Part 2. Grafik Perubahan Seorang Anam Sy

by - Juli 08, 2017

Belum selesai sampai disitu, serangkaian kejadian yang merubahku itu berlanjut sewaktu di MA NU Karangdadap. Disini rasanya seperti sudah menjadi orang penting dalam berbagai kegiatan dan acara. Meskipun alasan sebenarnya adalah muridnya yang masih sedikit. Aku kembali dipilih menjadi ketua kelas 10. Mengapa aku jadi ketua, alasannya sedikit berbeda dengan waktu lalu. Sederhana saja, karena aku dianggap mengetahui seluk beluk tetek bengek sekolah ini. Mengapa demikian, karena memang MA NU bersebelahan dengan SMP NU, sekolahanku dulu. Dikelas sebelasnya, aku terpilih menjadi pradana putra bersama Feni Azizi sebagai pradana putri. Jabatan yang menambah kepusinganku sebab ada masalah pribadi waktu itu. Namun kembali, tanggung jawab mengharuskan totalitas menjalankan posisi-posisi ini.

Oktober 2013, atau tepatnya saat kelas 11. Ada temanku yang mengajak gabung masuk sanggar teater di Jrebengkembang. Aku penasaran, dan mengiyakan untuk sekedar mencicipi. Kalau-kalau aku suka. Disinilah awal pertemuanku dengan Mas Angger, seniman asal Tegal yang sekarang adalah guruku dalam berbagai hal, terutama cinta dan kehidupan. Di teater inilah sepertinya Tuhan memberi energi positif kepadaku lewat seni. Entah kenapa, aku sangat jatuh cinta pada seni, teater khususnya.

Mas Angger benar-benar dijadikan Tuhan untuk membuka mataku melihat hal yang besar. Dan itu sangat mempengaruhi kehidupanku sekarang ini. Sebut saja tulisanku yang ini. Kalau seandainya dulu tak bertemu Mas Angger dan mengajarkanku seni. Mana mungkin aku menggeluti dunia tulis yang penuh estetika. Mas Angger adalah sosok teladan yang mempengaruhi pemikiran dan perasaanku selama ini. Teater adalah sebuah perubahan besar bagi seorang Anam Sy. Perubahan mental dan karakter yang lebih kuat. Dalam kehidupan nyata, aku adalah aktor yang musti totalitas memainkan peran. Sebuah pelajaran terbaik yang kudapatkan.

Pengenalanku pada seni, menyadarkanku kalau ada bakat seni dalam diri temanku yang satu ini, Gus Safri Maulana. Kesamaan pandangan tentang seni membuat kami begitu dekat seperti dua orang pacaran. Kemanapun selalu bersama dan suka pada hal yang sama, yaitu menulis. Keakraban inilah yang menguatkanku untuk terus menulis, pun ia. Sampailah aku bisa menulis seperti saat ini. Karenanya, aku tak ragu lagi punya cita-cita tinggi, menjadi penulis hebat.

You May Also Like

0 Respon