Kenapa Saya Suka Nulis?

by - September 17, 2017

Menulis, tentu siapapun bisa menulis. Menulis yang saya maksudkan disini yaitu menulis asli sebagai aktivitas menuangkan gagasan dengan merangkai kalimat yang padu.

Hanya sedikit orang yang mahir menulis. Padahal dengan menulis kita bisa mengungkapkan gagasan kita secara terkonsep. Dalam derajat tertentu menulis secara perlahan dapat memunculkan kehebatan kita yang tersembunyi. Menjadikan kita berfikir kritis, punya sudut pandang luas, dan bisa mencerdaskan.

Kemampuan menulis tidak keluar begitu saja dan ujug-ujug bisa. Perlu belajar sebagai prosesnya. Hal ini bisa dimulai dengan cara paling sederhana: mencatat kejadian dibuku harian atau menulis status difesbuk.

Awal saya tertarik untuk menulis hadir setelah membaca buku-buku diperpustakaan saat SMP dulu. Buku-buku berisi cerpen, puisi, atau novel. Dari situlah muncul keinginan untuk berkarya. Saat itu juga saya beranikan menulis untuk pertama kalinya. Pas pertama nulis jelas bingung apa yang mau ditulis. Yang ada saya malah coret-coret ra nggenah, alih-alih nulis.

Tapi semakin kesini saya mulai menemukan enaknya. Apa yang saya pikirkan bisa langsung saya tuangkan dalam bentuk tulisan. Menulis perlahan mencerdaskan. Saya mulai bisa mikir dan sok kritis terhadap apa yang ada dilingkungan.

Meskipun belum ahli-ahli amat. Setidaknya saya sudah dikenal sebagian teman dengan keahlian menulis tadi. Saya akui bangga dengan hal itu, karena dapat meningkatkan rasa percaya diri saya. Bukan apa-apa, setiap ada kumpul-kumpul kebawaannya selalu minder dan cuma diam saja tanpa ikut terlibat dalam perbincangan. Maka dengan kemampuan menulis yang lumayan ini saya yakin mempermudah saya berbaur dengan orang lain, kan sudah punya nama hehe.

Sekarang saya mencoba memperbanyak konten tulisan diblog pribadi sebagai sarana meluweskan tangan dan pikiran. Kamampuan apa pun memang perlu diasah untuk bisa tajam. Bukan tak mungkin, saya bisa menemukan ketajamannya 4 atau 5 tahun kedepan. Pastinya dengan terus belajar.

Semenjak saya menyadari ada bakat menulis. Saya langsung tegas memutuskan untuk bercita-cita menjadi penulis. Terkadang kita memang kudu tegas mengambil keputusan agar pandangan kita kedepan itu ada. Punya perencanaan yang jelas. Dalam hal ini mungkin saya lebih unggul dari yang lain, punya tujuan dan mulai menemukan jati diri. Seumuran saya hampir semua masih tahap mencari. Besok mau jadi apa saja masih bingung. Kalau tidak jawabannya lihat saja nanti.

Dari kemampuan ini, banyak manfaat yang saya dapatkan. Pengalaman saat kecil bisa saya abadikan kembali. Bisa nyindir sesorang dengan halus dan santun. Timbul kepuasan ketika melihat pembaca senang dengan tulisan yang kita sajikan. Dan masih banyak lagi.

Seiring jam terbang nantinya, sangat besar kemungkinan bertambahnya manfaat tadi. Mungkin bisa dapat penghasilan dari nulis. Diundang jadi pembicara seminar. Atau mungkin juga dapat istri soleha hasil nembak pakai surat cinta hehe. Entahlah.

Begitulah pikirannya kalau sudah sedikit mahir menulis. Pikirannya luas dan kadang keblalasan. Lihatlah betapa kemakinya saya meski baru bisa nulis kemarin sore. Kalau mau nulis ya menulis saja ya. Nggak perlu embel-embel kaya gini. Maafkanlah ke-kemaki-an saya ini. Maklumlah, insting penulisnya belum ada.

You May Also Like

0 Respon