• Halaman Awal
  • Diri Sendiri
facebook instagram Email

Anam Sy

 


Saya sudah bekerja lagi. Karena ini pekerjaan satu-satunya yang saya bisa, ya saya harus menjalaninya meski bagaimanapun. Sekalipun saya tidak terlalu mencintainya.

Sudah sangat lama saya punya pikiran untuk mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Pekerjaan yang lebih bisa saya kendalikan semacam menulis. Tetapi menemukan pekerjaan yang semacam itu sangat butuh waktu. Sebuah keahlian tertentu tidak bisa diraih hanya dengan satu dua bulan belajar. Perlu bertahun-tahun. Bahkan mungkin hanya untuk sekadar menguasai dasarnya dulu.

Jadi selama dua minggu ini, pikiran saya ngawang sekali. Bingung mau menyentuh apa. Sejauh ini yang saya sentuh lagi dan lagi adalah gawai. Bercakap dengan kenalan baru di ige lalu selesai.

Pada akhirnya saya menemukan kebosanan lagi. Saya bosan dengan rutinitas yang begitu monoton, konsisten lagi. Sebagai manusia, saya senantiasa menginginakan pengalaman yang baru, menantang, dan seru. Bukan bertemu lagi dengan kebosanan demi kebosanan.

Pekerjaan saya sekarang sudah tidak bisa dipegang lagi. Saya butuh plan lain. Saya masih meragukan menulis untuk dijadikan sebagai sebuah profesi. Rasanya sulit. Untuk konsisten menulis di blog selama dua kali seminggu saja tertatih-tatih. Bagaimana kalau sudah bersinggungan dengan deadline.

Intinya detik ini saya bingung mau melakukan apa. Sebenarnya saya menulis semacam ini juga sangat bosan. Karena saya sudah melakukannya beratus-ratus kali. Tapi karena tidak ada pilihan, ya saya menulis saja seperti sedang berbicara dengan diri sendiri. Saya menulis saja semua tulisan ini tanpa banyak pikir. Semakin mikir semakin tidak bisa menghasilkan apa-apa.

Kemarin saya sedang mencoba menjebak diri sendiri untuk berada dalam situasi produktif. Saya ingin membaca lagi, karenanya saya kemudian membeli satu novel di Shopee. Saya juga berpikir untuk membeli sepatu agar saya merasa punya tanggung jawab untuk lari pagi. Tapi saya masih tunda keinginan itu setelah saya mengecek dompet dan mendapati bahwa uang saya hanya tersisa sekian ribu. Saya belum dapat pemasukan paten lagi setelah pekerjaan juga tersendat.

Ya begitulah. Akhirnya beginilah yang terjadi. Saya tidak tahu bagaimana semesta bekerja. Saya dengan kepribadian saya semacam ini entah akan jadi apa. Juga orang lain. Orang yang tidak punya pilihan memang patutnya berjalan apa adanya. Tidak neko dan kudu nrimo. Kalau tidak, ya buka jalan lain sebisanya. Kalau tidak bisa juga tidak mengapa.


Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

 


Tidak seperti orang-orang, saya menjalani hidup lumayan santai. Saya kerja jika ada saja. Kalau pas sepi, ya tidak. Selama ini, situasinya rada sepi. Jadi saya sering di rumah. Kalaupun kerja, ya hanya seharian saja. Tidak seperti yang lain sampai lembur larut malam. Karena itulah saya punya waktu yang lumayan luang setiap malam.

Kalau pas produktif, waktu luang bisa saya gunakan untuk banyak hal positif. Kalau tidak membaca ya menulis. Sesekali cari tutorial menarik di youtube.

Kalau pas tidak, seperti yang beberapa hari terakhir ini saya jalani, saya hanya scroll media sosial tidak jelas. Buka ige, buka twitter, buka quora. Membuka itu semua bukan karena sengaja ingin melihat atau membaca, semata-mata tangan ini sudah semi otomatis saking terbiasanya. Kemaruknya, kebiasaan itu bukan terjadi untuk beberapa menit, melainkan hitungannya jam. Terasanya sebentar, padahal sudah berjam-jam.

