Getaran yang Lain

by - Juli 31, 2022

 

Anam Sy

Malam ini, tiba-tiba saya merasa sangat lapar. Saya bahkan merasa ada semacam getaran pada tubuh, tapi bukan sejenis menggigil.

Apakah menulis seharian full memang menimbulkan efek semacam ini? Atau, sebetulnya ada getir yang lain di balik ini semua.

Untungnya masih ada sisa nasi sebungkus dan sepotong tempe goreng yang saya temukan di dapur. Daripada mikir macam-macam, melahapnya tentu jauh lebih baik. Saya bahkan masih merasakan getaran itu saat makan.

Tiga mingguan ini saya menganggur. Bukan karena memang menganggur, hanya saja, pekerjaan saya sedang mengalami permasalahan finansial yang pelik. Libur adalah cara bos saya bisa tenang memikirkan jalan keluar.

Bagi saya sendiri, libur semacam ini libur yang saya tunggu. Saya kadang merasa aneh dengan diri sendiri kenapa sangat mencintai libur. Terlebih libur kerja. Padahal secara teori, tidak kerja ya tidak dapat uang.

Sudah tiga minggu berlalu. Apa yang saya lakukan selanjutnya adalah apa yang membawa saya menyadari banyak hal di hari ini.

Tiga minggu berkelut dengan diri sendiri, saya merasa sangat menikmati berkawan dengan kesendirian. Tidak dikejar deadline. Tidak ada intervensi. Tenang. Damai. Sebelum kemudian panik setelah tahu bahwa uang kian menipis.

Selama tiga minggu itu, saya menulis. Full menulis. Pagi, siang, sore, dan malam. Saya pikir, menulis bagus untuk membantu saya mengenal diri saya lebih dalam. Alasan lain, ini wujud keras kepala saya mempertahankan menulis sebagai jalan menuju masa depan.

Ternyata begini ya rasanya menulis saban hari. Meski tidak banyak tenaga dikerahkan, rasanya tetap melelahkan. Apakah mungkin karena pikiran saya sudah benar-benar bekerja?

Getaran itu perlahan mulai hilang. Semakin hilang ketika beberapa menit kemudian, mataku berat dan tak sanggup untuk melanjutkan tulisan ini.

 

31 Juli 2022

You May Also Like

0 Respon