Cara-cara Sederhana Nan Jitu Menghilangkan Rasa Malu, Nomor 4 Akan Membuat Sampeyan Pingin Njengkang
![]() |
Malu boleh, tapi jangan malu-maluin |
Purwita suatu waktu ijin satu jam pelajaran karena ada urusan. Ketika kembali ke kelas, ternyata saat ditinggal, ada satu tugas dari guru yang sudah dikumpulkan semua di kantor. Purwita kemudian menyusul mengerjakan.
Usai menyelesaikan tugas, ia harus mengumpulkannya di kantor. Sebab malu, Purwita lantas mengajak temannya. Tetapi, saat mereka sudah beberapa langkah lagi sampai pintu kantor. Mereka berhenti, dan saya lihat mereka saling dorong-dorongan dan diskusi lumayan panjang hanya untuk masuk kantor.
Satu cerita di atas merupakan satu contoh paling mendasar di mana rasa malu sering membuat kita ribet sendiri. Dan nyatanya, beberapa kali kita kalah oleh rasa malu yang padahal, andai kita tidak malu, sesuatu itu sudah selesai sekarang.
Selayaknya Anda, saya juga pernah mengalami masa minder dan tidak percaya diri untuk melakukan sesuatu. Pernah suatu ketika, saya ada urusan yang begitu penting kepada teman dan saya harus ke rumahnya. Tetapi dari kejauhan sebelum sampai rumahnya, saya lihat pintunya nutup. Saya lalu pulang dan gagal ketemu. Esok harinya saya datangi lagi, tetapi hanya saya lewati. Sebab di depan rumahnya, banyak orang yang sedang nongkrong ngerumpi. Saya terpaksa menggagalkannya lagi.
Beberapa kejadian seperti itulah saya merasa rasa malu telah membuat saya ribet sendiri. Tetapi dalam rasa malu saya itu, ada satu pertanyaan yang barangkali penting, kenapa saya malu? Saya kemudian berpikir kenapa saya malu.
Usut punya usut, saya malu karena beberapa hal remeh ini. Dan hampir semuanya dimulai faktor pikiran saya tersendiri. Tetapi, daripada saya menyebutkan hal tersebut, bukankah alangkah baiknya kalau saya langsung memaparkan solusi atas rasa malu itu sendiri. Dari pengalaman saya ini, silahkan sampeyan simpulkan sendiri.
Berikut, beberapa solusi menghempaskan rasa malu dengan cara paling jitu. Solusi nomer 4, akan membuat sampeyan pingin njengkang.
1. Ingatlah kita bukan siapa-siapa
Setiapkali saya dihadapkan pada situasi yang mendesak untuk maju dan menghadap banyak orang, saya sering tidak pede dan malu.
Tak jarang saya kemudian tak berani dan gagal untuk maju. Saya sering menduga-duga orang akan mengomentari kalau saya maju. Semacam ada bayangan kalau saya akan di-bully lah, diejek lah, dan perasaan lain yang saya ciptakan sendiri.
Saya sadari ternyata semua itu fiktif belaka. Fiktif. Seperti sinetron. Saya terlalu muluk menyangka orang lain akan mengomentari saya dalam hal apapun. Tetapi saya lupa, saya ini siapa? Saya bukanlah siapa-siapa. Pede banget orang lain bakal melihat dan memerhatikan saya. Saya bukan siapa-siapa. Memangnya saya artis. Jangankan orang lain memerhatikan, kehadiran saya saja kadang tidak digubris kok ya. Ini sama saja seperti menunggu balasan chat kawan kita yang cantik padahal wajah kita pas-pasan. Jangan harap.
Pancen kok, kadang-kadang kita memang sok punya nama dan tahta. Padahal, kita hanyalah sedotan ale-ale yang kalau sudah selesai digunakan, dibuang begitu saja.
2. Bayangkan sampeyan adalah orang lain
Cara sederhana selanjutnya adalah dengan membayangkan kalau sampeyan itu berada dalam posisi orang lain. Setiap sampeyan mau berhadapan dengan orang banyak, bayangkan sampeyan orang lain yang duduk dan melihat. Atau begini, bayangkan saja ketika sampeyan melihat orang lain tampil didepan umum. Apakah sampeyan mengomentarinya? Apakah sampeyan digunjing? Dipermalukan? Di-bully? Tidak tho. Sampeyan biasa saja dan kadang juga tak memperhatikannya sedikit pun.
Nah, begitulah seharusnya sampeyan itu kalau berhadapan dengan banyak orang. Yakinlah, orang lain tidak memperhatikan sempeyan dan lebih memilih lebih memperhatikan hape yang padahal mungkin hanya menu kembali menu kembali. Lagipula, Kowe Ki sopo?
3. Bilanglah dalam hati: Karep-karepku
Dalam beberapa kondisi, sikap abai memang menyebalkan. Tapi dalam waktu tertentu, sikap abai adalah sikap yang tepat dan strategisible yang menguntungkan. Termasuk dalam menghilangkan rasa malu ini. (Saya menggunakan kata abai, bukan acuh. Soalnya kalau tidak salah, dalam KBBI, acuh itu berarti peduli. Bukan seperti yang kita kira selama ini).
Jika rasa malu untuk melakukan sesuatu itu sudah begitu parah, barangkali ini cara yang tepat diterapkan. Sebuah sikap mengabaikan keadaan dan tidak peduli apapun yang terjadi.
Dalam hati sampeyan, Keluarkanlah sikap keberontakan. Tapi dari hati saja, jangan diucapkan, atau diaksikan. Keberontakan yang kalau ditulis mungkin seperti ini.
Ini hidup saya. Terserah aku dong. Karep-karepku. Orang lain kan gak memberi makan saya. Gak menghidupi saya. Kenapa saya memikirkan orang lain.
Jika kata-kata itu sudah terucap dalam hati, sangat besar kemungkinan rasa malu itu hilang.
4. Akan membuat sampeyan pingin njengkang
Betul kan apa yang saya tuliskan di judul tadi. Nomer 4 ini benar-benar sesuai yang sampeyan harapkan. Hayo... Sudah njengkang belum. Kalau belum, saya jengkangin. Hi hi hi.
Demikian cara-cara sederhana nan jitu menghilangkan rasa malu untuk tampil di depan umum. Ingat ya, malu yang saya maksud adalah malu berhadapan dengan orang banyak. Malu dalam hal positif.
Bagaimana, sederhana sekali bukan? Ayolah jangan malu lagi. Jangan malu untuk menerima cintaku yang tulus ini. Ihirrrr.... (Nah, kalau ini contoh malu jenis malu-maluin).
0 Respon