Kabar Duka
Umur siapa yang tahu.
Kemarin, kabar mengejutkan
saya terima dari postingan sw beberapa teman. Isinya kabar duka kawan kami yang
meninggal dunia. Namanya Arin Aprilia. Sosok yang saya kenal suka petualang ini
kabarnya memang sudah sakit setahun lebih.
Saya mengenal Arin dari
organisasi IPNU IPPNU di PAC Karangdadap. Sebagian teman saya juga mengenalnya
karena dulu satu sekolahan. Umurnya mungkin di bawah saya setahun (22).
Belakangan ia aktif dalam KPP PAC Karangdadap.
Kabar duka ini tentu saja
mengejutkan kami. Tidak ada yang menyangka umurnya akan sesingkat ini. Yang
lebih merasakan kesedihan selain keluarganya tentu kawan-kawan dekatnya. Diantaranya
yang saya kenal adalah Ella. Dari postingan sw, ia menunjukkan screensootan percakapan
dengan Arin beberapa hari yang lalu. Katanya juga, hari itu memang Ella sudah
berencana main ke rumahnya.
Begitulah, kematian bisa
datang kapan saja. Kabar ini tentu mengingatkan saya kembali kepada Liza,
tetangga saya yang seminggu lalu juga pulang ke haribaan-Nya. Masih segar betul
dalam ingatan ini tentang kisah itu. Kisah yang sama mengejutkannya. Kisah yang
sama menyedihkannya.
Liza bersama tiga kawannya
mewakili kampus menghadiri acara sebuah organisasi di Jogja. Dalam perjalanan
pulang, tepatnya di Temanggung, motor yang ditumpanginya terjatuh dan kemudian
tertabrak kawan di belakangnya. Liza kemudian di bawa ke RSUD Temanggung.
Pihak kampus baru mengabari
keluarga malamnya--satu kekeliruan yang sangat fatal. Pihak keluarga lantas
menyusul. Di rumah, rasa kekhawatiran dirasakan oleh adik-adik dan kerabatnya.
Mereka berharap kakaknya baik-baik saja.
Jam 03.30, kabar duka itu
tersiar. Lewat saluran telepon, Bapaknya mengabari rumah. Kabar yang membuat
siapapun tak kuasa menahan air mata mendengarnya. “Liza sudah tiada.”
Liza yang saya kenal adalah
pribadi yang sangat baik dan rajin, sekaligus anak yang begitu patuh. Setiap
pagi, ia akan ke sungai menyuci pakaian kaluarganya. Juga mengerjakan setiap
detail pekerjaan rumah.
Kadangkala, ketika sedang
ada tugas kampus, ia mengontak saya untuk meminjam laptop dan sebentar kemudian
ia sudah berada di depan rumah, mengucap salam, dan berucap, “meh ngampil
laptop, mas.”
Semua orang kehilangannya.
Bapaknya. Kakaknya. Dua adiknya. Pacarnya. Dan semuanya. Saat pemakaman,
kesedihan di wajah peziarah tak bisa disembunyikan. Mereka adalah
sahabat-sahabatnya, teman satu angkatan, teman kampus, dan termasuk yang paling
terpukul, kawannya yang terlibat dalam kecelakaan itu.
Arin dan Liza, dua-duanya
usianya di bawah saya. Tuhan sudah merindukan mereka untuk segera berpulang.
Saya bersaksi, mereka berdua orang baik. Tidak ada yang bisa saya kasih kepada
mereka selain panjatan doa.
Selamat jalan, Arin dan
Liza.
Al-fatihah….
0 Respon