Jas Hujan
Musim hujan telah tiba.
Salah satu barang yang penting untuk dipersiapkan adalah mantel atau jas hujan.
Keluarga saya punya dua jas
hujan. Jas hujan kelelawar dan jas hujan yang untuk satu orang. Sekitar lima
bulan yang lalu, saya kehilangan jas hujan pribadi. Entah hilang, entah
tertinggal, atau entah kesingsal di mana. Yang saya ingat, terakhir kali saya
memasukannya di kantong plastik hitam setelah bebersih rumah. Dari semua
kantong plastik hitam yang saya selidiki, tak satu pun saya menemukan benda
itu. Yang kemudian membuat saya menyangka, mungkin memang tidak di rumah, pasti
tertinggal di rumah seseorang karena saya lupa.
Oke memang hilang. Itu kesimpulan
final atas kasus hilangnya benda satu ini. Beberapa kali purnama lewat, setiap
kali ada hujan datang, karena saya kerjanya agak jauh, maka saya memakai mantel
kelelawar. Adik saya lebih suka hujan-hujanan, sehingga selalu malas bawa jas
hujan.
Hingga tibalah kita di bulan
Oktober. Menurut BMKG, hujan berpotensi turun nyaris setiap hari dengan
intensitas ringan, sedang, sampai deras. Beberapa hari kemarin memang itulah
yang terjadi. Dalam beberapa hari itu pula, ndilalah saya tidak bawa jas hujan.
Untungnya, hujan jarang terjadi dalam jam-jam berangkat dan pulang kerja. Kalau
tidak salah hanya sekali-dua terjadi hujan deras sewaktu pulang, sekali saya
hujan-hujanan, dan sekali dipinjami mantel bos saya.
BMKG kembali merilis berita,
hujan dengan intensitas sedang sampai lebat akan terjadi dari tanggal 8 sampai
15 Oktober 2022. Karena keterbatasan jas hujan, sempat terlintas dalam benak
saya untuk membeli jas hujan dengan jenis yang sama seperti yang sudah hilang.
Tapi itu selalu tidak terjadi. Saya sudah kehilangan selera untuk buka-buka
marketplace sejauh ini. Yasudah, seperti sebelum-sebelumnya, saya yang akan
bawa mantel kelelawar sementara adik saya tidak.
Hingga tibalah saya di
sebuah pagi yang mendung. Sehabis bangun tidur dan beranjak ke kamar mandi,
saya terkejut dengan penampakan sesosok benda berwarna hijau di atas motor. Yang
sesaat kemudian saya sadari bahwa itulah jas hujan yang hilang selama ini.
Ngumpet di mana dia? Habis dari mana dia? Kenapa tiba-tiba nongol begitu saja
seperti tidak punya dosa?
Barulah saya ketahui dari
bapak, jas itu tidak sengaja ditemukannya saat mencari karung di belakang. Seperti
yang pernah saya ingat, memang betul mantel itu berada dalam kresek hitam.
Karena sudah ketemu, saya
jadi membawa lagi mantel itu untuk jaga-jaga ketika hujan tanpa diduga tiba.
Saya menaruhnya di jepitan leher motor. Dan mantel satunya, mantel kelelawar,
bisa digunakan untuk yang lain.
Di luar itu semua, saya
punya satu kesimpulan yang menarik atas ditemukannya jas hujan setelah selama 5
bulanan hilang tanpa kabar. Lebih-lebih penemuannya tepat saat musim hujan
tiba. Kesimpulannya kurang lebih begini: pada akhirnya, ketika butuh, pasti
ada.
0 Respon