Super Blue Blood Moon di Langit Pekalongan

by - Januari 31, 2018

Malam ini, 31 Januari 2018 malam yang istimewa. Pertama karena hari ini hari lahir Nahdlotul Ulama ke-92. Kedua, karena malam ini merupakan malam demgan tiga fenomena sekaligus. Super blue blood moon. Untuk yang saya sebut terakhir, itulah yang saya akan bahas.

Apa sih super blue blood moon. Istilahnya kok rumit ruwet pake banget.

Sebelumnya saya juga gak mudeng sebenarnya ada apa, yang saya tahu, malam ini ada gerhana bulan. Itu tok.

Karena tak tahu, sebagai anak muda yang sok tahu, saya akhirnya cari tahu. Tak sulit untuk dapat informasi mengenai ini. Karena hampir seluruh tivi dan media membahas ini. Lengkap dengan penjelasan para ahlinya.

Karena itulah sehingga saya mending mudeng. Super blue blood moon itu adalah istilah gabungan untuk tiga fenomena: super moon, bloe moon, dan blood moon.

Untuk super moon, itu istilah untuk fenomena dimana bulan berada posisi terdekat dengan bumi. Dari berita yang saya lihat, katanya bulan 14% lebih besar dan 30% lebih terang. Kedekatan itulah yang membuatnya menjadi super. Super sekali.

Kalau blue moon, itu julukan untuk purnama kedua dalam satu bulan. Sebelumnya, purnama terjadi pas tahun baru.

Sementara blood moon, artinya gerhana bulan. Tanpa saya jelaskan, pasti pernah diajarkan di sekolah lah. Tau sendiri.

Sampai situ mungkin sudah  sedikit mudeng ya. Tapi pasti anda juga bingung seperti saya, kenapa gerhana tapi warnanya merah. Padahal kan biasanya kalau gerhana itu ya gelap.

Sebentar, saya cari tahu lagi.

Oh, ternyata begini. Semoga tidak salah. Jadi, bulan ditutupi matahari sehingga tampak merah. Kenapa? Karena sinar matahari menembus atmosfer bumi sebelum sampai ke bulan. Gas-gas di atmosfer menyebarkan cahaya biru dan meloloskan cahaya merah. Begitu.

Tambahan, informasi juga bahwa terakhir kali fenomena yang sama terjadi 152 tahun lalu, tepatnya 31 Maret 1866. Tentu saya belum ada.

Karena peristiwa ini amat langka, banyak yang antusias untuk melihat. Saya nonton di tivi, tempat-tempat yang menyediakan teropong banyak dikunjungi orang-orang.

Ditengah pembicaraan hangat fenomena ini di tivi-tivi, lalu bagaimanakah situasi yang ada di desa saya, desa Kebonrowopucang, Karangdadap, Pekalongan. Apakah juga heboh. Atau biasah saja. Berikut saya laporkan.

Sebelum fenomena ini terjadi, ada hal lain yang menyita perhatian penduduk Kebonrowopucang. Yaitu munculnya himbauan untuk sedekah. Sedekah kali ini agak bervariasi, tergantung kemana arah depan rumahnya.

Bagi yang tahu kabar-kabar ini, tak sedikit yang melakukannya. Tetangga saya pada menjalankan. Tentu sebagai tangga dekat, saya pun kena jatah kebagian makanannya. Kan lumayan.

Saya sendiri tak paham kenapa ada himbauan seperti ini. Saya tak mau berspekulasi. Ada yang mengaitkan dengan dewi lanjar. Ada juga yang tak mengaitkannya dengan apapun. Tapi entah benar atau tidak, ada juga yang mengaitkan dengan fenomena bulan malam ini.

Sudah-sudah. Kembali kepembahasan. Di desa saya tak ada kehebohan yang fantastis. Semua tampak biasa saja. Namun begitu, setiap orang setidaknya keluar untuk menengok gerhana meski sebentar.

Lebih jelasnya, ini situasi yang terjadi di desa saya.

Saat awal-awal, jam 8an lebih, cuaca belum mendukung. Banyak awan tebal yang melintas, mungkin mendung. Bulan tak terlihat. Namun dalam waktu tertentu saat awannya telah lewat, bulan terlihat sebentar. Meski kemudian tertutup lagi.

Masuk jam 9, gerimis turun. Alamat tak bisa melihat secara kasap mata. Untungnya, sebentar kemudian gerimis berhenti. Langit mencerah. Bulan terlihat jelas.

Di langit Kebonrowopucang ini, seperti juga di daerah lain, saya bisa menyaksikan gerhana. Sayangnya, karena hanya mengandalkan mata telanjang, saya tak melihat bulan yang seperti ditampilkan di tivi-tivi itu. Sayangnya lagi, saya tak jadi mendokumentasikan momen ini. Di kamera, bulan hanya tampak seperti titik kuning. Yah, bagaimana lagi. Hape saya jelek.

Saat terjadi momen ini, saya hanya di rumah, nonton tivi dan main hape. Mungkin saya harusnya agak rugi, di mesjid, sebetulnya ada solat gerhana, solat khusuf, tapi saya tak ikut.

Terakhir, di akhir Januari ini saya mau bersyukur. Saya masih bisa diberi kesempatan untuk menikmati ciptaan Tuhan semua ini. Fenomena super blue blood moon ini menyakinkan saya bahwa Allah Maha Besar. La haula wala quwwata illa billahil aliyyil adhim.

Paling terakhir, saya juga mau bersyukur. Saya bisa menuliskan hal ini. Alhamdulillah.

You May Also Like

0 Respon