• Halaman Awal
  • Diri Sendiri
facebook instagram Email

Anam Sy

RA JELAS. Tadi malem saya keluar untuk moto kopi, nggak banyak sih, cuma selembar saja. Saya menuju tempat fc terdekat yang saya kenal karena disiplinnya yang rutin mbuka fc.an tepat bada isya. Sesaat sebelum sampainya disana, saya nggak melihat kebiasaan baik itu, pintu ditempat tersebut mbukaknya sedikit saja, tidak mbuka sepenuhnya.

Karena butuh, saya mendekati tempat tersebut. Disana, saya lihat pemiliknya didepan pintu itu sedang duduk momong dua anaknya, mengobrol dengan temannya yang juga sedang momong anaknya. Saya tanyai "buk, iki poto kopiane mbukak ora. Kok mbukake sitik otok."

"Iyo..  mbukak," jawab ibu-ibu yang masih momong itu.

"Lho, kok mau karo bapak-bapak kae ngomonge bedo." Celetuk salah satu anak namun langsung dihentikan tangan ibunya.

Ibu tersebut lalu masuk, saya pun masuk. Kemudian saya menyodorkan satu kertas dan uang lima ratus rupiah.

"Iki bu... kopi limangatus wae."

Tanpa babibu ibu itu langsung mengeksekusi. Namun saya lihat, wajahnya agak kesal, entah karena apa, saya nggak mau tau. Yang penting fotokopian itu jadi. Setelahnya, saya pulang.

Malam ini nasib saya lebih beruntung karena dilayani dari pada bapak-bapak yang dikatakan bocah kecil tadi. Memang sudah seharusnya pelanggan dilayani dengan baik. Sedangkan bapak tadi sama sekali tidak merasakan hal itu. Oke kalau ibu tadi bilang tutup dan memang nutup. Tapi ketika saya datang ibu tadi bilang buka. Diluar dari keberuntungan saya itu, sacara tidak langsung ibu tadi membohongi pelanggan sebelum saya. Tentu ini tidak baik bagi pelayan atau pedagang.

Selain itu, sebuah percetakan, warung, pertokoan atau apapun itu harus punya kejelasan. Jelas disini maksudnya ya jelas. Kalau mau ditutup ya tutup, kalau buka ya buka. Jangan setengah-setengah kaya tadi. Itu akan membingungkan calon pelanggan. Untungnya saya berani mendekat dan tanya. Bagaimana dengan calon pelanggan lain. Apakah juga berani seperti saya?

Kasus lain yang pernah saya temui adalah warung yang mbuka namun tidak ada penjualnya disitu, alias didalam rumah, jadi setiap pembeli harus panggil-panggil dulu. Masih mending kalau penjual langsung nyaut, lha ini saat kita datangi eh dianya tidur. Saya jadi ogah beli disitu lagi. Saya rasa semua juga akan lebih memilih warung yang selalu ada penjualnya daripada yang dang ding dung. Pembeli juga pingin dilayani langsung bro.

Konsistensi juga perlu diperhatikan. Ini sangat bagus untuk menggaet pembeli. Misal saja warung X buka jam 7 sampai 5 sore, kan jelas. Jadi pembeli itu punya ancang-ancang yang jelas untuk kesitu. Beda sama warung yang buka seenaknya. Kadang mbuka kadang nutup. Yakin deh, ini nggak efektif dan akan membuat pembeli lari.

Begitu sih menurut saya. Setiap pelanggan ingin dilayani dengan baik sekaligus dengan cepat. Sudah seharusnya penjual pelayan mengiyakan hal ini. Bukan malah mempersusah dan memperlambat.

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

Ada beberapa pemicu kenapa orang sangat bersemangat dan optimis menatap masa depan. Salah satu alasannya karena pernah merasakan situasi payah sepayah-payahnya payah.

Orang kalo sudah pernah mengalami situasi terburuk, saya yakin pasti tidak ingin hal sama terjadi lagi dan berusaha totalitas untuk keluar dari keterpurukan tadi. Tekad yang kuat inilah yang tanpa disadari bisa membuat semangat  bertambah berkali-kali lipat dari mereka yang belum pernah mengalami keterpurukan. Situasinya hampir sama ketika seseorang tak punya keahlian silat mencoba melawan maling yang dipergokinya. Mungkin seperti itu.

Jika diibaratkan sebagai sebuah bekel, yang dibanting paling keraslah yang bisa mencapai posisi paling tinggi. Analogi ini sekiranya tepat untuk saya menyemangati diri sendiri bahwa seseorang yang pernah terpuruk punya peluang lebih besar untuk mencapai posisi tertinggi. Kehidupan ini memang seperti bekel, sebuah pantulan. Ada pengaruh kuat sebab akibat.

Kalo melihat perumpamaan diatas. Saya sih sangat yakin bisa keluar dari keterpurukan ini dan bisa mencapai titik tertinggi yang saya impikan. Saya masih muda kok. Masih banyak waktu untuk terus belajar dan belajar. Pasti bisa. Sangat bisa. Insya Allah.

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

Hari ini hari yang lumayan membahagiakan bagi saya. Tadi malem saya buka gmail dan ada pesan dari google adsense. Ketika saya buka isinya adalah pemberitahuan bahwa akun adsense saya sudah disetujui seutuhnya. Jelas saya sangat terkejut, soalnya ini kali pertama saya coba-coba daftar adsense dan ndilalah langsung diterima.

