Kebiasaan Buruk
Tidak seperti orang-orang,
saya menjalani hidup lumayan santai. Saya kerja jika ada saja. Kalau pas sepi,
ya tidak. Selama ini, situasinya rada sepi. Jadi saya sering di rumah. Kalaupun
kerja, ya hanya seharian saja. Tidak seperti yang lain sampai lembur larut
malam. Karena itulah saya punya waktu yang lumayan luang setiap malam.
Kalau pas produktif, waktu
luang bisa saya gunakan untuk banyak hal positif. Kalau tidak membaca ya
menulis. Sesekali cari tutorial menarik di youtube.
Kalau pas tidak, seperti
yang beberapa hari terakhir ini saya jalani, saya hanya scroll media sosial
tidak jelas. Buka ige, buka twitter, buka quora. Membuka itu semua bukan karena
sengaja ingin melihat atau membaca, semata-mata tangan ini sudah semi otomatis
saking terbiasanya. Kemaruknya, kebiasaan itu bukan terjadi untuk beberapa
menit, melainkan hitungannya jam. Terasanya sebentar, padahal sudah berjam-jam.
Itu kebiasaan buruknya. Dan seperti
yang kita tahu, segala sesuatu tidak berdiri sendiri. Ada sebab akibat. Satu peristiwa
mempengaruhi peristiwa lainnya. Dan kebiasaan buruk, mengundang kebiasaan buruk
lainnya sebagai satu akibat.
Sebab terlalu lama bersosial
media, jam tidur jadi kacau. Saya tidur selalu di atas jam dua belas malam. Syukurnya,
saya selalu tidur nyenyak. Terlalu nyenyak sehingga selalu kembali tidur
setelah bangun sholat subuh, dan bangun kembali di atas jam 7 lebih.
Saya selalu berpikir
kebiasaan positif apa yang bisa saya lakukan selain menulis dan membaca. Sebab,
jika tanpa dua hal itu, saya seperti belum melakukan sesuatu yang positif. Ada,
sih, olahraga. Tapi ini juga kebiasaan buruk saya, selalu merasa terlambat
untuk olahraga.
Terlalu banyak main hape,
tidur larut malam, bangun kesiangan, hingga tidak pernah olahraga. Jika begitu
siklusnya, kira-kira permasalahan awalnya di mana? Atau, apakah kebiasan buruk
bisa menjadi baik ketika dibaik-baiki?
0 Respon