Usaha Healing yang Gagal
Saat saya dan
Nanang sedang melaporkan kasus pencurian motor kami di Polsek, kami mencoba
bersikap tenang. Salah satunya dengan mencoba bercanda.
"Wis, gak usah kuatir Nang. Bar iki kita
healing. Kita healing ke Dieng," ucap saya di ruang Kasatreskrim
disela-sela pak polisi mengetik laporan kami.
"Tapi aku mbonceng awakmu, yo?" saya
menambahi.
Untungnya selera humor Nanang bagus juga. Ia
langsung menimpali.
"Ojo. Motorku ilang. Motormu wae piye."
Dengan empuk langsung saya sambar, "lho,
wekku podo wae sik ilang."
Gerrrrrrr. Saya, Nanang, dan dua polisi di ruang
itu tertawa. Tertawa getir tentu saja.
Kemarin, akhirnya kami jadi ke Dieng sekalipun
motor kami belum ditemukan. Sudah barang pasti kami mbonceng.
Bersamaan dengan Dieng Culture Festival, kami
healing. Bersenang-senang. Bernyanyi. Menyalakan api unggun. Melambungkan
lampion bersama harapan. Melupakan segala beban.
Di antara proses healing itu, kami juga berkenalan
dengan orang-orang. Termasuk orang-orang baru yang mendirikan tenda di depan
tenda kami.
Hingga kemudian, kami mendapati kabar, salah satu
teman baru kami kemalingan hape saat berdesakan menuju panggung utama. Hape
Samsung A23 kalau tidak salah. Harganya nyaris 4 juta.
Duh, jane konsep healing ki piye ta????? Wkwkwkwk
0 Respon