Awalnya saya bingung pemberitahuan adsense ini untuk tahap pertama atau kedua. Namun setelah saya cermati, ada kalimat 'disetujui sepenuhnya', yang itu artinya akun saya memang benar-benar telah final diterima. Tapi karena masih ragu juga, saya akhirnya browsing dan ternyata memang betul akun saya selesai diproses.

Sebetulnya saya nggak paham paham amat sama adsense kecuali lewat browsing internet. Setahu saya mendaftar adsense itu nantinya akan ada dua tahap. Tahap pertama untuk informasi dan identitas mengenai blog yang didaftarkan lalu akan direview dan jika berhasil masuk tahap kedua ditinjau mengenai isi blognya. Ditahap kedua inilah yang katanya penting karena menentukan disetujui atau tidakkah sebuah akun.

Namun yang saya alami serasa beda dari yang saya ketahui. Saya mendaftar adsense, mengisi ini itu seperti umumnya. Kemudian seminggu setelahnya dapat pemberitahuan lewat gmail  yang isinya seperti dibawah ini. Saya tidak tahu apakah ini artinya saya berhasil tahap satu atau bagaimana karena pakainya bahasa inggris.



Karena masih juga bingung, saya selalu mengecek masuk akun adsense. Tapi yang muncul selalu tulisan berbahasa inggris. Karena saya juga mau tahu, saya akhirnya mengkopi tulisan tadi kemudian meminta mbah gugel untuk mengartikannya. Dan ternyata inti isinya adalah perintah untuk menunggu pemberitahuan selanjutnya dalam waktu beberapa hari.

Sehari, dua hari, tiga hari selanjutnya saya selalu mengecek gmail dan selalu tidak ada pesan baru. Disinilah saya mulai agak minder akan pengajuan saya ini, mengingat blog saya ini masih sangat baru dan sangat polos. Dari keminderan itulah saya nggak lagi melototi gmail saya sampai seminggu lebih.

Dan tadi malam, atau dua minggu setelah saya ndaftar adsense, saya membuka gmail saya dan ada email masuk disana, tercatat dua hari yang lalu. Saya buka emailnya dan betapa terkejutnya saya membaca pemberitahuan bahwa akun adsense saya full aproved. Nah begini penampakan emailnya.



Saya masih belum percaya saja. Sebegitu mudahkah mendaftar adsense. Padahal dari kisah-kisah yang saya baca diblog tetangga, banyak yang gagal mendaftar adsese, ditolak, berkali-kali lagi. Miris sekali. Sementara saya  sekali ndaftar langsung diterima.

Saya nggak tau kenapa sebegitu mudahnya. Sekali lagi, saya nggak tau banyak mengenai hal ini. Pokoknya tutorial beginian yang saya baca saya lakukan. Harus pasang inilah, pakai widget inilah. Saya nurut saja.

Atau alasan utamanya mungkin karena kualitas blog ini. Memang artikel blog ini hanya seperti ini, namun yang patut dicatat semua artikel hasil tulisan saya sendiri tanpa ada satupun hasil dari copas. Dimana saat ndaftar dulu, saya sudah membuat 30 artikel dan usia blog ini sudah setahun lebih. Seingat saya, saya buat blog ini saat masih sekolah dan baru mengisi artikel pertama kalinya pada bulan mei lalu. Usia dan kejujuran blog inilah mungkin yang menjadi rahasianya.

Diluar dari pada itu. Meskipun saya diterima adsense, ada dua hal yang membuat saya berkurang kebahagiaannya. Pertama, iklan saya arahnya begituan. Kedua, pengunjungnya nggak ada.

Untuk masalah pertama mengenai iklan. Saat saya dapat pemberitahuan dari adsense itu, saya langsung membuka blog saya. Dan ihirrrrr, iklan diblog saya sudah muncul. Tapi, pas saya lihat konten iklannya, miris saya. Iklannya  mengenai berita yang begituan, yang dewasa gitulah. Bingung saya, masak iklan saya berita asusila, 'seorang guru cabuli 4 siswanya'. Ada lagi ini, iklan yang bikin penasaran, 'video seseorang ehem ehem pacarnya, lihat sekarang'. Owalah asyem setan alas. Iklane kok koyongene temen sih.

Tapi setelah saya lihat lagi, iklannya ternyata ganti. Saya baru tahu kalo iklannya memang gonta-ganti. Saya nggak tau banyak ini soal beginian, saya harus cari tau. Mbah gugel pasti tahu segala tetek bengeknya. Akan saya pelajari dulu. Sebagai blogger yang baik hati dan tidak sombong, saya pun pasti akan membuat pembaca nyaman dengan isi blog yang saya sajikan.

Masalah kedua adalah masalah mengenai pengunjung. Bayangkan, pengunjung blog saya hari ini saja 0 alias tidak ada pengunjung. Bagaimana mungkin adsense menerima saya. Ini yang masih saya herankan. Kalau secara keseluruhan memang blogku ini sudah 1500 kali lebih dikunjungi, itupun mungkin kunjungan oleh saya sendiri. Angka yang menurut saya nggak banyak juga. Melihat data yang miris ini, saya jadi bertanya-tanya: mau mengharap duit dari adsense darimana, pengunjungnya saja tak ada.

Tapi sudah sudah, saya memang harus kembali ketujuan awal kenapa saya membuat blog ini: untuk mengasah kepenulisanku. Dan diterimanya blog ini oleh adsense akan saya jadikan pemicu untuk lebih semangat menulis. Yak... yang penting terus menulis.

