Kemalingan Motor

by - September 13, 2022

Beberapa waktu yang lalu, lebih tepatnya dua hari menjelang ulang tahun, motor saya kemalingan. Bukan cuma milik saya, melainkan juga milik kawan saya Nanang dan satu motor lain. Ya, dalam semalam itu tiga motor digasak sekaligus.

Cerita dimulai ketika kami main badminton di GOR pinggir jalan raya. Setiap malam Selasa kami memang memiliki rutinan minton di tempat tersebut. Sejauh itu, belum ada kejadian semacam ini dalam waktu lama. Bahkan sebelum-sebelumnya pun aman-aman saja motor terparkir di depan meski sampai dini hari.

Pukul 01.00 dini hari, satu rombongan pulang. Pada saat bersamaan Eko yang sebelumnya menjaga motor di luar, gantian masuk dan ingin bermain. Sebetulnya saya juga sudah berkemas ingin pulang, namun urung ketika mengetahui hanya tinggal beberapa orang di dalam. Total ada 9 orang di dalam, termasuk saya.

Saya mencoba untuk keluar memastikaan motor aman, dan memang aman. Saya masuk kembali dan kemudian bermain setelah sebelumnya hanya menyaksikan saja. Saat bermain, dua teman saya pulang sehingga tersisa 7 orang saja. Dalam permainan yang lemas, tak bergairah, dan asal-asalan, seharusnya sudah menjadi sebuah tanda serius bahwa ada apa-apa, namun kami lebih memilih melanjutkan.

Hingga kemudian, sekitar pukul 01.30 dini hari, depppp, listrik padam. Kami sontak ketakutan karena begitu gelap. Sambil bergegas, kami mencoba mengambil barang-barang kami. Nanang segera ke depan untuk mengecek token listrik, memang habis katanya. Kemudian, ia kembali masuk dan mengabarkan sesuatu dengan nada tidak beres, “eh, sopo sing weruh motorku. Motorku raono.”

Saya melihat kekhawatiran di sana, jarang-jarang Nanang berwajah semacam itu. Kami panik namun tetap mencoba untuk berpikir yang tidak-tidak. Baru ketika saya dan kawan-kawan keluar, ternyata, motor saya juga hilang. Sulit untuk mengatakan bahwa ada orang yang iseng, lha wong motor saya sudah terkunci stang.

Dalam keadaan panik, kami mencoba berpencar. Saya dan Narul ke arah Timur. Nanang dan Zilin ke arah barat. Kami menduga pencurian baru saja dilakukan dan belum jauh dari tempat ini.

Dalam pencarian jejak saya bersama Narul, saya beremu dua kawan kami yang pulang tadi sedang makan di sebuah warung nasgor, saya segera meminta mereka untuk ikut membantu pencarian. Di perempatan Karangdadap, saya bertanya segerombolan orang apakah melihat Vario Putih. Mereka bilang, tadi melihat motor putih di step berbelok ke kiri. Tanpa pikir panjang, saya langsung tancap gas mengikuti arahan. Di Kalilembu, melihat angkringan sedang buka, saya kembali bertanya. Ya, mereka melihat motor distep kencang ke arah utara. Tapi ketika saya di Kebonsari menanyai serombongan pemuda sedang mengecat jalan, mereka tidak melihatnya. Saya menanyai beberapa orang lain, tapi nihil, mereka juga tidak melihatnya.

Merasa tidak ada lagi jejak yang kami temukan, kami mengabari kawan lain. Nanang mendapat informasi, kakaknya yang berada di Angkringan Sabro melihat motor itu dinaiki seseorang ke arah Kedungwuni. Jejaknya hanya itu, selebihnya nihil.

Akhirnya kami berkumpul lagi. Sebelum itu, saya meminta Narul untuk mengantarkan saya ke Masjid dulu, saya mau sholat. Barulah setelah saya sholat, saya kemudian tersadar, saya sebetulnya sudah sholat isya sebelum berangkat minton.

Setelahnya saya ke tempat semula. Di sana sudah ada beberapa orang. Ketika tiba di sana, tepatnya di toko kelontong depan GOR, ternyata ada CCTV. Ketika masuk ke sana, Eko tampak sedang menaiki kursi plastik melihat rekaman detik-detik pencurian.