Itu kebiasaan buruknya. Dan seperti yang kita tahu, segala sesuatu tidak berdiri sendiri. Ada sebab akibat. Satu peristiwa mempengaruhi peristiwa lainnya. Dan kebiasaan buruk, mengundang kebiasaan buruk lainnya sebagai satu akibat.

Sebab terlalu lama bersosial media, jam tidur jadi kacau. Saya tidur selalu di atas jam dua belas malam. Syukurnya, saya selalu tidur nyenyak. Terlalu nyenyak sehingga selalu kembali tidur setelah bangun sholat subuh, dan bangun kembali di atas jam 7 lebih.

Saya selalu berpikir kebiasaan positif apa yang bisa saya lakukan selain menulis dan membaca. Sebab, jika tanpa dua hal itu, saya seperti belum melakukan sesuatu yang positif. Ada, sih, olahraga. Tapi ini juga kebiasaan buruk saya, selalu merasa terlambat untuk olahraga.

Terlalu banyak main hape, tidur larut malam, bangun kesiangan, hingga tidak pernah olahraga. Jika begitu siklusnya, kira-kira permasalahan awalnya di mana? Atau, apakah kebiasan buruk bisa menjadi baik ketika dibaik-baiki?


Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

 


2023 resesi. Memangnya kenapa kalau resesi? Daripada berpikir resesi, saya lebih mikir untuk berpikir bagaimana bisa kaya dan sukses versi saya. Entah kenapa, rasanya aneh saja saya ini. Bagaimana tidak aneh, kok saya seperti menjalani kehidupan yang begini-begini saja dari dulu.

Memangnya harus bagaimana? Ya tidak harus bagaimana-bagaimana juga. Maksud saya, ya setidaknya saya punya keahlian yang mendatangkan uang, gitu lho.

Bayangan di kepala ini saya punya kerja, kerjanya enak, dan saya dapat uang banyak. Seperti yang saya lihat dalam diri teman-teman saya. Sementara saya, manusia medioker yang kerjanya hanya itu, yang kalau sepi tidak kerja, seperti tidak punya asa untuk bisa lebih lagi. Menulis? Apa itu menulis. Di mana menghasilkannya. Sekalipun menulis adalah kerjaan saya setiap hari.

Ya, saya terkadang merasa insecure sekalipun saya yakin kelak saya akan kaya. Pertanyaan berikutnya adalah apa yang bisa saya lakukan untuk mengikis rasa insecure ini. Atau begini, apa yang bisa saya lakukan sekarang.

Tidak tahu. Saya tidak tahu apa yang bisa saya perbuat. Sudah sejak lama saya berpikir untuk melakukan apa. Tapi selalu nol, tidak ada yang bisa saya lakukan apa-apa. Yang bisa saya lakukan selama hadir rasa ini hanyalah menuliskannya. Hanya itu. Menulis.

 

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

 


Umur siapa yang tahu.

Kemarin, kabar mengejutkan saya terima dari postingan sw beberapa teman. Isinya kabar duka kawan kami yang meninggal dunia. Namanya Arin Aprilia. Sosok yang saya kenal suka petualang ini kabarnya memang sudah sakit setahun lebih.

Saya mengenal Arin dari organisasi IPNU IPPNU di PAC Karangdadap. Sebagian teman saya juga mengenalnya karena dulu satu sekolahan. Umurnya mungkin di bawah saya setahun (22). Belakangan ia aktif dalam KPP PAC Karangdadap.

Kabar duka ini tentu saja mengejutkan kami. Tidak ada yang menyangka umurnya akan sesingkat ini. Yang lebih merasakan kesedihan selain keluarganya tentu kawan-kawan dekatnya. Diantaranya yang saya kenal adalah Ella. Dari postingan sw, ia menunjukkan screensootan percakapan dengan Arin beberapa hari yang lalu. Katanya juga, hari itu memang Ella sudah berencana main ke rumahnya.

Begitulah, kematian bisa datang kapan saja. Kabar ini tentu mengingatkan saya kembali kepada Liza, tetangga saya yang seminggu lalu juga pulang ke haribaan-Nya. Masih segar betul dalam ingatan ini tentang kisah itu. Kisah yang sama mengejutkannya. Kisah yang sama menyedihkannya.

