Perempuan yang duduk tepat di samping saya
Tepat di samping tempat saya duduk sekarang, yaitu di kursi panjang depan RSI Pekajangan, saya dipertemukan lagi dengan perempuan yang sama seperti yang kujumpai kala kontrol sebelumnya.
Perempuan ini memakai pakaian yang mecing dengan tetap menampakkan aura cantik yang wah. Saya yang tak sengaja duduk disini, kembali ingin berlama-lama disini.
Seperti saya, perempuan ini fokus menatap hape. Tampak dari samping garis wajahnya yang eksotis. Wajahnya putih, putih bedak pastinya. Bibirnya pun mempesona, merah lipstik menyala. Andaikan saya diciumnya, pasti meninggalkan cap merah sexy di pipi saya, tapi itu tak mungkin. Saya saja tak berani dengan tegas menatapnya kok, apalagi kenalan.
Perempuan ini sungguh anggun, kaki kanannya ditindih silangkan di atas kaki kirinya yang membentuk siku. Sementara tubuhnya, ia majukan supaya memeluk tasnya yang cukup besar. Ia tak berkacamata seperti kemarin. Tetapi tetap secantik kemarin, bahkan lebih.
Dari bawah, ia memakai sepatu yang ujungnya lancip, saya tak tau nama sepatunya apa, atau malah mungkin itu masih jenis sandal. Tetapi yang pasti warnanya merah, merah yang agak pudar, bukan seperti merah bibirnya yang membuat mata saya ikut memerah.
Atasnya lagi, ia tak memakai rok, tetapi jeans. Mungkin itu jenis pensil, karena bagian bawahnya sampai mencekik kakinya yang putih. Warnanya coklat muda, coklat ranting jambu air depan rumah saya. Warnanya seperti itu.
Sementara bajunya, perempuan ini mengenakan batik merah terang, tetapi lebih terang merah bibirnya. Batik yang sepertinya baru, semoga itu bukan batik hadiah dari pacarnya. Semoga saja. Namun bagaimanapun saya suka. Saya yakin apapun yang dikenakan perempuan ini pasti cantik. Ah, seandainya saja dia pacar saya, saya sudah bilang: batik kamu bagus lho, ayo kawin.
Beralih ke kerudungnya, yang melingkari kepalanya adalah kerudung jenis segi empat yang ia utak-utik sedemikian rupa. Kerudung ini bewarna seperti coklat seperti crem. Beruntung sekali kerudung ini bisa menjadi bagian dari hidup perempuan cantik ini. Saya iri.
Keseluruhan, perempuan ini cuantik sekali, perpaduan warna yang dikenakannya sangat mecing. Makin menambah cantiknya. Oh iya, satu lagi, tasnya, tasnya ukuran sedang dengan warna hijau tua kalem, sehijau seragam tni. Tas ini sungguh beruntung, selain biasa digendong, juga biasa dipeluk. Aduh, saya jadi pingin berubah menjadi tas.
Sebetulnya saya sempat terbersit pikiran untuk memotret lewat hape supaya apa yang saya tuliskan ini memang ril, tidak mengada-ada, namun apa daya, hape saya tak secanggih hape perempuan ini. Saya tak jadi mempoto dia. Tetapi kemudian saya mikir, pokoknya saya harus poto meski hasilnya akan buram, hitung-hitung untuk kenangan. Tanpa pikir panjang lagi, saya buka menu foto, tinggal siap menekan. Eh, saat sudah ambil posisi meski sembunyi-sembunyi dan miring-miring, perempuan cantik ini malah berdiri, lalu pergi. Tau aja dia ini kalau mau dipoto.
Seperginya dia dari kursi panjang ini, saya pikir dia akan kembali ke saya. Saya tunggu kedatangannya. Tapi lama-lama, perempuan cantik ini tak kunjung balik juga. Saya menyesal belum memfotonya, kalo sudah kan bisa saya pamerkan ke fesbuk. Maka akhirnya, saya putuskan pulang. Saat berjalan saya membayangkan perempuan itu mengejar saya dan bilang: tunggu mas, jangan tinggalkan saya. Iya kok, saya mau kawin sama mas.
0 Respon