Jatuh Cinta Pertama Pada Membaca
Ketertarikanku
pada membaca dimulai ketika suatu jam kosong yang lengang, aku melangkahkan
kaki ke perpustakaan sekolah dan mengambil satu buku random. Aku membacanya dan
memutuskan meminjam setelah terpincut beberapa lembar pertama.
Sebelumnya,
kehadiranku ke perpustakaan lebih karena daripada mau ngapain. Aku ke perpus
lebih sering melihat statistik pertandingan bola yang tersaji dalam koran
daripada baca buku. Dan hari itu, aku mencoba untuk lain dari biasanya.
Buku
itu membuatku jatuh cinta pertama pada membaca. Baru kali itu aku membaca
sesuatu dan ikut hanyut di dalamnya. Latar ceritanya kurang lebih tentang
kehidupan seseorang yang melarikan diri ke hutan dari tuduhan pembunuhan. Aku
lupa judulnya tapi aku masih menyimpan novelnya entah di tumpukan yang mana.
Itu artinya, aku belum mengembalikan buku lebih dari lima tahun lamanya.
Hari-hari
berikutnya aku jadi ketagihan untuk membaca tulisan sejenis. Akhirnya aku
menemukan rak sastra. Aku menemukan buku ‘Hujan Bulan Juni’ karya Sapardi Djoko
Damono dan penulis hebat lain semacam Putu Wijaya. Sayangnya, koleksi buku
karya sastra di perpus hanya sedikit dan bisa dihitung dengan jari.
Hasrat
untuk terus membaca setelah itu naik tajam. Aku jadi mencari banyak bacaan di
internet. Aku baca-baca tulisan-tulisan renyah ala Mojok. Baca ulasan berita
dengan sudut pandang Tirto. Dan apapun tulisan yang menurutku bagus, utamanya
beberapa cerpen yang ada di dalam situs koran digital.
Aku
juga jadi tahu bahwa ada aplikasi perpustakaan digital. Namanya Ipusnas.
Bentuknya seperti perpustakaan betulan di mana banyak buku yang tersedia. Dalam
sehari satu akun dibatasi meminjam dua buku digital. Dan setiap buku yang
dipinjam, memiliki batas waktu lima hari. Menyenangkannya, tidak ada denda yang
diterapkan sekalipun kita tidak mengembalikan. Sistem otomatis mengembalikan
buku ketika sudah habis masa pinjam.
Aku
beruntung sekali Ipusnas hadir untuk menyalurkan hasrat membaca bagi
orang-orang sepertiku yang jauh dari akses bacaan, eman ketika beli buku, dan
males ngecek promo ketika harbolnas.
Rentang
waktu membaca di Ipusnas terjadi ketika akhir MA dan beberapa waktu selulusnya
dari sana. Ketika aku sudah kerja dan punya uang, aku mulai beli buku-buku.
Sampai sekarang buku fisik yang aku beli sudah mencapai 30-an. Sebagai orang yang
suka membaca, tentu jumlah itu belum seberapa. Perlahan demi perlahan aku ingin
mewujudkan mimpiku untuk membuat perpustakaan mini.
Selamat
membaca.
Pekalongan, 16 Januari 2022
0 Respon