Mencoba Jadi Freelancer, Tak Semudah Yang Saya Kira
![]() |
Owner yang baik hati dan tidak sombong, saya Anam, bermaksud meminangmu |
Beberapa waktu terakhir ini, saya menganggur --lebih tepatnya saya memutuskan untuk menganggur. Saya kemudian menghabiskan waktu untuk fesbukan, youtuban, dan internetan. Standar-standar saja.
Sebagai pengangguran, kewajiban saya tentu saja mencari pekerjaan. Bagi saya, ini cukup sulit. Saya adalah orang yang sombong dan tidak mau bekerja yang menguras begitu banyak tenaga. Saya juga paham, tidak ada pekerjaan yang mudah dan ringan di dunia ini. Tetapi begitulah, tubuh saya bukan cetakan pekerja keras, dan jiwa saya tidak mau jadi karyawan.
Saya kemudian mencari ceruk sementara yang bisa saya tempati. Dan pilihan itu adalah mencoba menjadi freelancer, menjadi pekerja lepas. Awalnya saya kira mudah, ternyata sulit juga. Tak seperti yang dibayangkan.
Ada banyak situs untuk freelance, ada sribulancer(dot)com, ada juga projects(dot)co(dot)id, dan masih banyak sejenis yang lain. Di situs tersebut, banyak ceruk pekarjaan yang dibutuhkan oleh owner dalam berbagai jenis pekerjaan. Ratusan, bahkan ribuan. Tak heran jika jumlah freelancer diam-diam ternyata banyak juga.
Saya mencoba untuk daftar di projects.co.id. Sebagai member baru, saya mengamati dulu dengan melihat lalulintas di situs tersebut, dari mulai owner memasang kebutuhannya, sampai bid dan teknis pengerjaannya. Sepertinya cukup jelas saya memahami arusnya.
Saya mulai mencoba ikut mem-bid. Karena saya bisanya menulis, saya mencari ceruk kepenulisan. Nyatanya, keahlian menulis memang dibutuhkan. Hampir tiap hari ada yang membutuhkan pekerjaan ini. Biasanya menulis artikel-artikel.
Tarif menulis artikel sendiri harganya bervariasi, tergantung jumlah kata dan kesulitan. Harga berkisar 5.000-50.000-an per artikel. Namun umumnya, owner membutuhkan beberapa artikel sekaligus, 10 sekaligus misalnya. Dari 10 artikel yang dikerjakan, worker bisa dapat ratusan ribu. Lumayan bukan.
Selain ceruk kepenulisan, bidang lain yang banyak dibutuhkan di sana adalah IT. Tapi saya tidak paham dan agak asing istilahnya. Ada system, API, provider, dan bermacam-macam istilah asing dari keseharian saya. Makin saya tidak tahu nama pekarjaannya, makin banyak tarifnya. Untuk yang semacam itu, kisarannya jutaan. Fantastis. Ini ceruk yang perlu dikuasai sebab banyak dibutuhkan.
Bilangan angka tersebut memang menggiurkan. Tapi apakah mudah. Barangkali iya, oleh mereka yang memang ahli dan terbiasa menjadi freelancer. Tapi bagi saya, jelas ini kesulitan yang berarti.
Dalam satu proyek yang diminta owner, akan ada banyak worker yang mem-bid. Disinilah pertarungannya, antar worker saling sikut-sikutan untuk menarik perhatian si owner dan kemudian di accept bid. Tapi sikut-sikutan disini bukan fisik, tetapi kalimat penawaran yang meyakinkan.
Dalam hal ini, yang berpengalaman tentu saja diuntungkan. Bagaimana tidak, sang owner pastinya ingin memilih worker/freelancer yang punya pengalaman, yang sudah punya poin dan bintang. Dan bagi saya juga freelancer pemula lain, mendapatkan worker pertama adalah perjuangan. Tak heran kalau yang memenangkan projek melulu orang yang sama.
Sejauh ini saya sudah bid/menawarkan 10 kali lebih, namun saya selalu gagal menang. Tapi ya begitulah, ini pekerjaan yang membutuhkan kepercayaan. Kalau owner belum memilih, percayalah, kita belum bisa dipercaya. Harus banyak mem-bid lagi, supaya owner percaya kalau kita sudah cukup kesal akan hasil selama ini. Hehe...
Menjadi freelancer, kalau tidak punya kapasitas, ya pasti tidak mudah. Saya mengakui itu.
Meski saya selalu gagal memenangkan projek, saya tidak kecewa, tidak marah, tidak pula putus asa. Biasa saja. Memang begitulah freelancer, kalau tidak ditolak, ya diterima. Wajar saja.
Setidaknya saya sekarang tahu, bahwa banyak yang membutuhkan jasa menulis. Bukan hanya di situs tersebut, hampir seluruh media. Artinya, saya bisa memandang ini sebagai peluang kerja saya nantinya. Bukan sekarang. Saya belum punya kemampuan lebih untuk itu. Saya tahu ini saja sudah bersyukur.
Saya masih butuh banyak belajar meningkatkan kemampuan kepenulisan. Sekarang saya memang belum bisa memenangkan projek, ya itu memang pantas. Tetapi akan berbeda ceritanya ketika 3 tahun kemudian, saya kembali mencoba menjadi freelancer lagi dengan kemampuan yang telah saya pelajari.
Kesimpulannya: menjadi freelancer tidaklah semudah yang dibayangkan, juga tidak sesulit yang khawatirkan. Biasa saja. Seperti main judi, kadang menang kadang kalah.
Sementara kalau saya, kalau tidak ditolak, ya di-arbitrase. Modiyar tenan.
0 Respon