Saya sudah bekerja lagi. Karena
ini pekerjaan satu-satunya yang saya bisa, ya saya harus menjalaninya meski
bagaimanapun. Sekalipun saya tidak terlalu mencintainya.
Sudah sangat lama saya punya
pikiran untuk mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Pekerjaan yang
lebih bisa saya kendalikan semacam menulis. Tetapi menemukan pekerjaan yang
semacam itu sangat butuh waktu. Sebuah keahlian tertentu tidak bisa diraih
hanya dengan satu dua bulan belajar. Perlu bertahun-tahun. Bahkan mungkin hanya
untuk sekadar menguasai dasarnya dulu.
Jadi selama dua minggu ini,
pikiran saya ngawang sekali. Bingung mau menyentuh apa. Sejauh ini yang saya
sentuh lagi dan lagi adalah gawai. Bercakap dengan kenalan baru di ige lalu
selesai.
Pada akhirnya saya menemukan
kebosanan lagi. Saya bosan dengan rutinitas yang begitu monoton, konsisten
lagi. Sebagai manusia, saya senantiasa menginginakan pengalaman yang baru,
menantang, dan seru. Bukan bertemu lagi dengan kebosanan demi kebosanan.
Pekerjaan saya sekarang
sudah tidak bisa dipegang lagi. Saya butuh plan lain. Saya masih meragukan
menulis untuk dijadikan sebagai sebuah profesi. Rasanya sulit. Untuk konsisten
menulis di blog selama dua kali seminggu saja tertatih-tatih. Bagaimana kalau
sudah bersinggungan dengan deadline.
Intinya detik ini saya
bingung mau melakukan apa. Sebenarnya saya menulis semacam ini juga sangat
bosan. Karena saya sudah melakukannya beratus-ratus kali. Tapi karena tidak ada
pilihan, ya saya menulis saja seperti sedang berbicara dengan diri sendiri. Saya
menulis saja semua tulisan ini tanpa banyak pikir. Semakin mikir semakin tidak
bisa menghasilkan apa-apa.
Kemarin saya sedang mencoba
menjebak diri sendiri untuk berada dalam situasi produktif. Saya ingin membaca
lagi, karenanya saya kemudian membeli satu novel di Shopee. Saya juga berpikir
untuk membeli sepatu agar saya merasa punya tanggung jawab untuk lari pagi. Tapi
saya masih tunda keinginan itu setelah saya mengecek dompet dan mendapati bahwa
uang saya hanya tersisa sekian ribu. Saya belum dapat pemasukan paten lagi
setelah pekerjaan juga tersendat.
Ya begitulah. Akhirnya beginilah
yang terjadi. Saya tidak tahu bagaimana semesta bekerja. Saya dengan
kepribadian saya semacam ini entah akan jadi apa. Juga orang lain. Orang yang
tidak punya pilihan memang patutnya berjalan apa adanya. Tidak neko dan kudu
nrimo. Kalau tidak, ya buka jalan lain sebisanya. Kalau tidak bisa juga tidak
mengapa.