De Javu Tiga Lembar

by - Juli 21, 2022



Hanya tiga lembar. Itu yang saya temukan dalam dompet ketika menyadari sudah dua minggu menganggur. Apa yang saya lihat sekarang rasanya seperti mengunjungi masa lalu. Tetapi ini bukan sebuah kunjungan, ini kenyataan yang kembali terjadi sekarang.

Saya sudah menduga suatu hari bahwa kelak saya akan menjumpai hal ini. Tanda-tandanya sudah ada sejak setelah lebaran. Pekerjaan goyang. Borongan menjadi harian. Lemburan jadi pengangguran.

Sudah sejak lama saya berencana mencari pekerjaan lain. Namun setiap kali pertanyaan itu muncul, selalu tidak ada jawaban yang mengiringinya. Saya selalu merasa punya keahlian dibanding orang-orang, tetapi setelah ditelusuri lebih dalam, keahlian saya juga tidak dalam-dalam amat. Bahkan mungkin, saya tidak punya keahlian apapun.

Di sini, mayoritas pekerjaan orang-orang adalah penjahit dan hal-hal yang tidak jauh-jauh soal itu. Alasan inilah yang kadang membuat saya tidak punya keahlian. Saya tidak bisa mejahit--memang sejak dulu tidak menaruh keinginan untuk menjadi penjahit, sih.

Saya selalu membayangkan bisa bekerja di hal-hal yang berhubungan dengan mikir. Konon, saya punya kelebihan dalam urusan itu. Begitu yang dikatakan teman-teman saya. Yang saya tidak tahu, bahwa mikir itu banyak jenisnya. Akhirnya saya sekarang mau tidak mau harus mikir.

Apa yang sebetulnya saya bisa? Pertanyaan itu selalu hadir ketika sedang luang begini. Memang saya bisa menulis, bisa dikatakan cukup menguasai microsoft office, tetapi apakah ini cukup untuk dijadikan modal mencari pekerjaan.

Saya tidak tahu lagi apa yang harus saya lakukan sekarang selain menulis.

You May Also Like

0 Respon