Ngopot tentang tulisanku
Ngopot malam ini. (Teruntuk sing gelem moco)
Menulis dalam perjalanannya selalu ada batu sandung yang akan menjagal kita. Dan hal itu adalah ketika datang masalah bernama kemalasan. Terlebih bagi penulis pemula seperti saya yang bisa menulis saja itu sudah istimewa. Saya tertarik menulis karena memang kelihatannya mudah dan menyenangkan. Ternyata betul juga, tapi itu bagi yang sudah susah payah berproses belajar yang panjang. Bagi saya penulis kemarin sore menulis adalah sebuah hal yang harus dipaksa agar bisa.
Dalam pemaksaan itu tentu tidak enak. Namanya juga paksaan. Bukan kecintaan. Disitulah proses menggembleng diri sendiri agar bagaimanapun harus menulis. Disinilah tumpah darah. Titik perjuangan yang nyata melawan kemalasan dan hal negatif lain. Ini tidak mudah. Karena saat itulah menulis menampakkan dirinya yang sulit. "Nulis apa ya" "Apa yang musti saya tulis" "kok susah banget sih."
Saat itulah akan terlihat betul apakah menulis itu betul-betul kita inginkan. Dua pilihan melintas: memilih berhenti menulis atau lanjut menulis. Kita akan dipusingkan dua pertanyaan menjebak ini. Kalau pilih berhenti berarti kita tidak ingin menulis. Kalau milih lanjut berarti harus terus menulis. Sementara kita masih menerka-nerka apa yang bisa kita tulis.
Oleh saya dua pilihan itu secara bergantian saya pilih. Pertama saya memilih untuk melanjutkan menulis. Motivasi saya masih kuat saat itu. Setiap pagi, sore, dan malam selalu hadapannya bolpoin dan kertas. Menulis yang bisa saya tulis. Apa saja, sederhana, dan masih sebatas sebisanya. Catatan itu juga masih ada sampai sekarang dilemari. Tulisannya memang tidak bagus sama sekali tapi lumayan buat hiburan kalau saya sedang luang. Struktur kalimatnya kacau jadi terlihat lucu. Sesekali kita memang harus menertawakan diri sendiri.
Sampai pada suatu waktu saya melihat tulisanku kok begitu-begitu saja. Tidak ada progres yang signifikan. Rasanya pingin muntah saking bosannya membaca gaya tulisan sendiri. (Plis kamu jangan muntah. Nanti kena hapemu). Sejak itulah intensitas menulisku menurun dan menurun. Sampai pada kenyataan saya berhenti menulis. Awalnya hanya berhenti untuk refresing seminggu. Eh malah keenakan dan keblablasan jauh dan akhirnya benar-benar berhenti menulis. Pilihan dari dua pilihan tadi.
Setelah itu tak ada tulisan lagi yang kutulis. Bahkan hanya untuk menulis status difesbuk saja sungkan. Hari-hariku menjadi kosong tanpa kata tak seperti hari sebelumnya. Entah kenapa kemudian muncul kerinduan untuk menulis. Saya dan bolpoin seakan memiliki ikatan yang kuat. Meski secara fisik kami memang berjauhan. Tapi secara batin seperti berhubungan. Aku dan bolpoin seperti sedang merasakan LDR. Jauh dimata namun begitu terasa. Oh beginikah rasanya LDR.
Karena sepertinya aku punya rasa. Maka saya berinisiatip untuk mengungkapnya keesokan harinya. Dan betul, esok harinya memang aku tembak. "I love you". Sejak itu aku resmi berhubungan dengannya. Tapi saya tidak berfikir untuk menikahinya. Itu mustahil. Dalam hubungannya, kami selalu memusyawarahkan apa saja dan menghasilkan tulisan. Alhamdulillah sampai saat ini hubungan kami baik-baik saja. Eh.. lha kok malah ceritanya ngawur begini. Kembali kembali. Sampai mana tadi.
Saat pemberhentian tadi saya mulai mikir. Eman kalau kebiasaan menulis yang sudah lumayan itu berhenti begitu saja. Rasanya seperti mengkhianati perjuangan yang sudah dilakukan. Aku tidak mau hal demikian. Bagaimanapun aku menemukan siapa diriku dalam menulis. Sehingga saya putuskan untuk menulis kembali.
Karena antara aku dengannya sudah akrab. Semakin lama semakin kuat kemistri yang terjalin. (Kemistri apa ya? Kok sepertinya tepat saja penggunaanya). Saya kembali menulis lagi. Namun kali ini juga diimbangi membaca tulisan yang ringan, renyah, sekaligus juga berkualitas. Seperti tulisannya agus mulyadi dkk disitus mojokdotco. Menurut saya tulisan seperti itulah yang pantas saya jadikan panutan. Saya melihat kalau menulis itu memang sesederhana itu. Ya seperti itu. Gurih gurih nyoi.
Ngomong-ngomong menulis. Sekali lagi saya penulis yang lahir kemarin sore. Bisanya mung nulis koyo ngene kui. Ngopot malam ini cukup itu saja. Elek yo ben.
0 Respon