Penjual itu ya yang jelas tho
RA JELAS. Tadi malem saya keluar untuk moto kopi, nggak banyak sih, cuma selembar saja. Saya menuju tempat fc terdekat yang saya kenal karena disiplinnya yang rutin mbuka fc.an tepat bada isya. Sesaat sebelum sampainya disana, saya nggak melihat kebiasaan baik itu, pintu ditempat tersebut mbukaknya sedikit saja, tidak mbuka sepenuhnya.
Karena butuh, saya mendekati tempat tersebut. Disana, saya lihat pemiliknya didepan pintu itu sedang duduk momong dua anaknya, mengobrol dengan temannya yang juga sedang momong anaknya. Saya tanyai "buk, iki poto kopiane mbukak ora. Kok mbukake sitik otok."
"Iyo.. mbukak," jawab ibu-ibu yang masih momong itu.
"Lho, kok mau karo bapak-bapak kae ngomonge bedo." Celetuk salah satu anak namun langsung dihentikan tangan ibunya.
Ibu tersebut lalu masuk, saya pun masuk. Kemudian saya menyodorkan satu kertas dan uang lima ratus rupiah.
"Iki bu... kopi limangatus wae."
Tanpa babibu ibu itu langsung mengeksekusi. Namun saya lihat, wajahnya agak kesal, entah karena apa, saya nggak mau tau. Yang penting fotokopian itu jadi. Setelahnya, saya pulang.
Malam ini nasib saya lebih beruntung karena dilayani dari pada bapak-bapak yang dikatakan bocah kecil tadi. Memang sudah seharusnya pelanggan dilayani dengan baik. Sedangkan bapak tadi sama sekali tidak merasakan hal itu. Oke kalau ibu tadi bilang tutup dan memang nutup. Tapi ketika saya datang ibu tadi bilang buka. Diluar dari keberuntungan saya itu, sacara tidak langsung ibu tadi membohongi pelanggan sebelum saya. Tentu ini tidak baik bagi pelayan atau pedagang.
Selain itu, sebuah percetakan, warung, pertokoan atau apapun itu harus punya kejelasan. Jelas disini maksudnya ya jelas. Kalau mau ditutup ya tutup, kalau buka ya buka. Jangan setengah-setengah kaya tadi. Itu akan membingungkan calon pelanggan. Untungnya saya berani mendekat dan tanya. Bagaimana dengan calon pelanggan lain. Apakah juga berani seperti saya?
Kasus lain yang pernah saya temui adalah warung yang mbuka namun tidak ada penjualnya disitu, alias didalam rumah, jadi setiap pembeli harus panggil-panggil dulu. Masih mending kalau penjual langsung nyaut, lha ini saat kita datangi eh dianya tidur. Saya jadi ogah beli disitu lagi. Saya rasa semua juga akan lebih memilih warung yang selalu ada penjualnya daripada yang dang ding dung. Pembeli juga pingin dilayani langsung bro.
Konsistensi juga perlu diperhatikan. Ini sangat bagus untuk menggaet pembeli. Misal saja warung X buka jam 7 sampai 5 sore, kan jelas. Jadi pembeli itu punya ancang-ancang yang jelas untuk kesitu. Beda sama warung yang buka seenaknya. Kadang mbuka kadang nutup. Yakin deh, ini nggak efektif dan akan membuat pembeli lari.
Begitu sih menurut saya. Setiap pelanggan ingin dilayani dengan baik sekaligus dengan cepat. Sudah seharusnya penjual pelayan mengiyakan hal ini. Bukan malah mempersusah dan memperlambat.
0 Respon