Toh kalo tulisannya bagus pengunjung juga bakal berdatangan sendiri. Ujung-ujungnya dapet uang juga kan. Saya yakin bisa melakukannya. Saya targetkan tiga bulan setelah ini saya sudah dapat penghasilan dari adsense. Pasti bisa. Sangat bisa. Insya Allah.

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

~ Tuhan tidak akan menguji hamba diluar batas kemampuannya ~

Kalimat pernyataan diatas memang benar adanya bahwa setiap ujian apapun yang menghadang pasti bisa dilalui. Terlebih bagi saya. Bagaimana tidak? Sakit yang saya alami sampai saat ini masih belum kunjung sembuh juga. Yang berarti saya juga masih diberi kekuatan sejauh ini pula. Saya percaya, setiap diberi ujian pasti diberi juga pasangannya, kekuatan.

Didiagnosa sakit, tentu siapa saja tidak menginginkannya dan bakal sedih. Apalagi penyakitnya kategori level atas yang pengobatannya berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun. Saya pun bersedih kala September 2016 saya didiagnosa menderita penyakit Tbc paru yang kemudian merambat kekelenjar menjadi Tbc kelenjar.

Saya tak tahu pasti kenapa ini bisa terjadi. Hal ini kemudian mengakibatkan psikis saya terganggu. Saya menjadi tidak bersemangat, mengasihani diri, dan juga marah pada diri sendiri. Seakan Tuhan tidak adil pada saya.

Dalam masa penyembuhan itulah saya harus istirahat total. Siang malamku saya habiskan dirumah saja. Tentu bosan, gelisah, marah menyelimuti keseharian saya. Siklusku hanya berputar antara tidur dan makan. Selebihnya, melamun mengasihani diri. Malang betul nasibku.

Namun diluar dari pada itu. Saya baru menyadari ternyata banyak juga hikmah yang saya dapatkan sebab sakitku ini dan ada sesuatu yang berubah dalam diri saya. Entah ini kesadaran darimana. Tapi aku baru menyadarinya sekarang.

Kesadaran pertama yang muncul adalah kesadaran bahwa memang beginilah hidup ini. Saya tidak punya kuasa apapun untuk mengendalikan ataupun mengelak dari realitas yang ada. Saya ditakdirkan sakit. Dan mau bagaimanapun ya saya pasti tetap sakit. Sebelumnya saya sering mikir kalau Tuhan itu tidak adil. Orang lain sehat dan bahagia. Sementara aku sakit dan menderita. Lama lagi.

Tapi ternyata anggapanku ini salah besar. Setiap makhluk sudah punya takdir dan jalannya sendiri. Kita tidak bisa mengelak. Sebab beginilah hidup. Mau sepahit apapun tetap ada rencana Tuhan yang begitu manis. Jadi, saya itu sekarang menertawakan sikap saya yang dulu. Menangis, mengasihani diri, marah, mengeluh, tak bersemangat, dan menganggap Tuhan tak adil. Saya tertawa terbahak-bahak sekarang. Sebegitu cemennya aku ini.

Ajaibnya, kesadaran ini merupakan hikmah yang luar biasa dari sakitku. Kesadaran yang wajib saya syukuri. Sebab dari kesadaran ini sebetulnya saya sudah mengantongi pelajaran penting untuk mengarungi kehidupan selanjutnya. Bahwa kehidupan ini memang begini. Dan kita tak mungkin bisa mengubahnya menjadi begitu. Ya. Beginilah hidup. Saya tidak akan kaget lagi kalau dalam perjalanan hidup selanjutnya saya dipisuhi, dimarahi, diabaikan, dikucilkan, dibentak, disindir, dikhianati, dan selusin tindak semacamnya. Beginilah hidup. Yang harus digebuk dan dilawan dengan mental kuat. Bukan mental cemen yang kalau disindir sedikit saja gelisahnya berkepanjangan.

Hikmah selanjutnya yang juga penting adalah kesadaran kalau beginilah manusia. Yang tak sempurna dan tak punya kuasa apa-apa. Terbukti saat saya sakit saya mencoba alternatif lain selain obat dokter: dipijat, minta air orang pintar, bahkan pernah juga nguntal peru wedus. Semua saya lakukan untuk kesembuhan saya. Tapi disinilah keterbatasan manusia. Mau usaha apapun dan bagaimanapun. Hasilnya mutlak hak Tuhan. Manusia hanya ditugaskan untuk berikhtiar.

Bicara mengenai manusia, kita itu sering aneh pada Tuhan. Kita banyak mengeluh namun lupa sebenarnya lebih banyak yang harus disyukuri. Bisa jalan itu nikmat. Saya pernah tidak bisa jalan dan hanya terbaring dikasur dan rasanya sangat tidak enak sekali. Bisa kentut juga nikmat. Bisa makan juga nikmat. Bisa dengar juga nikmat. Tapi kita lupa semuanya. Mungkin inilah kenapa Tuhan berfirman: fabiayyi ala irobbikuma tukaddziban. Nikmat mana lagi yang kau dustakan.

