Kenapa Memilih MA NU Karangdadap?

by - September 21, 2017

Tahun 2013 saya mengakhiri pendidikan di SMP NU Karangdadap dengan perolehan nilai UN yang lumayan mentereng, peringkat 6 UN se-sekolahan (kalo ndak salah). Ulalalalala umpan LDR antar benua jebret ulalalala

Membanggakankah? Tidak juga. Saya tidak mendapat manfaat sedikitpun hasil dari pencapaian itu. Selain mendapat cap 'Murid pintar' yang justru menjadi beban. Dobol og.

Pilihan melanjutkan

Melunturnya biru putih menjadi putih abu-abu mengharuskan semua bergerilya mencari sekolah mana yang cocok. Saat itu SMK N 1 Karangdadap menjadi pilahan paling favorit.

Ada dua alasan utama. Pertama, jaraknya mung sak nil dari  SMP NU dan kedua banyak lulusan sana yang sukses kerja diperusahaan ternama. Tak heran, hampir separuh teman seangkatanku lari kesana semua sambil bawa betadin. Kali aja ada yang jatuh dijalan bergelombang yang naudzubillah setani itu.

Lalu kemana temanku yang lain. Yak benar. Semua mencar kesekolahan yang berbeda. Ada yang ke Smandung, Mass Proto, MAN 1 Kedungwuni, dan SMK Maarif NU Doro.

Ada juga lho yang menukik tajam melanjutkan ke SMK Muhammadiyah (Wah.. nek iki arane hijau luntur dadi biru). Sebuah keputusan yang berbahaya menurut saya. Iyalah.. secara tidak langsung hal ini jadi kegagalan guru ke-NU-an dalam mendoktrin muridnya untuk tetap NU. Yasudah kita doakan saja semoga keputusannya kesana cuma ingin membuktikan kalau NU memang nomer satu.

Pilihan teman-temanku yang berbeda-beda ini menurut saya akan memberi warna tersendiri bagi bahan perbincangan ketika suatu saat reuni. Yang terpenting, dimanapun dan bagaimanapun sekolahnya minumnya teh botol sosro.

Pilihan paling iklimis

Apakah semua temanku melanjutkan sekolah? ternyata tidak. Ada juga sebagian yang memutuskan kerja jadi penjahit. Sepengamatan saya ada tiga faktor kenapa mereka tidak mau melanjutkan sekolah.

Pertama, karena melanjutkan tradisi keluarga -- yang semuanya tamatan SMP.

Kedua, karena punya anggapan "sekolah ra sekolah bakale podo wae njaet". Alasan ini menurut saya sangat pas untuk menyindir keras mereka yang sekolah di SMK namun nasibnya mengenaskan.

Dan ketiga, karena tidak punya uang. Alasan ini alasan yang sangat klasik dan tidak bisa diterima oleh saya. Padahal kita semua kan tau, tak jauh dari situ ada sekolah yang murah meriah paket paling hemat (tau sendirilah). Tapi kita lihat sendiri bagaimana faktanya. Sepertinya memang saya perlu memasukkan satu alasan lagi, yaitu gengsi.

Bagaimana dengan pilihanku?

Ditengah hiruk-pikuk pilah pilih sekolah. Saya tidak mau ambil pusing dan memilih tenang saja. Karena sedari awal saya sudah punya pandangan untuk melanjutkan ke MA NU Karangdadap yang jaraknya sak centi otok dari SMP NU.

Namun juga perlu diketahui. Memilih MANU sebagai sekolah pilihan merupakan keputusan yang berat. Kenapa? Yah... namanya juga sekolah baru. Banyak yang meremehkan. Saya memaklumi saja lah. Mereka yang meremehkan, hanya belum tahu saja kalau dari sinilah akan muncul seorang legenda. Dan dia adalah saya sendiri hehe.

Kenapa MA NU?

Untuk pertanyaan satu ini saya akan menjawab sepenuhnya dari faktor non-fisik. Sebab kalau faktor fisik, jelas nggak ono sing biso tak sombongke babar blas. Kecuali tempe mendoane wo Yatin. Itupun sebenarnya masih kalah sama ondol ndoge pak Yen di MI WS Kebonrowopucang.

