidak penting-penting amat, aku akan sigap menolak atau pulang ketika sudah waktunya.

Waktu lain untuk menulis selain malam adalah pagi hari. Sialnya, aku orang yang susah untuk bangun. Bahkan ketika sudah punya keinginan bangun pun, aku selalu tidak enak sendiri kepada bapak yang sudah lebih dulu bangun. Tetapi karena aku butuh menulis, pilihan untuk terpaksa bangun bisa aku paksakan.

Fokus utama tulisanku nanti aku tiadakan. Aku hanya perlu menulis dan itu bentuknya bisa apa saja. Yang terpenting sekarang adalah mengembalikan kemampuan menulis yang hilang dan menciptakan intensitas konsistensi yang tinggi. Menulis setiap hari jangan dikira bakal berjalan gampang, aku sudah merasakan pengalaman sejenis jauh di waktu-waktu yang lalu, dan jawabannya selalu tidak mudah untuk konsisten menulis, apalagi setiap hari, apalagi sampai dipatok berapa ratus kata sehari. Tetapi ketika berhasil menemukan polanya, dan berhasil melakukan konsistensi yang sama, alamat keberhasilan sudah di tangan. Tapi ya kembali, prosesnya akan menguras waktu dan tenaga. Aku adalah orang yang akan membuktikan, bahwa konsistensi tinggi bakal membawaku ke dalam level tertinggi.

 

2 Syawal 1443 H/ 3 Mei 2022

 

You May Also Like

0 Respon