Mengantri di Apotek itu sebuah kenikmatan lho!
Hari ini aku kontrol lagi untuk kesekian kalinya. Karena sudah biasa, tentu saja saya sudah paham urutan-urutannya sehingga saya cukup tenang.
Tapi saya tak mau mbahas mengenai kesemua tahapan itu. Saya cuma mau mbahas satu hal saja, yaitu saat ngantri obat di apotek. Banyak sesuatu yang menarik yang patut anda tahu.
Di Apotek, seperti di tahapan lain, ada sesuatu yang anda benci dan harus dilalui, yaitu mengantri. Okelah, semua setuju itu tak menarik sama sekali. Lebih tak menarik lagi kalau antriannya sangat puanjang. Tapi jangan dulu membuka hape untuk menghindari kebosanan yang akan muncul ditempat ini. Tenangkan jiwamu dan bukalah mata hatimu.
Saya sudah sering mengantri di Apotek rumah sakit, pernah ngepasi sepi, namun lebih banyak pas ramai. Awal-awal, saya tak menikmati yang namanya antrian di sini, sudah sesak, haus, tak ada kuota lagi, apes tenan. Namun akhirnya saya menikmati antrian di Apotek ini, hal itu berkat kesadaran yang muncul dalam diri saya.
Jika mau mengamati, toh ternyata dalam kebosanan mengantri ini ada sebuah sesuatu yang terpampang jelas untuk dinikmati. Apakah itu?
Pertama, angkatlah kepalamu dan lihatlah apoteker di depanmu itu. Coba saja perhatikan wajahnya. Cantik kan. Itulah suguhan yang terpampang nyata. Sungguh, nikmat mana lagi yang kau dustakan.
Saya sudah mewajarkan kenapa kebanyakan petugas apotek itu cantik-cantik. Bukan apoteker saja sih, hampir semua petugas di rumah sakit ini. Fakta itu bisa dipikir dengan logika akal sehat.
Begini, petugas rumah sakit di manapun tentunya harus berasal dari lulusan pendidikan kesehatan (untuk lebih spesifiknya, saya tidak tahu). Kebanyakan yang mampu untuk sekolah di bidang ini pastinya orang-orang berduit, orang kaya. Apa sih yang menonjol dari orang kaya, ya perawatan tubuhnya. Itulah alasan kenapa petugas di sini cuantik-cuantik.
Lebih lama ngantri di apotek, akan lebih lama melihat wajah-wajah cantik ini. Jika disadari, tak bakal ada kebosanan dalam penantian menunggu obat. Bahkan rasanya, justru ingin mengantri lama-lama.
Seperti asar ini, saya juga sedang mengamati kecantikan mereka satu persatu secara leluasa. Yang paling bikin betah, tak ada yang melarang hal ini sama sekali. Jangankan sampai tercyduk, mbak-mbak yang cantik ini sadar dilihat saja tidak. Mereka fokus bekerja.
Terkadang dalam asyiknya melihat mereka, saya perhatikan juga kalau mbak-mbak cantik ini ternyata imut juga. Saya sadari hal itu saat mereka sesekali membetulkan kaca mata mereka. Ya, kacamata itulah yang bikin aku gemez. Wajah mereka yang aduhai, bertambah imut dengan kaca mata. Ya Tuhan, apakah ini jatuh cinta.
Sepengamatan saya, orang pakai kaca mata itu ada dua alasan: karena masalah mata atau untuk menambah cantik. Dan di tempat saya sekarang ini, kacamata dan cantik menjadi dua hal yang sepasang. Saya tak tahu apakah memang ada hubungan dari keduanya. Yang pasti, saya sangat menikmati apoteker cantik ini, terlebih yang pakai kacamata. Sumpah, imut banget. Gemez deh, pingin nyibit pipinya itu.
Bagi yang biasa wora-wiri kesini, pasti paham bagaimana sensasinya. Tapi kalau belum, hahaha, rugi sekali. Makanya, sekali-kali sakit dan kesini.
Saking terbiasanya saya kesini, saya paham kapan waktu bisa menikmati yang cantik-cantik. Setiap ndaftar, sambil menunggu nomor dipanggil dan itu lama sekali, saya selalu duduk di kursi tunggu depan rumah sakit. Saya ndaftar pagi hari, dan itulah waktu yang tepat untuk melihat yang seger-seger.
Misalnya pagi tadi, saya berangkat jam 6, sampai sini jam 6.15 dan dapat nomor antrian 58, masih lama sekali. Seperti biasa, saya menunggunya di kursi depan rumah sakit. Waktu itu tepat bersamaan dengan jam berangkat dan pulang mereka. Disitulah para orang cantik ini berseliweran. Sungguh, sarapan pagi yang begitu sehat.
Dan asar ini, setelah mendapatkan obat, saya duduk lagi di tempat yang sama seperti saat ngantri pagi tadi. Namun bukan untuk melihat seliweran-seliweran asyik, karena ini bukan waktu jam pulang mereka, tetapi untuk saya menulis. Kontrol berikutnya, saya mau melanggengkan kebiasaan ini, menulis dengan santai di depan rumah sakit. Enak betul.
Oh iya, sore ini, saya mulai percaya pada perkataan 'kalau bersyukur, nikmatnya akan ditambah'. Kenapa? Karena duduknya saya di kursi depan kali ini, disuguhi pemandangan bagus lagi. Tepat disamping saya, duduk perempuan cantik berkerudung biru. Dan ndilalahnya, juga kacamatanan. Ncen ayu karo kocomoto ki bersahabat.
Ya Tuhan, saya bersyukur hari ini. Besok lagi ya.
0 Respon