Hikmah ketiga adalah mengenai bakatku yang makin terasah semenjak sakit. Diakui atau tidak, saya melihat ada perkembangan signifikan dari kepenulisanku. Rasanya sudah mudah dipahami dan sedikit sudah berkualitas. Karena memang saat sakit, ditengah kegelisahan itulah saya mencurhatkan semuanya dengan menulis. Cuma dengan menulislah saya merasakan ketenangan dan dapat mengurangi beban batin saya. Ini patut saya syukuri. Tak terbayang kalau saya tidak dihadapkan dengan sakit ini. Mungkin saya tak sempat menulis dan tak menemukan bakat menulisku.

Terakhir, hal-hal yang saya sebutkan tadi menyadarkan saya bahwa selalu ada hikmah yang lebih banyak daripada musibahnya itu sendiri. Dan akhirnya semua kembali pada satu kesimpulan: Tuhan selalu memberi yang terbaik untuk kita. Terimakasih Tuhan. Alhamdulillah.

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

Meminum pil, atau menelan pil, atau juga nguntal pil merupakan sesuatu yang... yang... yang... yang pastinya anda sudah paham sendiri lah. Ndak perlu saya penjang lebarkan disini.

Menelan pil maski kelihatannya mudah banyak juga yang masih kesulitan. Misal nyangkut ditenggorokan dsb. Meski secara teori menelan pil sama halnya dengan menelan makanan atau minuman. Namun minum pil menjadi sesuatu yang susah dan acapkali menyusahkan.

Sejak kecil saya paling tidak suka kalau disuruh minum pil karena memang saya ndak bisa. Setiap saya sakit ataupun dapat obat dari sekolahan. Saya selalu meminumnya dengan digerus terlebih dahulu. Ini cara paling realistis ditengah ketidakbisaanku minum pil.

Meski begitu, terhadap cara yang paling umum yaitu dengan bantuan air minum atau buah pisang, saya juga pernah mencobanya. Entah kenapa, mungkin memang dasarnya ndak bisa, tetap saja saya ndak bisa. Selalu yang ketelen cuma air dan pisangnya saja. Pilnya tidak, meski dicoba berkali-kali.

Sampai suatu ketika saya sakit dan hari itu juga saya harus minum obat dari dokter. Bukan main. Saya terkejut pasrah, sebab obatnya adalah pil segede-gede kancing dan kapsul. Modiar aku. Sejak itulah saya mau tidak mau harus membiasakan meminumnya dengan tidak digerus. Jika pake cara digerus, jelas ini tidak relevan lagi dengan umurku yang beranjak dewasa. Apa kata dunia nanti.

Saat itu saya masih kesulitan. Bayangkan, untuk meminum tiga butir saja saya memerlukan satu gelas air minum lebih. Masih mending kalo pilnya ikut masuk. Kalo tidak, bisa jijik saya melihatnya karena teksturnya sudah berubah. Kalo memang begitu menjijihkan saya tak segan untuk membuangnya.

Sampai akhirnya saya terbiasa meminum pil sehingga tidak khawatir saat akhirnya saya harus diopname di rumah sakit. Saat itu dan sesudah itulah saya harus konsisten minum obat.

Sebagai informasi, saya didiagnosa menderita tbc paru dan kelenjar. Sampai saat inipun masih pengobatan dan belum kunjung sembuh. Penyakit ini memang pengobatannya memakan waktu berbulan-bulan, untuk tb paru umumnya 6 bulan dan tb kelenjar 9 bulan. Itupun dengan catatan tidak boleh terlupa sekalipun.

Sepulangnya dari rumah sakit saya harus tetap kontrol melanjutkan pengobatan. Dan obat yang sering saya minum adalah pirazinamide, ethambutol, rifampicin, inoxin, levoflokacin, dan banyak lagi. Diminum setiap hari tiga kali. Entah sudah berapa ribuan butir yang saya minum jika dihitung sejak pertama.

Sebetulnya saat itu meski sudah bisa minum pil saya masih belum lancar karena pil selalu nyangkut ditenggorokan. Saya kemudian mencari tau bagaimana meminum pil dengan mudah, tidak terasa pahit, dan efisien. Sampai akhirnya saya tau caranya. Cara itu saya dapatkan dari bapak saya sendiri yang saya lihat saat bapak minum obat.

Caranya adalah dengan memasukkan air kemulut dan jangan telan dahulu. Saat itulah masukkan pil secepatnya dan langsung telan bersama air tadi. Cara yang begitu simple dan dalam tempo waktu yang sesingkat-singkatnya.

Cara ini tentu berbeda dengan cara yang saya pakai sebelumnya yaitu memasukkan pil dulu kemudian air. Tentunya cara ini membuat lidah merasakan pahitnya pil tadi. Sementara cara bapakku jelas tidak terasa pahitnya sama sekali. Karena sewaktu pil masuk, pil langsung menyatu dengan rombongan air. Dan sebelum menyentuh lidah pil sudah terdorong masuk kelambung bersama air. Bapakku memang luar biasa.

Sejak itulah saya mencobanya dan memang benar. Begitu mudahnya. Bahkan saya bisa minum dan nelen delapan butir sekaligus dalam satu telan. Pencapaian yang patut diapresiasi. Jadi, selama satu tahun lebih ini saya minum obat dengan tidak ada masalah. Semuanya mulus dan tidak lagi menjadi beban. Meminum obat menjadi sesuatu yang biasa dan begitu ringan.

Sekarang saya sudah pede kalo berdekatan dengan pil. Semua karena kehendak Tuhan dan pengetahuan serta pengalaman yang sudah saya hadapi. Saya bersyukur sudah bisa minum obat tanpa digerus lebih dulu.

