Supaya Bisa Mengarang

by - Juli 13, 2018


Supaya bisa mengarang

Dalam pelajaran bahasa Indonesia, saya juga kalian pasti pernah disuruh membuat cerita atau mengarang. Entah menuliskan pengalaman liburan, atau menulis kenangan masa kecil yang menyenangkan. Iya kan?

Ketika masih Madrasah Ibtidaiyah, kalau tidak salah kelas lima. Guru saya, pak Syarif pernah memberi tugas untuk melanjutkan cerita yang beliyo buat dahulu. Saya masih ingat cerita itu tentang seekor harimau dan kancil.

Tugas ini dikerjakan berkelompok, terdiri masing-masing empat orang. Saya lupa waktu itu kelompok saya siapa saja. Tapi yang jelas kami begitu kesulitan melanjutkan cerita.

Saya dan kawan-kawan akhirnya berdiskusi agar cerita ini bisa selesai dengan singkat. Kali itu saya usul, supaya cepat selesai maka endingnya harus mati. Kedua hewan tersebut tertabrak, misalnya. Tanpa saya duga, teman-teman merespon dan selesailah tugas itu. Kalau tidak salah, kurang lebih ceritanya seperti ini.

Pada suatu hari, harimau bertemu kancil. Terus, harimau mengejar kancil. Terus, kancil lari. Terus, saat di jalan raya mereka tertabrak truk. Terus, mati. Selesai.

Sederhana sekali bukan. Ya, itulah cerita saya sewaktu mengarang. Dulu, saya tidak bisa mengarang. Mengarang itu sulit. Jangankan satu paragraf, buat satu kalimat saja tidak bisa.

Lalu, bagaimana saya kemudian bisa mengarang sampai sudah membuat beberapa cerpen yang meski saya tak tahu apakah itu masuk golongan cerpen atau bukan? Berbicara hal ini, beda lagi.

Mengarang memang sulit, tapi itu dulu. Sebelum saya melakukan hal ini. Semua bermula ketika saya ingin bisa menulis. Waktu itu saya punya banyak waktu luang di rumah. Saya habiskan sepenuhnya untuk berlatih menulis. Apakah awalnya mudah? Tidak, awalnya sulit sekali. Saya tak tahu apa yang harus saya tulis. Tetapi karena tekad ingin bisa menulis, saya lalu menulis apa saja yang hadir dalam kepala saya. Apa pun, termasuk saya menulis kalimat 'saya mau nulis apa?'.

Hingga lambat laun, saya bisa menulis satu kalimat, dua kalimat, satu paragraf, dan akhirnya bisa sampai menulis secara tuntas satu cerita. Tekad itulah yang membuat mengarang, menjadi sesuatu yang mudah.

Coba seandainya saya dari dulu sudah bisa mengarang. Tentu saya tidak akan kebingungan saat saya disuruh pak guru menceritakan pengalaman liburan, atau berkunjung ke rumah nenek.

Jadi supaya bisa mengarang, ya latihan. Bukan membaca tulisan saya ini.






You May Also Like

0 Respon