Diberi Saran Jadi Komika
Amin menyarankan saya jadi komika saja katanya. Entah alasannya apa kok saya disarankan jadi stand up komedian. Jauh sebelumnya kalau ndak salah mbak feni juga menyarankan hal sama. Memang sih saya punya banyak keresahan hidup. Konon itu senjata pamungkas menjadi komika. Tapi ya apa mungkin.
Saya yakin saran mereka pada saya lewat fesbuk tempo hari hanya sekedar canda basa-basi belaka. Tapi usulan mereka bagus juga, saya patut mengapresiasi dan kali ini akan saya tanggapi.
Begini, mbak feni dan mas amin (cie.. ehm ehm). Stand up komedy itu tak semudah yang kita lihat. Banyak tahap yang musti dilalui, dari mulai menentukan tema, observasi materi, hal-hal absrud, mental, sampai perform saat pentas. Jelas itu semua perlu kecerdasan. Maka saya tak heran kalo kalian menganggap saya bisa, karena kalian menganggap saya cerdas kan. Oke, terimakasih.
Stand up komedy memang sulit, satu level dibawah sulitnya memahami wanita. Memang kita nggak boleh mengatakan sulit sebelum kita mencoba. Tapi yo mbok pandeng raiku ini lho... apa iya wajahku ada bakat ngelawak semisal tukul arwana, dede, atau bopak gitu. Tidak kan, saya terlalu ganteng untuk itu. Jadi ya nggak pantes aja hehe.
Apalagi saya itu paling ndak tega kalo memberi harapan palsu, terutama wanita. Iya ndak fen? Nah kalo seumpama saya jadi komika dan penonton mengharapkan tawa lantas saya gagal. Kan sama saja artinya PHP. Iya kan?
Kecuali kalo kalian punya acara, Pernikahan kalian misalnya. Dan saya dipaksa nyeten ap saat resepsi kalian dan dibayar. Saya pasti mau. Misal saja lho ya... misal
Saya paham kok apa yang ada dipikiran kalian kalo hidup perlu ditertawakan. Dengan stend ap salah satunya. Makanya saya nolak jadi komika. Takutnya menertawakan hidup malah jadi beban. Jadinya blunder kan.
Yaudah gini aja. Kalo mau ketawa-ketawa tetep bisa kok. Kita bisa ketemu ngopi bareng. Ndak ada stend ap stend apan. Kita ngopot saja sampai malam.
Terimakasih atas sarannya lho ya. Tapi saya tolak ini.. hehe
0 Respon