Kalau sampeyan belum bisa. Cobalah. Harus bisa. Malulah kalo tak bisa. Masak urusan minum pil saja tak becus. Bagaimana masalah cinta dan wanita. Memalukan!

Selamat meminum obat dengan cara elegan dan dalam tempo waktu yang sesingkat-singkatnya.

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon
Saya itu mau difoto bagaimanapun, dengan gaya apapun, dari sudut manapun, hasil fotonya itu selalu jelek. Entah kenapa, saya sendiri juga heran.

Itulah sebabnya kenapa saya jarang foto dan tidak suka moto-moto. Kalau tidak percaya silahkan cari foto saya difesbuk dan hape saya. Nggak bakalan ada.

Dalam situasi tertentu, jika mengharuskan saya difoto atau selfi saya tetap mau. Itupun dengan catatan dengan banyak teman. Saya suka kroyokan soalnya. Yah kecuali memang saat foto KTP. Wajib seorang saja.

Meskipun sebagai seorang jomblo --yang punya banyak peluang foto sendiri atau selfi-- saya tidak suka foto-foto begituan, apalagi sampai lidahnya melet-melet. Amit-amit. Kalau terpaksa bergaya pun alternatif satu-satunya ya megajungkan jempol.

Nah... saya perlihatkan foto yang menunjukkan kalo saya ini mainnya kroyokan.

Foto pertama ini diambil saat-saat sebelum perpisahan. Yah begitulah. Namanya akan pisah. Selalu ada foto untuk terakhir kali katanya.


Foto kedua masih waktu yang sama. Kali ini saya juga pingin kelihat keren. Tapi kok malah kesannya alay ya. Atau aku ini memang alay. Aduh duh.


Selanjutnya, ini foto didepan kelas. Bingung mau gaya apa. Ya beginilah jadinya. Biar keliatan elegan aja.


Nah, satu ini ni kayaknya saya keliatan wagu deh. Malu ih.



Foto kroyokan juga masih berlanjut. Tepatnya saat perpisahan. Kalo ini wajib.


Saat setelah luluspun ada fotonya juga. Ya kroyokan lagi.


Banyak sekali fotoku yang kroyokan. Kalo foto sendiri sangat sedikit sekali. Sekali lagi, karena saya tidak suka foto-foto. Sekalinya foto. Eh, wajahnya nggak kelihatan. Asyem.


Untuk urusan foto-memfoto. Foto berdualah yang terkadang bikin saya iri. Seperti foto dua temenku ini.


Sebetulnya sih saya juga punya foto berdua dengan seseorang. Tapi ini rahasia hehe.

Diakui atau tidak. Media foto memang masih jadi pengingat yang kuat akan kenangan. Terlebih saat masa-masa sekolah. Tapi karena sudah terlanjur dan saya tidak banyak foto saat dimasa tersebut. Setidaknya ada sajalah. Itu mendingan daripada tidak foto sama sekali. Saya sedikit nyesel juga kenapa gak suka foto. Padahal kan bisa untuk media mengingat ya. Yo wislah, ndarung.

Jadi, yang masih muda, punya banyak pengalaman, atau masih sekolah ataupun pacaran. Banyak-banyaklah foto sampeyan. Biar kamu punya kenangan dan dapat dikenang.

Syariful Anam. Mencari foto yang mungkin ada dihapemu.

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon



Sudah lama nggak nulis dan pingin nulis. Tapi bingung juga mau nulis apa. Yo wis nulis sak karepku bae lah. Blog blogku juga kan. Kenapa saya musti bingung ya?

Oke kali ini saya mau nulis tentang sesuatu. Sak metune. Jadi, umpomo elek yo ben. Saya mau ngebahas satu ini aja lah: BINGUNG.

Bingung. Perasaan satu ini sering saya alami dan mungkin anda juga. Bingung mau apa, bingung memilih, bingung menjawab, atau bingung kenapa saya nulis ini.

Nah karena saya sukanya nulis, kebingungan saya seputar nulis. Yah tentang bahan apa yang bisa saya tulis. Hasratku untuk menulis selalu tersendat karena nggak ada ide yang muncul.

Kalo sudah dihadapkan dengan hal semacam ini. Yang bisa saya lakukan ya menuliskan kebingungan ini sebagai bahan tulisan. Ya seperti sekarang ini. Sepele memang, semudah itu.

Kenapa begini? Karena cuma inilah bahan satu-satunya untuk dijadikan ide tulisan. Dan itu harus dimaksimalkan agar menulis tetap kelakon.

Bagaimana? Sederhana bukan. Atau malah hal ini membuat sampeyan jadi bingung juga. Ya sudah, Tak jelasin lagi deh. Begini, sebagai seorang yang masih tahap belajar menulis. Yang terpenting itu adalah konsistensi dalam menulis. Pasti ingatkan ada quote yang bunyinya 'bisa karena terbiasa'. Nah, dari sinilah kita belajar membiasakan menuliskan apa yang sedang kita rasakan.

Saya sendiri saat kepepet sering menggunakan teknik ini. Semisal mau nulis tapi gak semangat. Ya saya tulis tentang itu. Bingung mau jadi penulis tapi males nulis. Ya saya nulis tentang itu. Pokoknya apa yang saya bingungkan saya tuliskan. Tali kalo saya mau nulis tapi ngantuk. Ya saya tidurlah. Saya juga manusia biasa.

