Kawan-kawanku Alumnus MA NU Karangdadap

by - Juli 31, 2017

Teman yang paling dikenang adalah teman semasa sekolah. Sekolah punya banyak cerita untuk itu. Dimulai saat pertama masuk sekolah ketika belum mengenal siapa-siapa sampai akhirnya lulus dan mengenang nama mereka sebagai teman biasa, teman paling nggemesin, teman istimewa, teman makan teman, sampai teman yang jadi gebetan. Semua dimulai dengan tidak mengenal dan lama kelamaan saling mengenal.

Begitu pula denganku dan teman-temanku semasa di MA NU Karangdadap. Jumlahnya memang hanya 28, namun kuantitas yang sedikit itulah yang membuat keakraban begitu kental dan menjadi kerinduan tersendiri saat perpisahan mengakhiri kebersamaan satu kelas angkatan ke empat generasi MA NU. Keakraban itu seakan masih terus ada karena sewaktu masing-masing dari mereka luang selalu diusahakan untuk berkumpul kembali. Mungkin inilah yang namanya teman rasa keluarga. Selalu punya hasrat untuk saling kembali bersama.

27 temanku ini punya ciri khas sendiri-sendiri. Seperti Safri dengan gaya santai dan baju jawa yang khas. Dika dengan kecerewetannya. Kholid dan Riky dengan penuh kemanjaannya. Lukman yang ikut-ikutan suasana saja. Irfan yang riang tapi kadang alay. Susi dengan lesung pipi saat senyum. Feni yang rakus rangking satu. Reni yang kalau galau berbahaya. Ervi si ratu selfi. Silvi yang baper. Iqbal yang terpana dengan adek kelas. Arifah yang cantiknya overdosis. Wiwin yang sangat menolak UNBK. Wulan pejuang anti pacaran. Bibah yang pernah membuatku terpesona. Laily dengan ketawa tipis. Vika sang meok. Tiwik dengan kacamatanya. Maidah yang katanya pernah sakit asam urat. Fahruniyah pecinta as salam. Falah yang paling kaya. Zila, Nina, Fila, Dwi yang biasa saja. Dan aku yang ganteng, beruntung, dan serta diinginkan banyak wanita.

Sulit menuliskan suasana kala kami bersama. Sebab banyak cerita dengan seribu suasana. Marah, sedih, senang, ngakak, apatis, diam-diam suka, cinta, benci, kesal, dan ratusan rasa lain. Yang pasti semua punya bagiannya sendiri. Urusan puitis misalnya, mutlak ini ranahnya Safri. Soal cinta, romantis, dan sedih, tanyakan pada Feni, Reni, Tiwik, Wulan, dan Fila yang seringnya nonton film, film india utamanya. Kalau tentang kesetiaan, lihatlah Silvi, Dika, dan Susi yang terikat dalam grup Oho. Yang tragedi juga ada, itu saya ketika harus absen dua bulan karena terkena sakit level atas. Beda lagi kalau suasana lucu, Riky lah ahlinya. Kalau masalah wanita dan seluk beluknya serahkan pada Iqbal. Cerita benci jadi cinta juga ada, antara Susi dan Bibah. Yang diam-diam suka juga ada, pokoknya ada. Yang mudah baper hanya karena secarik surat juga ada, Silvi namanya. Tapi kalau urusan cinta itu bagiannya saya. Semua punya bagian masing-masing dan itulah yang menyebabkan terlihat lengkap. Ibaratnya seperti seporsi  makanan empat sehat lima sempurna.

Teman-temanku ini sekarang sudah terjun kedunianya masing-masing. Mencari yang selama ini dicari. Semoga beberapa tahun kedepan bisa bertemu dan sudah menjadi. Entah mungkin Riky menjadi guru MTK di MANU. Safri jadi kyai. Fahruniyah jadi penyanyi. Atau aku jadi istrimu. Semoga itu tersemogakan. Tapi akhirnya kita akan sadar juga kalau masa paling enak itu adalah masa sekolah. Pagi berangkat, sore pulang. Uang dikasih ibu. Jam kosong tinggal ngobrol. Tugas nunggu teman. Ulangan bawa contekan. Dan pas liburan waktunya senang-senang. Begitu menyenangkan kala itu, hampir semua waktu dihabiskan bersama teman-teman yang asik. Jika waktu dulu ingin cepat-cepat lulus. Kok malah sekarang ingin merasakan sekolah lagi. Aneh ya?.

Itulah Aku dan kawan-kawanku. Alumnus MA NU Karangdadap tahun ini. Sedikit tapi asyik. Meski kadang selalu berisik. Tapi yang penting, tidak sampai membuat Bu Khotim dan guru lain terusik.

Tapi yang pasti. MA NU punya cerita.

You May Also Like

0 Respon