Liza bersama tiga kawannya mewakili kampus menghadiri acara sebuah organisasi di Jogja. Dalam perjalanan pulang, tepatnya di Temanggung, motor yang ditumpanginya terjatuh dan kemudian tertabrak kawan di belakangnya. Liza kemudian di bawa ke RSUD Temanggung.

Pihak kampus baru mengabari keluarga malamnya--satu kekeliruan yang sangat fatal. Pihak keluarga lantas menyusul. Di rumah, rasa kekhawatiran dirasakan oleh adik-adik dan kerabatnya. Mereka berharap kakaknya baik-baik saja.

Jam 03.30, kabar duka itu tersiar. Lewat saluran telepon, Bapaknya mengabari rumah. Kabar yang membuat siapapun tak kuasa menahan air mata mendengarnya. “Liza sudah tiada.”

Liza yang saya kenal adalah pribadi yang sangat baik dan rajin, sekaligus anak yang begitu patuh. Setiap pagi, ia akan ke sungai menyuci pakaian kaluarganya. Juga mengerjakan setiap detail pekerjaan rumah.

Kadangkala, ketika sedang ada tugas kampus, ia mengontak saya untuk meminjam laptop dan sebentar kemudian ia sudah berada di depan rumah, mengucap salam, dan berucap, “meh ngampil laptop, mas.”

Semua orang kehilangannya. Bapaknya. Kakaknya. Dua adiknya. Pacarnya. Dan semuanya. Saat pemakaman, kesedihan di wajah peziarah tak bisa disembunyikan. Mereka adalah sahabat-sahabatnya, teman satu angkatan, teman kampus, dan termasuk yang paling terpukul, kawannya yang terlibat dalam kecelakaan itu.

Arin dan Liza, dua-duanya usianya di bawah saya. Tuhan sudah merindukan mereka untuk segera berpulang. Saya bersaksi, mereka berdua orang baik. Tidak ada yang bisa saya kasih kepada mereka selain panjatan doa.

Selamat jalan, Arin dan Liza.

Al-fatihah….

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon


Musim hujan telah tiba. Salah satu barang yang penting untuk dipersiapkan adalah mantel atau jas hujan.

Keluarga saya punya dua jas hujan. Jas hujan kelelawar dan jas hujan yang untuk satu orang. Sekitar lima bulan yang lalu, saya kehilangan jas hujan pribadi. Entah hilang, entah tertinggal, atau entah kesingsal di mana. Yang saya ingat, terakhir kali saya memasukannya di kantong plastik hitam setelah bebersih rumah. Dari semua kantong plastik hitam yang saya selidiki, tak satu pun saya menemukan benda itu. Yang kemudian membuat saya menyangka, mungkin memang tidak di rumah, pasti tertinggal di rumah seseorang karena saya lupa.

Oke memang hilang. Itu kesimpulan final atas kasus hilangnya benda satu ini. Beberapa kali purnama lewat, setiap kali ada hujan datang, karena saya kerjanya agak jauh, maka saya memakai mantel kelelawar. Adik saya lebih suka hujan-hujanan, sehingga selalu malas bawa jas hujan.

Hingga tibalah kita di bulan Oktober. Menurut BMKG, hujan berpotensi turun nyaris setiap hari dengan intensitas ringan, sedang, sampai deras. Beberapa hari kemarin memang itulah yang terjadi. Dalam beberapa hari itu pula, ndilalah saya tidak bawa jas hujan. Untungnya, hujan jarang terjadi dalam jam-jam berangkat dan pulang kerja. Kalau tidak salah hanya sekali-dua terjadi hujan deras sewaktu pulang, sekali saya hujan-hujanan, dan sekali dipinjami mantel bos saya.

BMKG kembali merilis berita, hujan dengan intensitas sedang sampai lebat akan terjadi dari tanggal 8 sampai 15 Oktober 2022. Karena keterbatasan jas hujan, sempat terlintas dalam benak saya untuk membeli jas hujan dengan jenis yang sama seperti yang sudah hilang. Tapi itu selalu tidak terjadi. Saya sudah kehilangan selera untuk buka-buka marketplace sejauh ini. Yasudah, seperti sebelum-sebelumnya, saya yang akan bawa mantel kelelawar sementara adik saya tidak.