Dimasa yang mana orang kaya masih menempati strata paling atas. Seringkali saya mengimpikan hal yang besar dan bisa melakukan hal-hal besar, entah menciptakan karya atau apa sajalah mengenai sesuatu yang wah. Sehingga seringkali males untuk melakukan hal yang sederhana yang menurut saya itu hal kecil dan bukan hal besar. (*saya sombong banget ya)

Namun setelah lama tidak melakukan sesuatu. Saya pun tidak menghasilkan apa-apa. Saya kemudian sadar. Sesuatu yang besar tidak bimsalabim langsung besar. Sesuatu yang besar dimulai dengan sesuatu yang kecil. Bagaimana saya mau besar kalo meremehkan hal-hal kecil. Dari kesadaran itulah saya kemudian belajar untuk menghormati hal sekecil apapun. Termasuk dalam kepenulisan: dengan menulis apa yang bisa saya tulis, sebisanya.

Sekarang sudah paham kan kenapa saya menulis ini. Atau masih bingung juga.

Saya juga sebetulnya bingung. Saya ini nulis apa? Kok mbulet ra nggenah koyo ngene. Mbingungi. Hadeh...

Share
Tweet
Pin
Share
2 Respon



Gebyar Muharrom 1439 H pemuda-pemudi Kebonrowopucang sukses digelar.

Kemarin malam, 11 Muharrom 1439 H atau bertepatan pada 30 September 2017 menjadi hari paling bahagia bagi seluruh masyarakat desa Kebonrowopucang. Pasalnya, semua lapisan masyarakat hadir tumpah ruah memadati halaman masjid dari mulai anak-anak, remaja, pemuda, jomblo, bapak-bapak, emak-emak, sampai lurah kepala desa dan perangkatnya, untuk menyaksikan pentas seni dan pengajian umum dalam rangka memeriahkan bulan Muharrom.

Siapa saja yang ngisi acara dan tampil apa?

Seperti Gebyar Muharram sebelumnya, kali ini pengisi acaranya juga melibatkan banyak unsur. Dan mereka itu adalah :

- Adek-adek RA Muslimat Kebonrowopucang
- Adek-adek MI WS Kebonrowopucang
- Adek-adek SD N 1 Kebonrowopucang
- Adek-adek SD N 2 Kebonrowopucang
- Fatayat
- Muslimat
- Banser
- IPNU
- IPPNU
- Al-Halwa

Dengan tampilan: 4 padus, gamelan, 3 tarian, atraksi dan drama (Kalau ndak salah sih).

Nah untuk kali ini saya dapat tugas jadi padus gaes. Gini-gini saya juga bisa nyanyi. Yah meski gak sebagus Kak Bahul Alhalwa sih.



Kepanikan Sebelum acara

Tetiba tukang son gelagapan dan bergerak kesana kemari mencari sesuatu. Yah sehabis isya itu memang gerimis mulai merintik. Saya yang disamping panggung waktu itu juga diajak bingung oleh tukang sonnya. Lha saya malah disuruh untuk mencarikan payung dan plastik. Ealah sialan.

Untungnya, tak selang beberapa lama gerimis berhenti. Panitia dan tukang son sangat lega. Tapi yang paling lega tentu saja saya. Karena nggak jadi nyari plastik dan payung hehe. Syukur syukur.

Bagaimana jalannya acara

Saya tidak tau betul apa yang terjadi dipanggung. Soalnya saya lebih banyak dibelakang panggung dan hanya sesekali menengok kedepan. Ndak ada masalah berarti. Yang saya lihat penonton terhibur. Itu saja. Sayangnya saya tidak punya banyak koleksi foto untuk bisa ditunjukkan kepada anda.

Pentas seni ditutup dengan drama yang berjudul "indahnya persaudaraan islam" mengisahkan tentang pemuda yang terlibat pembunuhan yang diakhiri dengan ending saling memaafkan.

Selesai pentas seni acara dilanjut dengan pengajian umum dengan pembicara Ust. TB. Usep Kholiluddin, S.SOS.I dari Jakarta (Sepupu alm. Ust. Jefri Al bukhori).

Inilah sedikit foto yang bisa sedikit menggambarkan kemeriahan acara. Foto diambil dari hape sendiri Samsung J1 dan ngambil dari fb temen. Maaf cuma dikit.


Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

Masyarakat pedesaan sangat lekat kaitannya dengan kekerabatan. Bukan hanya dengan tetangga, melainkan juga dengan makhluk lain seperti ayam. Tak heran kenapa banyak yang memelihara ayam. Ya untuk menjaga hubungan baik dengan makhluk lain tadi.



Namun tak bisa dipungkiri, namanya hubungan, kadang nyenengin dan kadang nyeselin. Seperti pepatah : tak ada jomblo yang tak galau. Eh salah ding, tak ada gajah yang tak retak maksudnya. Disatu sisi ayam adalah alarm waktu subuh, namun disisi lain ayam adalah bajingan yang menodai lantai depan rumah yang masih perawan (alias disingi, tembelek).

Disinilah pemilik ayam mustinya paham hal-hal apa saja yang masuk dalam koridornya. Sehingga memelihara ayam dapat menimbulkan kemaslahatan. Bukan justru sebaliknya, merepotkan tetangga.