Sebelum itu, mungkin saya perlu bercerita mengapa Eko sampai bisa melihat rekaman CCTV. Saya baru tahu cerita ini tiga hari setelah kejadian.

Ketika saya, Narul, Nanang, dan Zilin berpencar, Eko yang kala itu memegang kunci tentunya berusaha untuk membereskan GOR dulu. Setelah menutup pintu GOR, Eko melihat ada CCTV yang mengarah ke GOR di toko kelontong tak jauh dari TKP.

Bersama Anam Biola dan Fuad, Eko mencoba mengetuk pintu rumah pemilik tersebut. Berkali-kali diketuk, pemilik tampaknya sedang tertidur pulas. Eko yang mempunyai ketenangan batiniyah, kemudian melihat ada nomor telepon di spanduk toko. Ditelponnya pemilik itu dan setelah beberapa kali akhirnya diangkat. Yang mengangkat adalah ibu-ibu. Eko menjelaskan panjang lebar kronologinya.

Beberapa menit kemudian, ibu-ibu tadi bersama suaminya keluar. Yang membuat Eko, Fuad, dan Anam Biola terkejut adalah si suami membawa pentungan. Hal itulah yang membuat Eko merasa perlu menjelaskan lagi.

Setelah penjelasan itu, si pemilik toko minta maaf. Katanya, mereka kan tidak kenal, tiba-tiba malam-malam ada yang nelpon, dikiranya Eko dkk mau merampok atau apa sehingga dibawanya pentungan untuk berjaga-jaga.

Eko dkk akhirnya dipersilahkan untuk menunggu dan beberapa waktu kemudian pintu toko dibuka dan rekaman diputarkan. Pada saat bersamaan, pemilik GOR datang dan Eko kembali menjelaskan lagi kronologi untuk kesekian kali. Pemilik GOR ternyata juga melihat hal yang mencurigakan di rumah tetangganya. Ia memergoki seseorang sedang duduk di atas motor tetangganya, yang dideheminya dan membuat dua orang itu kabur. Setelah beberapa jam setelahnya, saya mendapat kabar, satu motor tetengganya itu juga hilang. Bisa dipastikan, kepergoknya oleh pemilik GOR adalah percobaan pencurian yang kedua di rumah itu.

Setelah menunggu beberapa menit, video CCTV akhirnya menampilkan detik-detik aksi pencurian dilakukan. Sebuah motor matik, tidak jelas jenis apa, melintas pelan dari barat dan berhenti di depan GOR. Seorang lelaki berbaju merah yang membonceng, kemudian turun dan berjalan pelan menuju rentetean motor yang terparkir. Sebentar kemudian, tidak sampai hitungan menit, satu motor dibobol, dituntunnya, dan setelah cukup berjarak dari pintu yang terbuka, motor di-gas bersama kawannya ke arah timur. Itu adalah motor saya, Vario 125 bernomor polisi G 4113 DH.

Kurang dari 10 menit, dua orang itu datang lagi berboncengan dari arah timur. Dan kembali, pria berbaju merah lah yang melancarkan aksinya untuk kedua kali. Setelah berjalan pelan dan memastikan keadaan lengang, motor Beat milik Nanang dibobol, dituntun kaluar, dan di-gas menuju arah Barat, berbeda arah dengan motor saya.

Setelahnya, kami berkumpul. Kesimpulannya, segera bertanya orang pintar mumpung masih hangat. Kami kembali dibagi dua kelompok, ada yang berkunjung ke kyai A dan ada yang berkunjung ke kyai B. Saat itu juga.

Ringkas cerita, setelah menemui kyai, kami ke pak Lurah untuk melaporkan kejadian ini. Baru setelah itu kami ke kantor polisi. Di sana, setelah menceritakan kejadian, polisi menyuruh saya dan Nanang untuk kembali esok paginya dengan membawa dokumen surat kendaraan motor.

Hingga saat ini, kasus ini belum ada titik terang. Apa yang saya rasakan sekarang adalah ya… ya tidak merasakan apa-apa. Saya sudah di titik pasrah. Apa yang terjadi itulah yang sebenarnya terjadi.


You May Also Like

0 Respon