Kembali kepembahasan. Keputusan lanjut ke MANU sudah saya pertimbangan dengan matang. Pertimbangan ini secara tidak langsung sebetulnya menjawab keraguan teman saya yang menganggap kalau yang sekolah disini hanya karena alasan tidak punya duit saja.

Setidaknya ada lima alasan saya memilih MANU. Kelima alasan ini saling memiliki hubungan dan saling berkaitan. Tak seperti aku dan kamu yang saling mencintai namun gengsi mengakui. Disitu kadang saya merasa alay.

1. Jarak

MA NU jelas sangat strategis jika ditinjau dari rumahku di Rowobulus. Sangat mudah dan cepat untuk kesana. Kalau naik sepeda butuh 25 menit perjalanan. Kalau motor lebih cepat lagi, 10 menit bisa.

Yang memudahkan lagi, saya bisa nebeng temen yang arahnya mengidul, soalnya banyak juga tanggaku yang sekolah di SMK.

Bicara soal jarak, sebenarnya ada MASS Proto yang tak kalah dekat. Namun sayang, saya sudah cinta sama MANU. Maafkan saya MASS Proto, saya tidak diajari selingkuh apalagi poligami oleh bapak saya. Maafkan aku ya... kita sahabatan saja ya. (Huh.. saya jadi nangis)

2. Biaya

Saya paham betul kenapa ada MANU Karangdadap didirikan. Salah satu alasannya karena ingin menyelamatkan mereka yang pingin sekolah namun terkendala biaya. Bukan... bukan..., bukan berarti saya masuk sini karena saya miskin.

Begini, didalam AD ART keluarga saya ada poin yang menyatakan untuk berusaha sebisa mungkin untuk hemat. Menurut hemat saya, MANU adalah pilihan paket hemat yang tepat.

Tapi alasan yang kuat sebenarnya adalah karena saya yakin, MANU pasti memegang teguh prinsip 4. Salah satunya prinsip 'tasamuh'. Jadi, urusan satu ini bisa ditoleransikan hehehe.

3. Ke-ke-NU-annya

MA NU. Mendengar namanya saja kita sudah bisa menyimpulkan. Ada nama NU-nya. Wis... kalau soal ini tak perlu saya jelaskan lagi.

Lha piye.. wis kadung fanatik og sama yang berbau NU.

4. Digondeli pak Khoirun

Jujur, alasan paling kuat ini ya ini. Dari awal saya sudah ditawari melanjutkan ke MANU. secara, beliyo adalah kepseknya.

Untuk meyakinkan, beliyo pun tak segan untuk datang kerumah ngomong sama bapak saya. Siapa sih yang ndak luluh melihat perjuangan beliyo yang luar biasa itu. (Saya pun pasti luluh kalo ditembak Lesti academy terus-terusan)

5. Dapat uang gambar Soekarno

Untuk poin terakhir ini memang kelihatannya saya agak metrealistis memang. Tapi ya bagaimana lagi, wong setiap murid SMP NU yang lanjut ke MA NU dijanjikan dapat duit kok. Padahal saya lanjut kesini iklas lillahi ta'ala.

Awalnya saya nggak mau ketika disodori uang seratus ribu rupiah. Tapi kok dipaksa terus. Yasudah saya terima saja. Saya tidak tega kalau ada yang mau berbuat baik namun saya tidak memberi jalannya (heleh... sok lu).

Itu tadi lima alasan kenapa saya memilih MA NU Karangdadap dibanding sekolah lain. 

Cinta tidak harus memiliki. Namun terhadap apa yang kita miliki, harus kita cintai.

Cintaku pada MA NU, seperti cintamu pada sekolahanmu. Yang pasti tidak akan rela jika kekasih hati dilukai.

Bagaimana? Sudah tau siapa saya kan? Masih ngeyel mau meremehkan sekolahanku lagi? Tak jitak durung koe.

You May Also Like

0 Respon