Memang sih nggak ada larangan untuk mengikuti ayam. Terlebih karena ayam menjadi investasi paling berharga untuk  lebaran idul fitri --dijadikan opor ayam. Apalagi karena kemudahan dalam mengikutinya dengan hanya dilepaskan begitu saja.

Namun perlu diketahui. Kebebasan mutlak yang diberikan ke si ayam untuk mencari makan sendiri tidak serta merta menghilangkan kewajibannya sebagai pemilik.

Kesadaran ini yang nyatanya belum dimiliki oleh hampir seluruh pemilik ayam sedunia, yaitu hak milik terhadap ayam. Kalo mengakui memiliki sih iya. Tapi Mereka lupa --tepatnya tidak mau tau-- kalo mereka juga punya tanggung jawab terhadap apa pun yang dilakukan ayamnya.

Jadi sebetulnya, kalau ayamnya itu ngising nang umahe wong atau nang jok motore
wong, yang punya ayamlah yang harusnya membersihkannya. Kan juga punya hak milik tembelek tho. Bukan malah seakan tidak mau tau dan bersikap masa bodoh. Rapeto kui arane.

Untuk kasus ini saya sendiri adalah korbannya. Tetangga saya punya banyak ayam dan memang dilepas begitu saja. Karena namanya juga ayam jadi ya ngising seenaknya dirumah saya. Bukan sekali dua kali, tapi berkali-kali. Jadi ya harus ngepel tiap sore. Namun anehnya, kok malah rumah si empunya ayam  jarang disingi yo (Patut dicurigai, sepertinya memang ada persekongkolan diantara mereka).



Pernah suatu ketika karena saking kesalnya, saya menyindir tetangga yang punya ayam tadi.

"Lek. Iki ayame sopo?" Tanya saya sambil menunjuk satu ayam.

"Ayamku." Jawabnya santai.

"Lha ndok kui wek sopo?" Sembari saya nunjuk telur ayam dikandang.

"Ndogku." Jawabnya dengan santai lagi.

"Lha nek tembelek nangarep umahku kae wek sopo?" Tangan saya nunjuk kedepan rumah.

"Oh kae po. Kae tembeleke ayam." Jawabnya dengan tanpa dosa.

Saya hanya tersenyum kecut. "Oh..."  meski sebenarnya hati ini misuh-misuh. 'Dong ayam ayamku, dong ndog ndokku, tapi dong tembelek kok tembelek ayam, tembelek ayam matamu. Kui tembelekmu cuk. Asuuu'.

Melihat hal ini terus berlanjut saban hari. Sebenarnya saya teramat jengkel. Ingin sekali rasanya nyrampang ayam-ayam tadi. Atau ngambil tembelek-tembelek didepan rumah untuk dipopokkan kerumah pemiliknya, kalo perlu kewajahnya sisan. Kesel saya. Namun  karena saya baik hati dan tidak sombong. Demi untuk menjaga hubungan baik dengan tetangga, saya selalu mengurungkan niat buruk itu. Menurut saya, apalah arti tembelek dibanding solidnya ukhuwah tetangganiyah.

Maka, saya sangat mengapresiasi sekali jika ada orang yang ngikuti ayam namun tidak merugikan orang lain. Baik itu ayamnya dikurung terus, atau diapakan sajalah selama itu baik dan benar. Atau kalo memang ada juga yang membiarkan ayamnya kluyuran namun tetap dibekali etika untuk tidak e'ek sembarangan. Saya sangat sangat mengapresiasi.

Sedangkan bagi mereka pemilik ayam sedunia yang masih buat tetangga ngedumel. Saya sangat mengharapkan kesediaannya untuk membersihkan setiap tempat yang disingi ayam sebagai bentuk tanggung jawab pemilik. Udah itu aja si. Simpel sebenarnya.

Pesan saya kali ini adalah jadilah pemilik ayam yang bertanggung jawab. Kalau memang tak bisa tanggung jawab. Mentok-mentoknya ya tetangga juga diberi jatah kalo sudah jadi ayam goreng. Ojo mung tembeleke otok.


Share
Tweet
Pin
Share
No Respon

Jika dihitung sejak pertama menginap di rumah sakit (6 september 2016) sampai sekarang (oktober 2017) berarti saya sudah menjalani pengobatan selama 13 bulan atau kalau hitungan hari mungkin sudah menembus 400 hari. Wow, sebuah angka yang fantastis.

Saya menderita penyakit tbc kelenjar yang pengobatannya memakan waktu berbulan-bulan. Sampai saat ini saya belum kunjung sembuh dan masih melanjutkan pengobatan yang entah berapa lama lagi.

Sakit disaat usia muda sekarang ini tentu bikin pelajaran sekali. Mengingat masa muda bagaimanapun adalah masa untuk bersenang-senang, mencari tau banyak hal, dan segala usaha menemukan kesejatiannya. Yang saya alami sekarang membuat saya rasanya ketinggalan dari teman-temanku yang sudah bergerak, entah kuliah atapun kerja. Jauh tertinggal.

Disitulah saya kadang merasa sedih, dan disitu pula saya kadang merasa berada dititik paling rendah: merasa tidak berharga. Saat yang lain sedang dan sudah menemukan enaknya hidup. Saya hanya dirumah mangan turu mangan turu karena memang gak ada yang bisa saya lakukan.

Keterpurukan inilah yang menjadikan saya serasa ingin membalas dendam pada kenyataan, pada ambisi-ambisi yang tak bisa diledakkan karena sakit. Saya sudah merasakan pahitnya kenyataan, dan itu sangat tidak enak sekali. Saya bosan dengan kondisi demikian dan pingin sekali keluar dari penderitaan ini.