Hingga tibalah saya di sebuah pagi yang mendung. Sehabis bangun tidur dan beranjak ke kamar mandi, saya terkejut dengan penampakan sesosok benda berwarna hijau di atas motor. Yang sesaat kemudian saya sadari bahwa itulah jas hujan yang hilang selama ini. Ngumpet di mana dia? Habis dari mana dia? Kenapa tiba-tiba nongol begitu saja seperti tidak punya dosa?

Barulah saya ketahui dari bapak, jas itu tidak sengaja ditemukannya saat mencari karung di belakang. Seperti yang pernah saya ingat, memang betul mantel itu berada dalam kresek hitam.

Karena sudah ketemu, saya jadi membawa lagi mantel itu untuk jaga-jaga ketika hujan tanpa diduga tiba. Saya menaruhnya di jepitan leher motor. Dan mantel satunya, mantel kelelawar, bisa digunakan untuk yang lain.

Di luar itu semua, saya punya satu kesimpulan yang menarik atas ditemukannya jas hujan setelah selama 5 bulanan hilang tanpa kabar. Lebih-lebih penemuannya tepat saat musim hujan tiba. Kesimpulannya kurang lebih begini: pada akhirnya, ketika butuh, pasti ada.

 

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

 


Saya merasa dilematis. Setiap malam saya punya waktu luang. Di satu sisi saya bisa mengisinya sesuai keinginan saya, entah menulis, entah membaca, dan lebih seringnya malah habis untuk sekrol-sekrol media. Di sisi yang lain, pada saat bersamaan, teman-teman saya sedang beraktifitas kerja seperti biasa, mencari pundi-pundi uang.

Hal itu yang sering membuat saya kembali melihat usia: dua puluh tiga. Saya sudah dua puluh tiga. Apakah pantas seorang anak muda potensional melawati malam-malamnya hanya dengan sekrol media?

Fakta bahwa saya selalu punya waktu luang setiap malam. Kalau soal setiap malam hanya sekrol-sekrol sosial media, ya, dengan berat hati saya mengakui bahwa itu juga fakta. Tapi yang perlu diketahui pula, secara kesadaran, sebetulnya saya juga tidak nyaman dengan apa yang saya lakukan selama ini. Memangnya saya senang setiap malam melakukan rutinitas yang sama? Sama sekali tidak.

Kesadaran inilah yang saya bedah sekarang. Jauh sebelum habit buruk ini tercipta, saya pernah melewati malam-malam dengan penuh purnama. Penuh purnama karena aktifitas yang saya jalani waktu itu selalu mencerahkan. Pernah pada masanya saya keranjingan membaca. Ada suatu waktu juga saya fokus sekali menulis. Rajin sekali.

Purnama itu kini hilang. Saya tidak lagi membaca, barangkali karena saya sudah tidak lagi membeli buku. Saya kehabisan bacaan. Semua buku yang saya punya sudah saya baca. Untuk meminjam buku pun, rasanya sulit. Saya agak berjarak dengan perpustakaan. Ditambah, saya tidak punya teman sesama pecinta buku. Dan menulis, hanya karena saya merasa tulisan saya selalu tidak lebih baik dari sebelumnya, saya jadi menurunkan intensitas untuk menulis. Hingga kebablasan.

Okelah memang saya punya waktu luang setiap malam. Toh memang pekerjaan saya sedang tidak seramai dulu. Tapi apa yang bisa saya lakukan di setiap malam itulah hal yang bisa saya usahakan. Jika memang malam-malam saya tidak bisa menambah pundi-pundi uang, setidaknya malam-malam saya bisa cerah berseri dengan memaksimalkan potensi diri.

Saya sudah dua puluh tiga. Sudah waktunya menciptakan purnama demi purnama yang mencerahkan jiwa.

Ejiyad sok banget aku iki….

