Pada Ambisiku yang Sudah Memuncak
Jika dihitung sejak pertama menginap di rumah sakit (6 september 2016) sampai sekarang (oktober 2017) berarti saya sudah menjalani pengobatan selama 13 bulan atau kalau hitungan hari mungkin sudah menembus 400 hari. Wow, sebuah angka yang fantastis.
Saya menderita penyakit tbc kelenjar yang pengobatannya memakan waktu berbulan-bulan. Sampai saat ini saya belum kunjung sembuh dan masih melanjutkan pengobatan yang entah berapa lama lagi.
Sakit disaat usia muda sekarang ini tentu bikin pelajaran sekali. Mengingat masa muda bagaimanapun adalah masa untuk bersenang-senang, mencari tau banyak hal, dan segala usaha menemukan kesejatiannya. Yang saya alami sekarang membuat saya rasanya ketinggalan dari teman-temanku yang sudah bergerak, entah kuliah atapun kerja. Jauh tertinggal.
Disitulah saya kadang merasa sedih, dan disitu pula saya kadang merasa berada dititik paling rendah: merasa tidak berharga. Saat yang lain sedang dan sudah menemukan enaknya hidup. Saya hanya dirumah mangan turu mangan turu karena memang gak ada yang bisa saya lakukan.
Keterpurukan inilah yang menjadikan saya serasa ingin membalas dendam pada kenyataan, pada ambisi-ambisi yang tak bisa diledakkan karena sakit. Saya sudah merasakan pahitnya kenyataan, dan itu sangat tidak enak sekali. Saya bosan dengan kondisi demikian dan pingin sekali keluar dari penderitaan ini.
Usaha dan doa tentunya terus saya panjatkan supaya sembuh dan kemudian berangsur sehat. Bagaimanapun ambisi-ambisiku yang belum terlaksana sampai saat ini sudah menumpuk dan sangat sesak. Aku pun sebetulnya juga sesak. Saya sudah tidak sabar untuk meledakkannya. Saya pingin bebas.
Ya... ambisiku ini kalo bisa dilihat sudah sangat mendidih dan garang sekali. Kalo tak ibaratkan itu seperti singa dalam kandang yang meronta-ronta kelaparan. Bisa dibayangkan bagaimana ganasnya --mungkin juga sampai mengobrak-abrik jeruji kandangnya-- namun selalu gagal. Saya pun demikian, ambisinya sudah sangat sangat ganas. Namun sakit ini masih belum bisa dilawan. Keganasanku masih tertunda.
Dan apa yang akan dilakukan singa setelah keluar dari kandang nantinya. Singa tadi pasti langsung mencari mangsa dan menyerang secara brutal dan totalitas karena saking laparnya. Saya pun sekarang pada masa lapar-laparnya, lapar pengalaman lapar pengetahuan lapar kesenangan. Jika sehat nanti tau kau apa akan saya lakukan. Yak betul. Akan kuledakkan ambisi-ambisiku yang sudah memuncak ini.
Jangan heran kalo seandainya suatu saat nanti saya mencapai puncak pencapaian --dalam hal apapun itu. Sebab saya sudah pernah dirasakan pada paitnya kenyataan hidup yang rasanya sangat menderitakan sekali. Aku kasihan pada tubuhku yang pernah kusakiti itu. Aku pun harus menyenangkan setelah sehat nanti.
Aku butuh sembuh sekarang. Juga butuh sehat kembali. Aku juga ingin seperti dan melebihi mereka. Aku tak lupa untuk ingin bahagia.
Yah... aku akan bahagia. Sebentar lagi. Rasanya saya sudah membaik dan akan sembuh. Sebentar lagi. Pasti sembuh. Sembuh. Sembuh.
0 Respon