Usaha dan doa tentunya terus saya panjatkan supaya sembuh dan kemudian berangsur sehat. Bagaimanapun ambisi-ambisiku yang belum terlaksana sampai saat ini sudah menumpuk dan sangat sesak. Aku pun sebetulnya juga sesak. Saya sudah tidak sabar untuk meledakkannya. Saya pingin bebas.

Ya... ambisiku ini kalo bisa dilihat sudah sangat mendidih dan garang sekali. Kalo tak ibaratkan itu seperti singa dalam kandang yang meronta-ronta kelaparan. Bisa dibayangkan bagaimana ganasnya --mungkin juga sampai mengobrak-abrik jeruji kandangnya-- namun selalu gagal. Saya pun demikian, ambisinya sudah sangat sangat ganas. Namun sakit ini masih belum bisa dilawan. Keganasanku masih tertunda.

Dan apa yang akan dilakukan singa setelah keluar dari kandang nantinya. Singa tadi pasti langsung mencari mangsa dan menyerang secara brutal dan totalitas karena saking laparnya. Saya pun sekarang pada masa lapar-laparnya, lapar pengalaman lapar pengetahuan lapar kesenangan. Jika sehat nanti tau kau apa akan saya lakukan. Yak betul. Akan kuledakkan ambisi-ambisiku yang sudah memuncak ini.

Jangan heran kalo seandainya suatu saat nanti saya mencapai puncak pencapaian --dalam hal apapun itu. Sebab saya sudah pernah dirasakan pada paitnya kenyataan hidup yang rasanya sangat menderitakan sekali. Aku kasihan pada tubuhku yang pernah kusakiti itu. Aku pun harus menyenangkan setelah sehat nanti.

Aku butuh sembuh sekarang. Juga butuh sehat kembali. Aku juga ingin seperti dan melebihi mereka. Aku tak lupa untuk ingin bahagia.

Yah... aku akan bahagia. Sebentar lagi. Rasanya saya sudah membaik dan akan sembuh. Sebentar lagi. Pasti sembuh. Sembuh. Sembuh.

Share
Tweet
Pin
Share
No Respon
Newer Posts
Older Posts

Info

Tayang seminggu dua kali

Mutualan, Yuk

  • facebook
  • instagram
  • youtube

Kategori

IPNU

Postingan Viral

Catatan

Sementara kosong dulu, seperti hatiku

Facebook

Isi Blog

  • ►  2024 (15)
    • ►  Apr 2024 (1)
    • ►  Mar 2024 (4)
    • ►  Feb 2024 (1)
    • ►  Jan 2024 (9)
  • ►  2023 (11)
    • ►  Des 2023 (3)
    • ►  Nov 2023 (1)
    • ►  Sep 2023 (3)
    • ►  Jul 2023 (4)
  • ►  2022 (46)
    • ►  Nov 2022 (7)
    • ►  Okt 2022 (7)
    • ►  Sep 2022 (6)
    • ►  Agu 2022 (4)
    • ►  Jul 2022 (9)
    • ►  Mei 2022 (4)
    • ►  Jan 2022 (9)
  • ►  2021 (22)
    • ►  Des 2021 (5)
    • ►  Sep 2021 (3)
    • ►  Agu 2021 (6)
    • ►  Jun 2021 (1)
    • ►  Mar 2021 (7)
  • ►  2020 (14)
    • ►  Des 2020 (1)
    • ►  Nov 2020 (2)
    • ►  Jul 2020 (2)
    • ►  Jun 2020 (1)
    • ►  Mei 2020 (1)
    • ►  Apr 2020 (1)
    • ►  Mar 2020 (2)
    • ►  Feb 2020 (4)
  • ►  2019 (3)
    • ►  Mar 2019 (1)
    • ►  Feb 2019 (1)
    • ►  Jan 2019 (1)
  • ►  2018 (57)
    • ►  Okt 2018 (7)
    • ►  Sep 2018 (5)
    • ►  Jul 2018 (11)
    • ►  Jun 2018 (3)
    • ►  Mei 2018 (4)
    • ►  Apr 2018 (2)
    • ►  Mar 2018 (5)
    • ►  Feb 2018 (12)
    • ►  Jan 2018 (8)
  • ▼  2017 (71)
    • ►  Des 2017 (7)
    • ►  Nov 2017 (20)
    • ▼  Okt 2017 (10)
      • Penjual itu ya yang jelas tho
      • Hidup Tak Ubahnya Seperti Sebuah Bekel, Sebuah Pan...
      • Pengalaman Disetujui Sepenuhnya oleh Adsense Langsung
      • Menyadari Hikmah dari Sakitku
      • Cara Minum Pil Dengan Elegan dan Efisien Ala Saya
      • Jangan Sungkan Foto. Foto Itu Kenangan
      • Bingung Mau Nulis apa? Tulis aja 'Saya Bingung'
      • Meriah, Gebyar Muharrom Kebonrowopucang 1439 H
      • Jadilah Pemilik Ayam yang Tau Diri
      • Pada Ambisiku yang Sudah Memuncak
    • ►  Sep 2017 (8)
    • ►  Agu 2017 (8)
    • ►  Jul 2017 (9)
    • ►  Jun 2017 (5)
    • ►  Mei 2017 (4)

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates