Kabar Duka

by - Oktober 15, 2022

 


Umur siapa yang tahu.

Kemarin, kabar mengejutkan saya terima dari postingan sw beberapa teman. Isinya kabar duka kawan kami yang meninggal dunia. Namanya Arin Aprilia. Sosok yang saya kenal suka petualang ini kabarnya memang sudah sakit setahun lebih.

Saya mengenal Arin dari organisasi IPNU IPPNU di PAC Karangdadap. Sebagian teman saya juga mengenalnya karena dulu satu sekolahan. Umurnya mungkin di bawah saya setahun (22). Belakangan ia aktif dalam KPP PAC Karangdadap.

Kabar duka ini tentu saja mengejutkan kami. Tidak ada yang menyangka umurnya akan sesingkat ini. Yang lebih merasakan kesedihan selain keluarganya tentu kawan-kawan dekatnya. Diantaranya yang saya kenal adalah Ella. Dari postingan sw, ia menunjukkan screensootan percakapan dengan Arin beberapa hari yang lalu. Katanya juga, hari itu memang Ella sudah berencana main ke rumahnya.

Begitulah, kematian bisa datang kapan saja. Kabar ini tentu mengingatkan saya kembali kepada Liza, tetangga saya yang seminggu lalu juga pulang ke haribaan-Nya. Masih segar betul dalam ingatan ini tentang kisah itu. Kisah yang sama mengejutkannya. Kisah yang sama menyedihkannya.

Liza bersama tiga kawannya mewakili kampus menghadiri acara sebuah organisasi di Jogja. Dalam perjalanan pulang, tepatnya di Temanggung, motor yang ditumpanginya terjatuh dan kemudian tertabrak kawan di belakangnya. Liza kemudian di bawa ke RSUD Temanggung.

Pihak kampus baru mengabari keluarga malamnya--satu kekeliruan yang sangat fatal. Pihak keluarga lantas menyusul. Di rumah, rasa kekhawatiran dirasakan oleh adik-adik dan kerabatnya. Mereka berharap kakaknya baik-baik saja.

Jam 03.30, kabar duka itu tersiar. Lewat saluran telepon, Bapaknya mengabari rumah. Kabar yang membuat siapapun tak kuasa menahan air mata mendengarnya. “Liza sudah tiada.”

Liza yang saya kenal adalah pribadi yang sangat baik dan rajin, sekaligus anak yang begitu patuh. Setiap pagi, ia akan ke sungai menyuci pakaian kaluarganya. Juga mengerjakan setiap detail pekerjaan rumah.

Kadangkala, ketika sedang ada tugas kampus, ia mengontak saya untuk meminjam laptop dan sebentar kemudian ia sudah berada di depan rumah, mengucap salam, dan berucap, “meh ngampil laptop, mas.”

Semua orang kehilangannya. Bapaknya. Kakaknya. Dua adiknya. Pacarnya. Dan semuanya. Saat pemakaman, kesedihan di wajah peziarah tak bisa disembunyikan. Mereka adalah sahabat-sahabatnya, teman satu angkatan, teman kampus, dan termasuk yang paling terpukul, kawannya yang terlibat dalam kecelakaan itu.

Arin dan Liza, dua-duanya usianya di bawah saya. Tuhan sudah merindukan mereka untuk segera berpulang. Saya bersaksi, mereka berdua orang baik. Tidak ada yang bisa saya kasih kepada mereka selain panjatan doa.

Selamat jalan, Arin dan Liza.

Al-fatihah….

You May Also Like

0 Respon