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon



Lagi dan lagi, saya absen menulis dalam jangka waktu yang cukup lama. Sebagai seorang yang ingin ahli menulis, catatan buruk ini perlu dihentikan. Saya perlu menulis lagi untuk merawat harapan itu.


Banyak target yang saya buat ketika ingin menulis. Yang saya sadari, target itu terlalu muluk. Seperti misalnya menargetkan menulis setidaknya seribu kata sehari. Memang awal-awal ada semangat untuk menandaskan capaian itu. Namun makin ke sini, justru semakin membebani dan akhirnya berhenti sama sekali.


Saya perlu menulis lagi. Kalau tidak, saya bisa lupa caranya menulis. Hingga akhirnya saya punya kesepakatan dengan diri sendiri. Melalui tulisan ini saya ingin mengatakan: bahwa saya akan menulis di blog ini setidaknya seminggu dua kali. Saya rasa itu cocok untuk saya. Tidak banyak sekaligus tidak sedikit. Formula yang pas.


Dua kali seminggu. Tulisan saya mungkin akan tayang tiap Senin dan Kamis. Mungkin juga tiap Ahad dan Rabu. Bisa jadi pula tiap Sabtu dan Selasa. Kita lihat saja perkembangannya nanti. Yang jelas saya akan menulis dua kali dalam seminggu di blog ini. Semoga ini menjadi habit yang membuat saya berproses dan berprogres seperti yang saya bayangkan. Kalaupun tidak, setidaknya saya punya kegiatan mingguan. 

 

 

 


Share
Tweet
Pin
Share
No Respon
Newer Posts
Older Posts

Info

Tayang seminggu dua kali

Mutualan, Yuk

  • facebook
  • instagram
  • youtube

Kategori

IPNU

Postingan Viral

Catatan

Sementara kosong dulu, seperti hatiku

Facebook

Isi Blog

  • ►  2024 (15)
    • ►  Apr 2024 (1)
    • ►  Mar 2024 (4)
    • ►  Feb 2024 (1)
    • ►  Jan 2024 (9)
  • ►  2023 (11)
    • ►  Des 2023 (3)
    • ►  Nov 2023 (1)
    • ►  Sep 2023 (3)
    • ►  Jul 2023 (4)
  • ▼  2022 (46)
    • ►  Nov 2022 (7)
    • ▼  Okt 2022 (7)
      • Monolog Diri (1)
      • Kebiasaan Buruk
      • 2023 Resesi
      • Kabar Duka
      • Jas Hujan
      • Malam-Malam Dilematis
      • Tayang Dua Kali Seminggu
    • ►  Sep 2022 (6)
    • ►  Agu 2022 (4)
    • ►  Jul 2022 (9)
    • ►  Mei 2022 (4)
    • ►  Jan 2022 (9)
  • ►  2021 (22)
    • ►  Des 2021 (5)
    • ►  Sep 2021 (3)
    • ►  Agu 2021 (6)
    • ►  Jun 2021 (1)
    • ►  Mar 2021 (7)
  • ►  2020 (14)
    • ►  Des 2020 (1)
    • ►  Nov 2020 (2)
    • ►  Jul 2020 (2)
    • ►  Jun 2020 (1)
    • ►  Mei 2020 (1)
    • ►  Apr 2020 (1)
    • ►  Mar 2020 (2)
    • ►  Feb 2020 (4)
  • ►  2019 (3)
    • ►  Mar 2019 (1)
    • ►  Feb 2019 (1)
    • ►  Jan 2019 (1)
  • ►  2018 (57)
    • ►  Okt 2018 (7)
    • ►  Sep 2018 (5)
    • ►  Jul 2018 (11)
    • ►  Jun 2018 (3)
    • ►  Mei 2018 (4)
    • ►  Apr 2018 (2)
    • ►  Mar 2018 (5)
    • ►  Feb 2018 (12)
    • ►  Jan 2018 (8)
  • ►  2017 (71)
    • ►  Des 2017 (7)
    • ►  Nov 2017 (20)
    • ►  Okt 2017 (10)
    • ►  Sep 2017 (8)
    • ►  Agu 2017 (8)
    • ►  Jul 2017 (9)
    • ►  Jun 2017 (5)
    • ►  Mei 2017 (4)

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates